Share

Meleleh

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

33

Kala aku membalikkan badan, Aleea ternyata ikut jalan bersama. Langkah kaki kami seolah-olah diatur secara bersamaan hingga kami tiba di depan pagar rumahnya yang segera dibukakan lebar-lebar oleh satpam.

"Kamu masuk aja, nanti papamu bakal marah lagi," tuturku saat Aleea ikut menunggui kedatangan ojek pesananku.

"Budu! Kesel aku sama Papa," ungkapnya sebelum mengerucutkan bibir.

"Jangan gitu, beliau benar, kok. Aku harusnya nyadar diri untuk nggak jatuh cinta sama kamu karena keluarga kita nggak sebanding."

"Kamu jangan ngoceh macam-macam, Ken. Aku nggak suka!"

Aku yang hendak menyanggah akhirnya memutuskan untuk menutup mulut rapat-rapat daripada suasana hatinya akan kian memburuk. Aku meraih jemari tangan kanan Aleea dan menggengam dengan erat. Berharap rasa sayang yang kupunya bisa disalurkan agar dia tahu bila cinta ini benar-benar tulus dan bukan seperti tuduhan papanya.

Selama beberapa saat kami diam dan tangan tetap bergenggaman. Aku kehabisan kata-kata untuk menyenang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Love You Aleea    Kenapa Kamu Tanya?

    34Malam menjelang menggantikan senja. Aku bergegas menunaikan salat Magrib, kemudian merapikan diri serta kembali menyemprotkan parfum ke seluruh tubuh. Aku berkaca dan bergaya sedikit, lalu mengembangkan senyuman yang kuyakini kian mempertegas ketampanan. Saat hendak menuruni tangga, aku sempat melirik ke ruang kerja dan terpaku kala melihat siapa tamu yang tengah mengobrol bersama Kang Rian. Sebelum pria paruh baya itu menyadari kehadiran, aku segera menuruni tangga sambil memegangi pinggirannya dengan erat. Sesampainya di lantai bawah aku melangkah menuju dapur dan menuangkan minuman untuk diri sendiri serta meneguknya hingga habis. Aku benar-benar ngeri bila nanti sang tamu turun dan akan mengomeli anaknya. Akan tetapi, setelah aku berada di dekat panggung barulah aku sadar bila tamu tadi datang bersama istrinya dan seorang perempuan muda yang kukenal sebagai kakaknya Nin, yaitu Kak Rita. Aleea melambaikan tangan dan aku bergegas menghampiri serta menyalami Tante Anita dengan

  • Love You Aleea    Dikejar

    35Pagi ini seusai salat Subuh aku menyempatkan diri untuk berolahraga. Jalan kaki bersama Kai, sebelum kami berlari karena dikejar anjing liar yang terganggu dengan seseorang yang sialnya berada di belakang kami. Saat orang itu lari menerobos, aku dan Kai menoleh ke belakang serta spontan mengayunkan tungkai lebih cepat menjauhi anjing putih moncong kuning tersebut. Setelah tiba di ujung blok belakang barulah kami berhenti sambil bercekak pinggang dan mengatur napas yang ngos-ngosan. Pria yang tadinya berada di belakang itu juga ikut beristirahat sambil menyeka lehernya dengan tangan. "Sorry, kalian jadi ikutan lari," ucapnya sembari memandangiku. "Anjing itu kayaknya lagi sensitif, aku nggak ngapa-ngapain, cuma bersin dekat dia, ehh, langsung ngejar," sambungnya. "Kamu bersin kena dia kali," sahutku. "Nggak tau deh. Pokoknya dia langsung gonggong dan ngejar." Pria itu menegakkan tubuh dan mengulurkan tangan, kemudian berkata, "Kenalin, aku Rama.""Kenzo," jawabku sembari menjaba

  • Love You Aleea    Rival

    36Suasana ramai di ruang terbuka ini membuatku gerah hingga membuka dasi dan satu kancing bagian atas kemeja agar angin bisa menembus ke kulit. Selain aku, anggota grup band yang berjumlah tujuh orang itu juga kegerahan, terutama karena kami tidak diberikan tenda dan hanya mengandalkan rerimbunan dedaunan yang letaknya tepat di atas panggung. Entah sudah berapa botol air minuman kemasan yang habis kuteguk, tetapi rasa kering di leher hanya terobati sedikit. Bila nanti konser di acara seperti ini, aku harus menyediakan topi lebar yang digunakan saat istirahat, kalau perlu bawa payung besar untuk melindungi diri agar kulit tidak gosong. Aku sadar diri tidak berkulit putih atau kuning langsat, tetapi kulit eksotis ini membuat tampilanku kian manis.Penyanyi pria yang bernama Lucas ternyata benar-benar tidak bisa menyanyi karena suaranya hilang akibat radang. Aku dan dua penyanyi perempuan lainnya bahu-membahu menggantikan tugas Lucas. Beberapa kali aku memancing interaksi penonton deng

  • Love You Aleea    Ngebayangin Kamu Yang Pake

    37Tiga puluh menit kemudian aku sudah berada di motor yang mengarah ke kafe. Sementara Aleea membuntuti dengan mobilnya bersama duo dayang-dayang. Sesampainya di tempat parkir kafe, aku menitipkan motor beserta kunci dan helmnya. Kemudian segera memasuki mobil pada bagian penumpang di samping pengemudi. Ketiga gadis itu berbincang nyaris tidak ada putus-putusnya. Sementara aku hanya mendengarkan sambil mengusap wajah dan leher dengan tisu basah. Aku menyempatkan untuk menghidu aroma ketiak dan seketika tersenyum karena di sana masih tetap harum mewangi sepanjang hari. Tralala trilili. Setibanya di tempat tujuan, kami turun dan jalan berdampingan sambil bergenggaman tangan. Sekali-sekali kami berhenti dan memasuki toko yang menyediakan pakaian serta aksesori pria. Aku mengerjap-ngerjapkan mata ketika melihat angka yang tertera di satu kotak dasi, membatin bahwa harga yang tercantum itu setara dengan uang jajanku seminggu di luar bensin. Aku mengangkat alis ketika Aleea menunjuk ke

  • Love You Aleea    Kita Bisa Ketemu?

    38Gedoran di pintu dan teriakan Mama bernada D mayor mengusik ketenangan bersemediku di bilik termenung. Dengan terpaksa aku menuntaskan acara membersihkan raga dan keluar sambil berputar beberapa kali, melatih gerakan nari terbaru yang akan ditampilkan nanti malam di kafe. Belasan menit berlalu, aku tengah menikmati hidangan sarapan ketika mendengar suara beberapa motor mendekat dan diiringi teriakan orang-orang dari depan rumah. Aku sempat beradu pandang dengan Mama, sebelum kemudian aku berdiri dan jalan ke luar."Ken, kelas diundur satu jam lagi," ujar Willy yang tengah jalan mendekat. "Waalaikumsalam," sahutku. Willy spontan cengengesan. "Iya, assalamualaikum," imbuhnya. "Terus, ke sini mau ngapain?" tanyaku. "Nongkronglah," sahut Ijan yang menghampiri bersama Sandy. "Kalian pasti pengen numpang makan," tuturku. "Nggak, aku udah sarapan kok," jawab Sandy. "Tapi kalau mamamu maksa, aku nggak bakal nolak," sambungnya yang membuatku mengeluh dalam hati. "Pura-pura nolak. Bu

  • Love You Aleea    Trik Memisahkan

    39"Sudah makan?" tanyanya tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. "Sudah, Om," jawabku, terpaksa berbohong karena nafsu makan yang tadi menggelora tiba-tiba lenyap setelah berhadapan dengan beliau. "Kalau begitu, pesan minuman dan desert saja." Om Yoga mengangkat tangan kanan dan seorang perempuan segera mendekat. "Mau pesan apa, Kenzo?" tanyanya. "Ehm, es lemon tea, sama ini." Aku menunjuk ke gambar kue di daftar menu yang tersedia di meja. "Ada lagi?" "Nggak, udah cukup." Pria yang berpenampilan rapi itu memesan kue yang sama denganku. Pegawai restoran beranjak menjauh dan aku kembali tegang karena merasa ngeri berhadapan dengan pengusaha yang merupakan keturunan ketiga dari keluarga Ardana, salah satu grup perusahaan yang cukup terkenal. "Kamu pasti bertanya-tanya kenapa saya mengajak bertemu," tuturnya yang kubalas dengan anggukan. "Saya ingin menawarkan bisnis untukmu," lanjutnya sembari memandangiku saksama. "Dua bulan lagi ada acara gathering di perusahaan saya. Nah, saya i

  • Love You Aleea    Kenangan Bandel

    40Sabtu siang hari ini kuhabiskan waktu dengan berlatih vokal di bawah arahan Mas Mono. Pria berkacamata itu mengajarkanku memperdalam teknik agar bisa memperhalus falsetto, hal yang selama ini belum dikuasai. Setelah lima jam lebih berlatih akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk berhenti serta beristirahat, sambil berbaring di kasur lipat yang berada di ruang tamu kontrakan Mas Fa. "Kamu tugas hari apa selain besok, Ken?" tanya Mas Mono yang tengah menyandarkan badan ke dinding. "Rabu, Mas," jawabku. "Berarti Selasa latihan lagi." "Tapi Selasa aku kuliah sampai jam tiga." "Ya, udah, kita ketemu di kafe aja." "Oke deh." "Sekalian latihan dance, Ken. Buat perform di acara gathering kantor papanya Aleea, kita harus tampil beda. Cari lagu yang bisa mancing penonton buat ikut bergoyang," timpal Mas Fa. "Dangdut," seloroh Bang Ali. "Nggak bisa aku, Bang. Kalau cengkok Melayu, aku bisa," jelasku. "Nah, cakep tuh. Melayu juga enak buat mancing nari. Cari yang musiknya full, j

  • Love You Aleea    Kumat

    41 Hari berganti hari dengan sangat cepatnya. Sabtu pagi ini aku turun dari rumah tepat pukul 6. Mengendarai motor dengan kecepatan sedang dan sangat berhati-hati agar bisa tiba di tempat tujuan dengan selamat. Bang Ali, Mas Fa dan Mbak Yeni telah tiba terlebih dahulu dan tengah mengetes peralatan musik. Seorang pria yang merupakan operator sekaligus pemilik alat-alat tersebut ikut membantu mereka menyesuaikan nada. Tak berselang lama Linda datang bersama Mas Steven. Mas Mono dan Kak Carol menyusul sambil membawa nasi uduk yang tadi dipesan Mas Fa. Kami bergantian sarapan agar tetap ada yang menangani peralatan, sebelum akhirnya siap untuk dimainkan sebagai ajang latihan. Seorang perempuan yang mengenakan kebaya merah muda, jalan menghampiri sambil memanggilku. Setelah dekat, barulah aku sadar bila orang itu adalah Bu Ardila. Penampilannya yang sangat berbeda daripada biasanya membuatku pangling. "Ken, bisa sekalian jadi pemandu acara?" tanya Bu Ardila. "Bisa, Bu. Tapi aku harus

Latest chapter

  • Love You Aleea    Perpisahan

    Persiapan menuju pernikahan dikebut. Aku mengurus semua surat-surat dengan dibantu Papa dan teman-teman. Mama bekerjasama dengan Mama Anita menyiapkan segala sesuatunya untuk acara akad nikah. Sedangkan untuk resepsi, semuanya diambil alih tim manajemen. Dikarenakan pestanya mendadak dan harus tertutup, akhirnya kami memutuskan acaranya diadakan di resor wilayah Bogor. Tempat itu merupakan area wisata milik rekan bisnis Om Yoga, sekaligus pengusaha senior yang merupakan salah satu penggiat bisnis terkenal. Hari berganti menjadi minggu. Persiapan yang dilakukan hanya dalam waktu empat pekan akhirnya tuntas. Saat ini aku dan rombongan telah tiba di resor. Kami diarahkan pegawai untuk menempati sisi kiri area. Sementara keluarga Aleea akan mengisi sayap kanan. Tim panitia yang dipimpin Mas David sengaja memisahkan kami agar bisa dipingit. Aku tidak bisa memprotes dan terpaksa menerima semua arahan pria berkulit kuning langsat, yang sejak awal kami datang sudah membentuk ekspresi seri

  • Love You Aleea    Berarti Aku Juga ....

    Suasana hening menyelimuti ruang kerja ini. Aku menelan ludah beberapa kali karena gugup. Om Yoga tengah mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telepon, dan itu menyebabkanku gelisah karena harus menunggu. Setelah Om Yoga menutup sambungan telepon, kegugupanku kian bertambah seiring dengan tatapan tajam yang beliau arahkan padaku. Meskipun kami sudah cukup akrab, tetap saja dipandangi sedemikian rupa menyebabkan nyaliku menciut. "Lea sudah menceritakan mengenai lamaranmu padanya," ucap pria yang rambutnya dihiasi uban di beberapa tempat. "Kenapa kamu ingin menikah segera, Ken?" tanyanya. Aku terdiam sesaat untuk memaksa otak bekerja cepat. Setelahnya aku mendengkus pelan, kemudian menyahut, "Aku mencintai Lea, Om. Dan kami sudah sangat dekat. Aku juga takut kehilangannya." "Usia kalian masih sangat muda. Saya tidak yakin kalian sanggup meniti rumah tangga," balas Om Yoga. "Begini, Kenzo. Pernikahan tidak hanya tentang cinta. Ke depannya itu sangat berat untuk dilalui. Teruta

  • Love You Aleea    Would You Marry Me?

    Detik terjalin menjadi menit. Putaran waktu terus melaju tanpa bisa ditahan oleh siapa pun. Musim hujan bergeser ke musim kemarau. Jalanan mulai berdebu karena jarang tersiram air dari langit.Makin mendekati hari keberangkatan Aleea ke London, aku makin gelisah. Bila kami tengah menghabiskan waktu bersama, aku kesulitan mengalihkan pandangan darinya karena aku ingin menyimpan setiap detail dari dirinya yang indah. Seperti hari ini, kami memiliki kesempatan untuk berkencan di Minggu malam. Mas Fa mengizinkanku tidak bekerja seharian karena aku sudah merengek meminta istirahat setelah sebulan penuh bekerja. Aleea tampak begitu cantik dan anggun. Gaun biru tua mengilat yang digunakannya memperjelas kulit putihnya yang bersih. Wajahnya yang sudah cantik, dirias tidak tebal yang membuatnya kian memesona. Rambut panjangnya dijepit sirkam di sisi kanan dan kiri, sisanya dibiarkan tergerai ke belakang. Aku nyaris tidak bisa mengalihkan pandangan dan terus-menerus mengamatinya. Rasa cinta

  • Love You Aleea    Band Bersaudara

    Saat paling mendebarkan pun tiba. Aku duduk di kursi bersama ketiga sahabat sembari menyatukan telapak tangan di ujung lutut. Ekspresi kami nyaris sama, yakni tegang. Pintu besar hitam di seberang seolah-olah seperti pintu menuju ruang penyiksaan. Kami masih menunggu giliran untuk masuk dan dicecar para dosen penguji. Kala namaku dipanggil petugas, kaki seketika terasa berat untuk dilangkahkan. Dengan menahan degup jantung yang menggila, aku mengayunkan tungkai menuju pintu dan membukanya. Setelah masuk dan menutup pintu kembali, aku meneruskan langkah hingga tiba di kursi tunggu di mana kedua teman sekelas tengah menunggu giliran masuk ke ruang penguji. Tiba waktunya aku menjalankan pengujian. Keringat dingin meluncur turun dari kepala hingga punggung. Aku yang sudah terbiasa menghadapi banyak orang. Namun, kali ini tetap gemetaran dan jantung pun jumpalitan. Seusai menyapa ketiga penguji, aku memulai memaparkan isi tugas akhir. Rasa percaya diri yang sempat lenyap saat masuk ke r

  • Love You Aleea    Bisa Sekalian Cariin Calonnya?

    Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Tidak ada apa pun atau siapa pun yang sanggup menghentikan perputaran masa. Semuanya melesat tidak terbatas dan membuat setiap insan berlomba-lomba menguasai waktu. Hingga semua rutinitas berlangsung runut dan lancar. Demikian pula denganku. Hal serupa seperti masa awal kuliah dijalani dengan sungguh-sungguh. Aku benar-benar berusaha memanfaatkan setiap menitnya agar penyelesaian bab demi bab skripsi bisa berjalan tertib dan berhasil diselesaikan tepat waktu. Waktu cuti dari label musik hanya satu semester, artinya cuma enam bulan aku bisa mengerjakan tugas akhir dengan fokus maksimal. Lewat dari waktu itu, aku sudah harus berjibaku dengan melakukan rekaman album kedua, sekaligus masih terus mempromosikan album pertama. Tiba di penghujung minggu. Akhirnya aku bisa melepas penat dan menghabiskan waktu bersama kekasih tercinta. Tentu saja kami tidak pergi berdua saja, readers. Trio kwek-kwek dan kedua adikku juga turut serta. Demikian

  • Love You Aleea    Maksa Biar Kamu Jadi Jodohku

    "Hasil album pertamamu sudah lumayan naiknya. Walau nggak langsung hits, kamu harus tetap semangat, Ken," ujar Pak Daud sembari menepuk pundak kiriku. "Ya, Pak. Jujur, bisa nyampe di titik ini aku udah bahagia banget. Tanpa bantuan bapak-bapak di sini, mungkin selamanya aku hanya menjadi penyanyi kafe," tuturku sembari mengatupkan kedua tangan di depan dada. "Kami hanya membantu sedikit. Selebihnya usahamu yang sudah maksimal yang menjadikanmu cukup terkenal," cakap Pak Salim yang berada di kursi seberang. "Setelah kamu beres skripsi, kita langsung kerjakan penggarapan album kedua," ungkap Mas Benigno yang kubalas dengan anggukan. "Ya, Mas," jawabku. "Moga-moga nggak ada halangan dalam pembuatan skripsi," lanjutku. "Kapan dimulainya?" tanya Mas David. "Dua minggu lagi," paparku. "Berarti tampil di akhir pekan aja. Senin sampai Kamis fokus ke urusan kuliah." Aku mengangguk mengiakan. "Mas Fa udah nyetop semua jadwal panggung. Terakhir minggu ini." "Lebih baik memang beg

  • Love You Aleea    Penyamaran

    Sorot lampu dari berbagai arah membuatku silau. Aku mengerjap-ngerjapkan mata untuk membiasakannya menatap cahaya berkekuatan penuh yang mengiringi gerakan serta langkahku ke semua sudut panggung. Setelah lagu keenam, aku berpindah ke belakang panggung. Linda menggantikan posisiku untuk menyanyikan tiga lagu sebagai pengisi kekosongan. Aku membuka baju yang lembap dan melemparkannya ke tas biru tua di ujung kursi. Ijan mengulurkan handuk kecil merah dan aku mengambilnya untuk menyeka peluh di wajah serta leher. Ijan mengarahkan kipas kecil bertenaga baterai ke badanku. Sementara Sandy menyiapkan pakaian ganti. Belum hilang keringat, aku bergegas berganti pakaian dan berias seadanya. Rambut yang basah segera dikeringkan Ijan menggunakan hairdryer, sedangkan Sandy memegangi kipas elektrik sekaligus kipas konvensional. Teriakan Mas Fa yang tadi mengecek penampilan Linda menyadarkanku untuk bergerak lebih cepat. Pria berkemeja putih pas badan berpindah ke dekat kursi dan membantuku men

  • Love You Aleea    Jangan Ke Lain Hati

    Mimpi buruk akhirnya menimpaku. Hal yang paling ditakuti oleh semua penyanyi adalah memburuknya kualitas pita suara. Aku diminta Papa untuk menghemat bicara. Selama beberapa hari di rumah aku membawa kertas dan pulpen ke mana-mana. Bila ada yang bertanya aku menjawabnya dengan tulisan. Semua jadwal kerja ditangguhkan hingga minggu berikutnya. Mas Fa dan yang lainnya benar-benar ketat pengawasan agar suaraku benar-benar pulih. Mereka bahkan melarangku berlatih karena takut suara kian rusak dan akhirnya menghilang.Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Akhirnya suaraku kembali normal dan bisa bekerja lagi, walaupun porsinya sedikit. Jadwal manggung di tiga tempat hanya tiga hari di akhir pekan, empat hari berikutnya difokuskan pada promosi. Bulan berganti, aku dan teman-teman bersiap melakukan ujian. Seperti biasa, Humaira dan Tie menjadi andalanku untuk menjelaskan semua mata kuliah. Selain itu, setiap malam aku dan Ijan belajar bersama untuk mengejar ketertinggalan. "Ya,

  • Love You Aleea    Kami Nggak Ke Mana-mana

    Tepat pukul 07.00 WIB, aku dan kelompok keluar dari hotel menuju tempat wisata terkenal di daerah Lembang. Aku ikut dalam mobil yang dikemudikan Aleea. Nin dan Maia berada di kursi belakang. Sementara yang lainnya menaiki mobil SUV milik Papa. Suasana jalan raya yang padat, tidak mengurangi semangat kami untuk meneruskan perjalanan. Aleea mengemudi dengan cekatan dan membuatku terintimidasi karena masih belum lancar menyetir. Sesampainya di Farm House Susu Lembang, para gadis begitu heboh untuk melakukan swa foto. Gaya khas cerianya perempuan muda membuatku tersenyum menyaksikan tingkah mereka yang alami dan tanpa dibuat-buat. Namun, seruan beberapa orang membuatku meringis karena dikenali sebagai artis baru. Mau tidak mau aku melayani acara foto bersama dan sesi tanda tangan. Sedapat mungkin berusaha ramah meskipun sudah ingin kabur dan melanjutkan berlibur. "Sudah cukup, ya, Akang-akang dan teteh-teteh. Abang Kenzo mau berwisata dulu," tutur Ijan sembari memegangi pundakku. "Per

DMCA.com Protection Status