Home / Romansa / Love You Aleea / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Love You Aleea : Chapter 31 - Chapter 40

124 Chapters

Kita Harus Bicara

31Waktu terus bergulir, hingga tibalah waktunya menutup toko. Kami bertiga bekerjasama merapikan ruangan dan mengecek semua lampu serta kunci, baru kemudian aku dan Mbak Titin memasuki mobil karena tadi Papa memakai motorku. Mobil sedan mungil melaju dengan kecepatan sedang. Jalanan sangat padat dan ramai kendaraan karena hari Jumat ini adalah hari keramat bagi semua pekerja kantoran. Banyak dari mereka yang berasal dari luar kota dan pinggiran Kota Jakarta akan berbondong-bondong menuju tempat asal masing-masing. Mbak Titin berhenti di perempatan jalan sebelum belokan menuju kompleks perumahan, selanjutnya dia akan berjalan kaki memasuki sebuah gang sempit di antara deretan rumah toko karena rumahnya berada di tempat itu. "Besok kita ketemu di mana?" tanya Aleea. "Di kafe aja. Dari kampus aku langsung ke sana," sahutku. "Celemeknya pake yang tadi?" "Nggak, aku punya satu lagi, beda warna doang, gambarnya sama.""Topinya harus matching dong." "Pake yang ada aja deh. Nggak semp
Read more

Sembunyi-sembunyi

32Suasana ruang tamu rumah orang tuanya Aleea terasa mencekam. Om Yoga dan Tante Anita duduk berdampingan di sofa berukuran sedang. Sementara aku dan Aleea duduk bersebelahan di sofa hitam panjang dengan jarak dua jengkal. Tidak berani berdempetan karena pasti akan membuat Om Yoga marah. Aku saat ini berharap punya ilmu menghilang agar bisa luput dari tatapan tajam pria yang diketahui berusia lima puluh lima tahun tersebut. Keringat dingin sudah mengucur dari kepala sejak beberapa menit lalu hingga membasahi punggung. Peluh di dahi juga sudah beberapa kali diseka agar tidak meluncur ke mata dan membuat Om Yoga tahu bila aku tengah ketakutan. "Jadi, kalian berkomitmen untuk saling membantu agar tugas Kenzo bisa dituntaskan tepat waktu?" tanya Om Yoga sembari memandangiku dan Aleea bergantian. "Iya, Om," jawabku mewakili Aleea. "Aleea, apa yang kamu pikir sampai-sampai ngebelain Kenzo sebegitunya?" tanya Om Yoga yang membuat nyaliku menciut. "Jangan terbuai rayuan, apalagi kamu itu
Read more

Meleleh

33Kala aku membalikkan badan, Aleea ternyata ikut jalan bersama. Langkah kaki kami seolah-olah diatur secara bersamaan hingga kami tiba di depan pagar rumahnya yang segera dibukakan lebar-lebar oleh satpam. "Kamu masuk aja, nanti papamu bakal marah lagi," tuturku saat Aleea ikut menunggui kedatangan ojek pesananku."Budu! Kesel aku sama Papa," ungkapnya sebelum mengerucutkan bibir. "Jangan gitu, beliau benar, kok. Aku harusnya nyadar diri untuk nggak jatuh cinta sama kamu karena keluarga kita nggak sebanding." "Kamu jangan ngoceh macam-macam, Ken. Aku nggak suka!" Aku yang hendak menyanggah akhirnya memutuskan untuk menutup mulut rapat-rapat daripada suasana hatinya akan kian memburuk. Aku meraih jemari tangan kanan Aleea dan menggengam dengan erat. Berharap rasa sayang yang kupunya bisa disalurkan agar dia tahu bila cinta ini benar-benar tulus dan bukan seperti tuduhan papanya. Selama beberapa saat kami diam dan tangan tetap bergenggaman. Aku kehabisan kata-kata untuk menyenang
Read more

Kenapa Kamu Tanya?

34Malam menjelang menggantikan senja. Aku bergegas menunaikan salat Magrib, kemudian merapikan diri serta kembali menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh. Aku berkaca dan bergaya sedikit, lalu mengembangkan senyuman yang kuyakini kian mempertegas ketampanan. Saat hendak menuruni tangga, aku sempat melirik ke ruang kerja dan terpaku kala melihat siapa tamu yang tengah mengobrol bersama Kang Rian. Sebelum pria paruh baya itu menyadari kehadiran, aku segera menuruni tangga sambil memegangi pinggirannya dengan erat. Sesampainya di lantai bawah aku melangkah menuju dapur dan menuangkan minuman untuk diri sendiri serta meneguknya hingga habis. Aku benar-benar ngeri bila nanti sang tamu turun dan akan mengomeli anaknya. Akan tetapi, setelah aku berada di dekat panggung barulah aku sadar bila tamu tadi datang bersama istrinya dan seorang perempuan muda yang kukenal sebagai kakaknya Nin, yaitu Kak Rita. Aleea melambaikan tangan dan aku bergegas menghampiri serta menyalami Tante Anita dengan
Read more

Dikejar

35Pagi ini seusai salat Subuh aku menyempatkan diri untuk berolahraga. Jalan kaki bersama Kai, sebelum kami berlari karena dikejar anjing liar yang terganggu dengan seseorang yang sialnya berada di belakang kami. Saat orang itu lari menerobos, aku dan Kai menoleh ke belakang serta spontan mengayunkan tungkai lebih cepat menjauhi anjing putih moncong kuning tersebut. Setelah tiba di ujung blok belakang barulah kami berhenti sambil bercekak pinggang dan mengatur napas yang ngos-ngosan. Pria yang tadinya berada di belakang itu juga ikut beristirahat sambil menyeka lehernya dengan tangan. "Sorry, kalian jadi ikutan lari," ucapnya sembari memandangiku. "Anjing itu kayaknya lagi sensitif, aku nggak ngapa-ngapain, cuma bersin dekat dia, ehh, langsung ngejar," sambungnya. "Kamu bersin kena dia kali," sahutku. "Nggak tau deh. Pokoknya dia langsung gonggong dan ngejar." Pria itu menegakkan tubuh dan mengulurkan tangan, kemudian berkata, "Kenalin, aku Rama.""Kenzo," jawabku sembari menjaba
Read more

Rival

36Suasana ramai di ruang terbuka ini membuatku gerah hingga membuka dasi dan satu kancing bagian atas kemeja agar angin bisa menembus ke kulit. Selain aku, anggota grup band yang berjumlah tujuh orang itu juga kegerahan, terutama karena kami tidak diberikan tenda dan hanya mengandalkan rerimbunan dedaunan yang letaknya tepat di atas panggung. Entah sudah berapa botol air minuman kemasan yang habis kuteguk, tetapi rasa kering di leher hanya terobati sedikit. Bila nanti konser di acara seperti ini, aku harus menyediakan topi lebar yang digunakan saat istirahat, kalau perlu bawa payung besar untuk melindungi diri agar kulit tidak gosong. Aku sadar diri tidak berkulit putih atau kuning langsat, tetapi kulit eksotis ini membuat tampilanku kian manis.Penyanyi pria yang bernama Lucas ternyata benar-benar tidak bisa menyanyi karena suaranya hilang akibat radang. Aku dan dua penyanyi perempuan lainnya bahu-membahu menggantikan tugas Lucas. Beberapa kali aku memancing interaksi penonton deng
Read more

Ngebayangin Kamu Yang Pake

37Tiga puluh menit kemudian aku sudah berada di motor yang mengarah ke kafe. Sementara Aleea membuntuti dengan mobilnya bersama duo dayang-dayang. Sesampainya di tempat parkir kafe, aku menitipkan motor beserta kunci dan helmnya. Kemudian segera memasuki mobil pada bagian penumpang di samping pengemudi. Ketiga gadis itu berbincang nyaris tidak ada putus-putusnya. Sementara aku hanya mendengarkan sambil mengusap wajah dan leher dengan tisu basah. Aku menyempatkan untuk menghidu aroma ketiak dan seketika tersenyum karena di sana masih tetap harum mewangi sepanjang hari. Tralala trilili. Setibanya di tempat tujuan, kami turun dan jalan berdampingan sambil bergenggaman tangan. Sekali-sekali kami berhenti dan memasuki toko yang menyediakan pakaian serta aksesori pria. Aku mengerjap-ngerjapkan mata ketika melihat angka yang tertera di satu kotak dasi, membatin bahwa harga yang tercantum itu setara dengan uang jajanku seminggu di luar bensin. Aku mengangkat alis ketika Aleea menunjuk ke
Read more

Kita Bisa Ketemu?

38Gedoran di pintu dan teriakan Mama bernada D mayor mengusik ketenangan bersemediku di bilik termenung. Dengan terpaksa aku menuntaskan acara membersihkan raga dan keluar sambil berputar beberapa kali, melatih gerakan nari terbaru yang akan ditampilkan nanti malam di kafe. Belasan menit berlalu, aku tengah menikmati hidangan sarapan ketika mendengar suara beberapa motor mendekat dan diiringi teriakan orang-orang dari depan rumah. Aku sempat beradu pandang dengan Mama, sebelum kemudian aku berdiri dan jalan ke luar."Ken, kelas diundur satu jam lagi," ujar Willy yang tengah jalan mendekat. "Waalaikumsalam," sahutku. Willy spontan cengengesan. "Iya, assalamualaikum," imbuhnya. "Terus, ke sini mau ngapain?" tanyaku. "Nongkronglah," sahut Ijan yang menghampiri bersama Sandy. "Kalian pasti pengen numpang makan," tuturku. "Nggak, aku udah sarapan kok," jawab Sandy. "Tapi kalau mamamu maksa, aku nggak bakal nolak," sambungnya yang membuatku mengeluh dalam hati. "Pura-pura nolak. Bu
Read more

Trik Memisahkan

39"Sudah makan?" tanyanya tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. "Sudah, Om," jawabku, terpaksa berbohong karena nafsu makan yang tadi menggelora tiba-tiba lenyap setelah berhadapan dengan beliau. "Kalau begitu, pesan minuman dan desert saja." Om Yoga mengangkat tangan kanan dan seorang perempuan segera mendekat. "Mau pesan apa, Kenzo?" tanyanya. "Ehm, es lemon tea, sama ini." Aku menunjuk ke gambar kue di daftar menu yang tersedia di meja. "Ada lagi?" "Nggak, udah cukup." Pria yang berpenampilan rapi itu memesan kue yang sama denganku. Pegawai restoran beranjak menjauh dan aku kembali tegang karena merasa ngeri berhadapan dengan pengusaha yang merupakan keturunan ketiga dari keluarga Ardana, salah satu grup perusahaan yang cukup terkenal. "Kamu pasti bertanya-tanya kenapa saya mengajak bertemu," tuturnya yang kubalas dengan anggukan. "Saya ingin menawarkan bisnis untukmu," lanjutnya sembari memandangiku saksama. "Dua bulan lagi ada acara gathering di perusahaan saya. Nah, saya i
Read more

Kenangan Bandel

40Sabtu siang hari ini kuhabiskan waktu dengan berlatih vokal di bawah arahan Mas Mono. Pria berkacamata itu mengajarkanku memperdalam teknik agar bisa memperhalus falsetto, hal yang selama ini belum dikuasai. Setelah lima jam lebih berlatih akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk berhenti serta beristirahat, sambil berbaring di kasur lipat yang berada di ruang tamu kontrakan Mas Fa. "Kamu tugas hari apa selain besok, Ken?" tanya Mas Mono yang tengah menyandarkan badan ke dinding. "Rabu, Mas," jawabku. "Berarti Selasa latihan lagi." "Tapi Selasa aku kuliah sampai jam tiga." "Ya, udah, kita ketemu di kafe aja." "Oke deh." "Sekalian latihan dance, Ken. Buat perform di acara gathering kantor papanya Aleea, kita harus tampil beda. Cari lagu yang bisa mancing penonton buat ikut bergoyang," timpal Mas Fa. "Dangdut," seloroh Bang Ali. "Nggak bisa aku, Bang. Kalau cengkok Melayu, aku bisa," jelasku. "Nah, cakep tuh. Melayu juga enak buat mancing nari. Cari yang musiknya full, j
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status