Beranda / Romansa / Love You Aleea / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Love You Aleea : Bab 11 - Bab 20

124 Bab

Kebenaran Terungkap

11"Dasar pembohong! Udah ketahuan juga masih ngeles aja!" pekik Aleea sambil menunjuk wajah Rian yang tampak pucat. "Kamu salah paham, Sayang. Denger dulu penjelasan Akang," pinta pria berpakaian rapi sembari memegangi pundak Aleea yang seketika ditepis oleh gadis itu. Adegan berikutnya membuatku tercengang. Tiba-tiba saja tubuh Rian sudah tersungkur dengan posisi tubuh menekuk bak janin dalam kandungan dan tangan memegangi perut. Tanpa sadar mulutku membuka, demikian pula dengan Kai. Setelah berhasil mengatasi rasa keterkejutan, aku bergegas menghampiri kedua orang tersebut dan memegangi Aleea yang sudah bersiap untuk memukul Rian lagi."Lea, stop!" seruku. Aleea memberontak dan hendak berbalik memukul, tetapi kemudian dia tersadar dan menghentikan gerakan tangan yang sudah terangkat ke atas dan membentuk tinjuan. "Kenzo?" tanyanya sambil melebarkan mata. "Iya." Aku menariknya hingga menjauh dari Rian. Sementara Kai membantu pria itu berdiri dan menyandar ke pintu mobil. "Lep
Baca selengkapnya

Lebih Dekat Dengan Kamu

12Hampir tengah malam saat sopir keluarga menjemput Aleea di rumah. Kedua orang tuanya tengah dalam perjalanan pulang dari Bandung, setelah dihubungi oleh Aleea satu setengah jam yang lalu. Aku memandangi kala gadis itu memasuki mobil sedan putih milik sang mama, lalu melambaikan tangan seraya tersenyum tipis, tetapi matanya masih sendu. Beberapa menit berdiri di depan pagar, barulah aku kembali memasuki rumah. Papa memanggilku dan mengajak bicara di ruang tengah. Mama juga ikut duduk sambil sekali-sekali menguap. Sementara Kai dan Khanza telah tidur sejak tadi di kamar masing-masing. "Gimana ceritanya itu tunangan Aleea bisa kebongkar rahasianya?" tanya Papa sembari menatapku lekat-lekat."Abang nggak tau persisnya gimana. Aleea ngamuk di depan mini market, terus mukulin Kang Ryan. Ehm, terus Mbak Sarah datang dan ngungkapin rahasia hubungannya dengan Kang Ryan, yang ternyata udah terjalin tiga tahun," jawabku. "Tadi mama coba ngorek keterangan, tapi susah karena dia nangis mul
Baca selengkapnya

Di Atas Langit Masih Ada Langit

13 Hari pun berganti. Masa usia sembilan belas tahun pun terlewati dengan ciuman dan pelukan hangat dari Papa, Mama dan Khanza. Sedangkan Kai hanya menyalamiku tanpa mengucapkan apa pun, lalu melenggang menuju meja makan dan duduk dengan santai, menyantap nasi kuning dengan lauk komplet yang sengaja disiapkan Mama sedari subuh. "Mau dirayakan nggak, Bang?" tanya Papa seraya mengulaskan senyuman yang kurasa agak menggoda. "Iya, Pa. Nanti malam kita makan-makan di restoran yang baru buka itu. Abang juga mau ngajak teman-teman kampus. Kalau teman-teman band, nanti siang Abang mau traktir mereka makan pizza, pada minta ke situ," sahutku. "Aleea diajak kan?" timpal Mama. Sekian detik aku terdiam, kemudian mengangkat bahu tanda bingung. Semenjak pengakuanku tempo hari, Aleea belum memberikan jawaban apakah menolak atau menerima ajakanku untuk menjadikannya pacar. Hingga satu bulan berlalu, nasibku masih digantung bak cucian terlupakan di tiang jemuran. Dari basah, terus kering, sampai
Baca selengkapnya

Aku Menyukaimu, Kenzo

14"Akhirnya nongol juga dia, kirain nggak jadi datang," tukas Mas Steven sambil berdiri dan menyalamiku. "Happy birthday, Adikku yang katanya ganteng, semoga bahagia selalu," imbuhnya sambil menepuk-nepuk pundak. "Makasih, Mas," sahutku seraya mengulaskan senyuman lebar. Selanjutnya Mas Fa, Mbak Yeni dan Bang Ali bergantian menyalami dan mengucapkan selamat hari lahir buatku. Linda yang berdiri paling akhir tampak menyunggingkan senyuman sembari mengulurkan kotak berhiaskan pita merah. "Buatku?" selorohku sembari mengambil benda persegi panjang itu dari tangannya. "Bukan, buat Ijan," jawab Linda sambil mengerucutkan bibir, tetapi kemudian dia tersenyum lagi. "Kita makan dulu, baru nanti dibuka kadonya. Aku sudah lapar," tukas Bang Ali, bertepatan dengan kedatangan tiga pan pizza berukuran besar yang ternyata sudah mereka pesan sejak tadi. Aku hanya bisa mengelus dada, kala mengetahui berapa banyak uang yang harus dikeluarkan. Namun, aku tidak bisa perhitungan dengan mereka, kar
Baca selengkapnya

Mikhane Maghzamo

15"Keren!" pekik Linda, sesaat setelah aku selesai menyanyikan lagu berirama cepat berbahasa latin berjudul Mary Jane by Ilkas Seychan."Lagi! Lagi!" teriak para penonton yang terdiri dari berbagai kalangan. Bahkan teman-teman sesama pekerja di kafe juga turut menyemangati dengan bertepuk tangan dan bersorak sorai. Aku tak sanggup menahan diri untuk mengulaskan senyuman lebar, terutama karena saat ini kekasih hati tengah berada di meja depan, bersama dengan mamanya dan dua dayang-dayang, yaitu Nin dan Maia. "C'mon, Honey! One more please!" jerit Aleea yang membuatku meringis, karena pada saat yang sama Kang Ryan tengah turun dari lantai dua dan memandangiku dengan tajam. "Ayo, Ken. Sekali lagi, kita puaskan pengunjung. Sekalian nunjukin kemampuan bernyanyimu yang bagus pada calon mertua," ajak Mas Fa. Aku awalnya ragu-ragu untuk melakukan hal itu, tetapi ketika mendengar petikan gitar Mas Fa yang langsung disambut ketiga anggota kelompok kami dengan alat musik masing-masing, akhi
Baca selengkapnya

Strata Berbeda

16 Sesuai janji, hari Minggu pagi ini aku sudah berkunjung ke rumah milik orang tua Aleea. Gadis bermata sipit menyambutku dengan seulas senyuman memikat yang membuatku gemas ingin memeluknya erat.Beberapa menit kami mengobrol dengan santai di ruang tamu yang furniturnya telah diubah letaknya, serta ditambahkan sebuah cermin besar yang digantung di atas meja konsul, yang berada di dinding sebelah kanan, tepat di belakang pintu bercat putih yang kuyakin sangat berat dan pasti benjol kalau tertimpa benda itu. Tiba-tiba Aleea terdiam. Aku mengikuti arah pandangannya yang tertuju pada seorang pria bertubuh sedang yang kini tengah jalan mendekat. Spontan aku berdiri dan mengangguk sopan. Pria itu mengulaskan senyuman dan mengulurkan tangan yang kujabat dengan tegas. "Kenzo, betul?" tanya pria itu sambil memandangiku dengan saksama. "Betul, Om," jawabku sambil berusaha menahan rasa ngeri yang tiba-tiba muncul tanpa sebab. "Silakan duduk, kita ngobrol santai aja," sambung papanya Aleea
Baca selengkapnya

Mensana Inkonporisano

17Pulang ke rumah dengan pikiran penuh dan tubuh yang lelah, aku langsung merebahkan diri di kasur dengan posisi telentang. Menatap langit-langit kamar bernuansa biru laut Samudera Hindia. Rasa kalut dalam hati yang masih merajai membuatku gundah dan butuh tempat untuk mencurahkan beban. Tidak mungkin bila aku menceritakan tentang hal ini pada orang tua. Mereka pasti akan kecewa, dan takutnya akan berimbas pada Aleea bila dia berkunjung ke sini. Sesuai pembicaraan kami tadi, mulai sekarang aku tidak akan datang ke rumahnya. Aleea-lah yang akan berkunjung ke sini atau ke kafe bila ingin menemuiku. Selain karena aku takut penolakan dari Om Yoga, rumah Aleea yang sepi mungkin akan memancing kami untuk melakukan hal yang terlarang. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk berpacaran di rumahku saja. Selain karena di sini selalu ada adik-adik, Aleea juga tidak mau bila aku kembali ditekan papanya. Namun, ternyata feeling seorang ibu itu kuat banget, ya. Saat makan malam, Mama memandangik
Baca selengkapnya

Mati Ajalah Aku!

18 Beberapa puluh menit kemudian, kami berjejer tiga motor menembus kepadatan jalan raya Mampang di sore hari ini. Mas Fa menekan klakson sebelum membelokkan setang motor ke kiri. Dia mau menjemput Mbak Yeni dulu di daerah Kalibata, sedangkan aku dan Yeni melanjutkan perjalanan menuju Kemang. Setibanya di kafe, suasana tampak ramai karena banyak orang berdiri di depan pintu kafe yang masih belum dibuka. Aku dan Linda saling beradu pandang sesaat, mungkin dia sama bingungnya denganku, karena kami tidak tahu penyebab kerumunan itu. Linda mengajakku memutar ke bagian belakang bangunan, tempat di mana ada lorong kecil yang panjang, yang merupakan jalan keluar masuk para karyawan. Saat memasuki ruangan dapur kafe, lagi-lagi kami dibuat bingung karena semua orang di bagian itu tampak sibuk. "Pak, Jo, ada apaan sih? Kok semuanya heboh gini, dan di depan banyak orang?" tanyaku pada koki senior yang tengah menggilas adonan mirip bentuk martabak."Ada yang booking tempat ini buat acara jump
Baca selengkapnya

Pangeran Tidur

19 Sudut bibirku terangkat membentuk senyuman. Tepukan penonton dan rekan-rekan membuatku merasa senang. Meskipun tadi lidah keseleo saat pengucapan bahasa Hindi, tetapi setidaknya penampilan kali ini berhasil memukau. Lagu kedua dan ketiga dari penyanyi yang sama, meluncur sama keseleonya dengan yang pertama. Aku nyaris tertawa ketika melihat sang artis mendelik, karena sepertinya dia tahu kalau aku salah menyebut kata berbahasa rumit tersebut. "Akhirnya, selesai," lirihku saat lagu ketiga tuntas diperdengarkan. "Kamu banyak salah tadi," sahut Linda sambil menyandarkan tubuh ke dinding ruang istirahat karyawan yang ada di lantai dua. "Latihan cuma setengah jam, mana bisa fasih, Lin." Aku merebahkan diri di lantai. Sensasi dingin yang menembus kain kemeja biru terasa sangat nyaman. "Segitu juga udah bagus," timpal Mbak Yeni yang duduk di seberang. "Tapi sepertinya kita memang harus mengeksplor semua bahasa, maybe suatu saat nanti ada request dadakan kayak gini, kita udah siap,"
Baca selengkapnya

Kabar Baik dan Kabar Buruk

20Bunyi pintu mobil dibuka dan ditutup seakan-akan terdengar seperti suara genderang perang di telingaku. Detik demi detik menunggu kehadiran pria dewasa tersebut membuatku deg-degan. Titik-titik keringat muncul di dahi dan atas bibir. Demikian pula dengan kedua telapak tangan yang spontan berkeringat. Aku tidak berani menengadah ketika mendengar suara pria tersebut menyapa dengan salam yang dibalas teman-temanku dengan semangat. Selanjutnya mereka bergantian menyalami Om Yoga setelah Aleea menyalaminya terlebih dahulu. Pada kesempatan terakhir aku memberanikan diri untuk berdiri dan menyalaminya dengan takzim tanpa sanggup mengucapkan kata-kata."Ken, bantuin Om bawa barang yang di mobil," pintanya yang kubalas dengan anggukan. "Om tunggu di dalam," sambungnya sembari melenggang meninggalkanku yang kian gundah. Aleea menarik tangan kiriku dan mengajak ke pekarangan. Sang satpam tengah membuka bagasi mobil dan mengeluarkan koper merah berukuran sedang dan beberapa tas serupa warna
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status