Home / Romansa / Love You Aleea / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Love You Aleea : Chapter 41 - Chapter 50

124 Chapters

Kumat

41 Hari berganti hari dengan sangat cepatnya. Sabtu pagi ini aku turun dari rumah tepat pukul 6. Mengendarai motor dengan kecepatan sedang dan sangat berhati-hati agar bisa tiba di tempat tujuan dengan selamat. Bang Ali, Mas Fa dan Mbak Yeni telah tiba terlebih dahulu dan tengah mengetes peralatan musik. Seorang pria yang merupakan operator sekaligus pemilik alat-alat tersebut ikut membantu mereka menyesuaikan nada. Tak berselang lama Linda datang bersama Mas Steven. Mas Mono dan Kak Carol menyusul sambil membawa nasi uduk yang tadi dipesan Mas Fa. Kami bergantian sarapan agar tetap ada yang menangani peralatan, sebelum akhirnya siap untuk dimainkan sebagai ajang latihan. Seorang perempuan yang mengenakan kebaya merah muda, jalan menghampiri sambil memanggilku. Setelah dekat, barulah aku sadar bila orang itu adalah Bu Ardila. Penampilannya yang sangat berbeda daripada biasanya membuatku pangling. "Ken, bisa sekalian jadi pemandu acara?" tanya Bu Ardila. "Bisa, Bu. Tapi aku harus
Read more

Mikir Cicilan Panci?

42Aku tidak menjawab dan akhirnya menutup aplikasi novel online ungu kesukaan. Selanjutnya aku berdiri dan memutar tubuh ke kanan serta kiri hingga tulang berbunyi. "Abang mau pulang duluan, ya, Ma," pintaku. "Iya, ingetin Khanza buat ngaji," sahut Mama. "Entar sekalian Abang anterin ke masjid." "Kai kalau lagi nyantai, nanti anterin ke sini pas Abang berangkat. Mama mau ngerjain pesanan orang, di sini nanti tinggal Mbak Titin sendirian karena Papa mau pergi." Aku mengangguk mengiakan dan merunduk untuk menyalami Papa dan Mama. Kemudian aku melambaikan tangan pada Mbak Titin yang membalas dengan senyuman lebar dan memamerkan giginya yang bertumpuk-tumpuk. Beberapa belas menit berselang aku sudah berbaring di kasur. Niat untuk beristirahat sebentar akhirnya berlanjut sampai sore. Aku terbangun karena panggilan dan gedoran Kai. Bergegas aku bangkit dan terperangah sesaat ketika melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 4 sore. Aku bergegas berdiri dan jalan ke luar. Menya
Read more

Panggil Saya Mama

43"Kamu ganti baju di kamar Kakak." Aleea menunjuk ke kamar yang berada di seberang tangga. "Ehm, di kamar mandi aja deh. Kagok aku kalau masuk ke kamar orang," tolakku. Benar-benar tidak enak hati kalau harus memasuki kamar orang lain saat penghuninya tidak berada di tempat."Nggak apa-apa, Mama udah ngizinin," ungkapnya.Aku hendak menolak lagi, tetapi Aleea telanjur mendorongku hingga tiba di depan pintu bercat abu-abu gelap tersebut. Aleea membuka benda besar itu dan menyalakan lampu menerangi ruangan yang cukup luas.Seketika aku terperangah melihat interior ruangan. Tanpa sadar aku melangkah memasuki kamar dan berhenti di tengah-tengah. Tatapan terarah ke dinding di mana tiga buah gitar elektrik yang kuketahui berharga mahal tergantung rapi. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dan kembali berdecak saat menyaksikan belasan poster band rock luar negeri yang disusun dengan artistik. Sepertinya Kak Devan adalah seorang pemusik. Hal itu terlihat jelas dari hiasan di meja belaj
Read more

Tarian Seksi

44Suasana di grand ballroom hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan ini sangat ramai. Aku dan Aleea berkeliling dari satu meja stand ke tempat lain untuk mencicipi semua hidangan yang mewah dan enak. Sementara Mama Anita berkumpul bersama rekan-rekannya sesama pebisnis. Sesuai permintaan beliau, mulai saat ini aku memanggilnya dengan sebutan Mama. Hal itu membuatku bahagia karena artinya beliau telah memberikan restu buatku dan Aleea. Tugas terberat masih menanti dan aku akan berjuang sampai titik nada penghabisan demi mendapatkan restu dari Om Yoga. Sebab aku adalah anak gembala, ehh maksudnya penyanyi, jadi harus sampai titik nada dan bukan darah. Lagi pula terdengarnya sedikit menyeramkan, darah penghabisan, seakan-akan tengah berada di medan pertempuran.Tepukan di pundak kanan membuatku refleks menoleh. Senyuman langsung mengembang di wajah kala mengenali siapa yang telah menepuk dan mengajakku bersalaman. "Ibu, kok bisa ada di sini?" tanyaku pada perempuan bergaun mera
Read more

Tamu Tengah Malam

45Aku tersenyum, kemudian mengangguk. "Itu koreografernya Linda. Dia bilang, aku harus berani tampil beda karena lirik lagunya juga seksi.""Dan aku suka." "Thanks." "Tapi kalau bisa, jangan nari kayak gitu lagi depan orang." "Maksudnya?" "Khusus di depanku aja." Aku menggigit bibir bawah untuk menahan tawa, tetapi akhirnya gelak itu menyembur juga. Demikian pula dengan Aleea. Mata sipitnya hingga tersisa segaris dan membuat tampilan wajahnya kian lucu. "Udah, ya. Sekarang aku beneran mau pulang. Udah mau jam sebelas." Aku menunjuk ke benda besar di dinding kiri. Aleea tidak menjawab dan hanya mengangguk. Kami saling beradu pandang sesaat, sebelum sama-sama melangkah ke luar dan baru berhenti di dekat motor. Aku menarik helm dari gantungan dan memakainya, sebelum menaiki motor serta memasukkan kunci ke tempatnya. "Besok malam aku ke kafe," ucap Aleea. "Emangnya dibolehkan?" tanyaku. "Maksa aja pergi, mau ngajak Nin dan Maia." "Tapi kalau nggak dibolehkan jangan maksa. Hari
Read more

Kamulah Alasanku

46Tiga puluh menit kemudian aku dan Linda sudah berboncengan di motor. Menuruti nasihat Papa, kami mencari kontrakan sedikit jauh daripada yang lama. Walaupun nantinya Linda terpaksa melakukan perjalanan lebih jauh menuju kampus, tetapi jaraknya lebih dekat dengan kafe dan pastinya tidak jauh dari kontrakannya Mas Fa dan Bang Ali. Kami menyempatkan diri untuk mengunjungi kedua orang tersebut yang tengah berada di rumahnya Mas Steven. Ketiga pria itu tampak emosi ketika Linda menceritakan peristiwa kemarin malam yang membuatnya harus mengungsi ke rumah orang tuaku. "Minta hajar itu si Angga!" desis Bang Ali. "Kita bilang ke Kang Rian dan para pengelola agar dia diblack list jadi pengunjung kafe," balas Mas Steven. "Setuju!" seru Mas Fa. "Nantilah itu, Mas-mas. Aku lagi pusing nyari kontrakan. Udah enam tempat yang didatangi, nggak ada yang cocok. Ada yang bagus tapi harganya melebihi budget," ungkap Linda. "Kamu nyari yang kayak gimana, Lin?" tanya Mas Fa. "Yang satu kamar dan
Read more

Apes

47Sepanjang jalan menuju rumah aku bersusah payah menahan emosi. Benar-benar ingin menghajar pria yang usianya beberapa tahun lebih tua dariku, tetapi kelakuannya menyamai rekan-rekan Kai di sekolah, yang menyebalkan, maksudku.Sesampainya di rumah, Linda ternyata sudah bangun dan tengah membantu Mama membuat brownies. Aku menuju dapur dan menuangkan air ke gelas sebelum meneguknya hingga habis. Hal itu diulang sampai tiga kali karena aku masih merasa haus.Ketika aku kembali ke depan, Papa memanggil dan mengajakku ke warung kopi langganan beliau yang berada di ujung blok. Kami duduk berdampingan sambil memandangi jalan utama kompleks yang tampak cukup ramai oleh para pejalan kaki serta pengendara sepeda. Hal yang lumrah terjadi di hari Minggu pagi menjelang siang. "Jadi, dia orang yang udah mukul Linda?" tanya Papa, sesaat setelah aku menceritakan semuanya. "Iya. Tadi Abang nahan-nahan buat nabok. Kesel!" sungutku. "Sabar, nggak boleh langsung hajar. Lagi pula kita baru dengar ce
Read more

Pebinor

48Malam ini suasana kafe sangat ramai dan semuanya adalah rekan-rekan Kang Rian. Pria berkemeja hijau lumut mendatangi setiap meja dan berbincang sesaat sebelum berpindah ke meja lain. Sifatnya yang ramah itulah yang paling kusuka, demikian pula dengan rekan-rekan band lainnya. Tidak hanya pada teman-teman, Kang Rian juga ramah pada semua karyawan. Akan tetapi, sampai pukul 9 Mbak Sarah tidak juga menampakkan diri dan hal itu membuatku bertanya-tanya. Ternyata bukan hanya aku yang memperhatikan hal itu, tetapi juga teman-teman band. Saat waktu istirahat tiba, kami duduk bergerombol di belakang panggung sambil menikmati sajian khusus yang disediakan Pak Jo untuk semua karyawan di kafe, termasuk kami. "Mbak Sarah dari tadi nggak muncul-muncul," ujar Mbak Yeni. "Kemaren dia juga pulang duluan," sahut Linda. "Mungkin lagi sedih," timpal Kak Carol. "Bisa jadi. Hubungan mereka udah lama, bahkan sebelum Kang Rian sama Aleea. Bener 'kan, Ken?" tanya Bang Ali."Iya, Mbak Sarah udah pacar
Read more

Batu Bata Selai Cokelat

49Sepanjang kuliah hari ini aku sulit berkosentrasi. Selain karena masih mengantuk, ucapan Papa kembali terngiang-ngiang di telinga. Aku tahu Papa sangat mengkhawatirkan anaknya yang manis ini, terutama karena beliau hafal dengan sifatku yang terkadang nekat. Sore seusai kuliah, aku memacu motor menuju kediaman Mas Fa. Bukan untuk berlatih seperti biasa, tetapi untuk menumpang tidur sebentar, sebelum nantinya kami akan berangkat ke kafe. Sesampainya di tempat tujuan, aku mengucapkan salam, kemudian langsung masuk dan merebahkan diri di kasur lipat. Namun, Mbak Yeni yang hari ini tidak bekerja, mengulurkan piring beraroma harum dan membuatku kembali bangkit. "Tadi loyo, disodorin kue langsung semangat," seloroh Mas Fa yang masih sibuk di depan laptop. "Martabak kan kesukaanku, jadi nggak boleh ditolak," kilahku di sela-sela mengunyah. "Kamu tuh, martabak kesukaan, donat favorit, gorengan kegemaran, cake kedemenan. Semuanya diborong." Aku mengulaskan senyuman lebar. Perkataan Mas
Read more

Kuli Panggul

50Tepat pukul 05.30 WIB, aku dan teman-teman sudah tiba di depan gedung perusahaan Om Yoga. Pria paruh baya tersebut tengah mengobrol dengan orang-orang dewasa lainnya saat aku menghampiri dan menyalami beliau dengan takzim. Baru selanjutnya menyalami Mama Anita dan Pak Indra beserta orang-orang lainnya. Setelahnya aku berpindah mendekati Aleea yang tengah mengobrol bersama Nin dan Maia di dekat mobil sang papa, sementara beberapa perempuan muda lainnya turut berdiri berjejer di sekitar tempat itu. "Mau sarapan sekarang?" tanya Aleea, sesaat setelah aku berada di sampingnya. "Nanti aja, tadi udah diganjel biskuit," tolakku. "Ehm, kamu nanti pakai bus juga?" tanyaku."Iya, semua orang pakai bus biar baliknya ke sini lagi." "Satu bus sama aku?" "Kayaknya nggak." Aku mendengkus pelan, tetapi kemudian mengerutkan dahi ketika melihat Aleea cengengesan. "Kamu ngerjain aku?" "Nggaklah." "Serius?" "Hu um. Emangnya kamu mau duduk deketan sama Papa?" Aku meringis. Hal itulah yang pal
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status