“Sabar ya, Nak Zahir, semoga permasalahan orangtuanya segera selesai. Sekarang berarti Nak Zahir tinggal sama Ayah? Atau sama Ibu? Sudah tidak serumah ‘kan?”“Ya pasti nggak serumah dong, Bu. Kayaknya Bu Aruna juga trauma lah kalau tetap disana. Bayangkan saja, ditendang, dijambak, dihajar sampai lebam-lebam. Belum lagi kabarnya diselingkuhi pula. Aduuuuuuuh, dasar ya laki.”Zahir terdiam mendengar percakapan dua Ibu temannya. Dia akhirnya memilih pergi dan pamit karena mobil jemputan sudah datang.“Sabar ya, Nak, kalaupun nanti mereka berpisah, semoga itu yang terbaik. Lebih baik ikut ibumu kalau disuruh memilih.”Zahir hanya mengangguk kecil saat merasakan elusan tangan wanita yang dia kenal cukup baik itu. Sejak tadi, telinganya pengang mendengar orang membicarakan tentang pertikaian kedua orangtuanya. Mulai dari teman-teman, Bibi-bibi di kantin, bahkan guru-guru pun membicarakannya.“Kalau saya jadi Bu Aruna, saya akan mengambil jalan yang sama. KDRT dan kekerasan itu sudah tidak
Read more