“Berapa, Mang?”“Sayur kangkung tiga ikat lima ribu, ikan salem seperempat kilo sembilan ribu, cabe rawit tiga ribu, semuanya jadi tujuh belas ribu.” Mang Jupri memasukkan semau belanjaan Bu Riri.“Lima belas ya?” Bu Riri mengulurkan uang pas lima belas ribu.“Nodong apa nawar, Bu?” Bu Likah terkekeh disambut ibu-ibu yang lain. Sementara Mang Jupri hanya menggeleng, sudah biasa Bu Riri seperti itu.“Ibu-ibu, permisi ya.” Andhira tersenyum sambil membuka pintu gerbang. Jam tujuh pagi, saatnya dia berangkat kerja.“Oh iya, Neng, maaf ya. Sebentar geser dulu, Bu.” Mang Jupri mendorong gerobak sayurnya. Biasanya dia berhenti sedikit lebih ke depan agar tidak menghalangi mobil Andhira keluar dari rumah. Namun, pagi ini ibu-ibu sudah menyerbu karena dia datang agak kesiangan, jadilah dia asal berhenti saja.“Berangkat kerja, Neng?” Mang Jupri menyapa sambil mengangguk sopan.“Iya, Mang.” Andhira tersenyum sambil menutup kembali gerbang rumahnya.“Masya Allah, eta awewe geulis pisan.” Mang
Read more