All Chapters of Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh: Chapter 51 - Chapter 60

116 Chapters

51 | Mas Jaya Murka

Ketika Jaya sedang dirundung malang, Fiona justru sedang fokus pada pekerjaannya. Sampai tiba-tiba ruangan yang semula hanya terdengar suara ketikan pada papan keyboard diinterupsi oleh dering telepon dari ponsel yang tergeletak tak berdaya di samping komputer. Dari sudut matanya, Fiona melirik nama mantan suami yang muncul pada layar teleponnya. Alis Fiona lantas berkedut pelan. Dia tidak tahu untuk alasan apa pria ini menghubunginya sekarang. Ini belum 24 jam sejak mereka resmi bercerai. Tidak mungkin pria itu sudah merindukannya, dan menyesal karena telah menceraikannya, bukan? Fiona tidak serta-merta mengangkat telepon itu. Biarkan saja mantan suaminya itu berpikir bahwa dia bukan lagi prioritas. Karena teleponnya belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti berdering setelah panggilan ketujuh, Fiona mau tak mau mengangkat telepon itu. "Halo?" sapanya dengan ramah. [Apa yang sudah kamu lakukan?!]Fiona harus menjauhkan telepon itu dari telinganya karena teriakan super menggele
Read more

52 | Fiona Dilabrak Mantan Mertua

Nafas linglung keluar dari hidung Zoya saat mereka kembali tiba di rumah mertua. Rumah yang lebih mirip seperti sarang penyihir daripada rumah yang seharusnya dijadikan tempat untuk berlindung. Zoya tidak mengambil langkah tergesa seperti Mas Jaya. Di situasi ini, dia hanya ingin menyamarkan aura keberadaannya agar tidak menjadi sasaran amuk sang mertua. "Muka kamu kusut banget. Ada apa?" tanya Ibu Marni dengan curiga ketika melihat wajah putranya yang lebih keruh dibandingkan dengan saat brangkas pentingnya hilang. "Perceraian kamu tidak berjalan lancar?"Jaya menghembuskan nafas keras. "Fiona sudah menjual rumah kami itu seharga 1 M," beritahu Jaya dengan kesal. Mata ibu Marni membola. "Apa?! Dia menjual rumah kamu seharga 1M? Berani sekali dia!" raungnya sambil menepuk sofa yang dia duduki dengan keras. Kepalanya kembali berdenyut menyakitkan. "Sekarang mana uang satu miliar itu?" "Dia tidak mau memberikannya padaku," keluh Jaya dengan kepala yang turut berdenyut pusing. "AP
Read more

53 | Fiona Dilabrak Mantan Mertua (2)

Fiona yang sudah lama kembali fokus pada pekerjaannya kembali diganggu oleh suara telepon di atas meja. Namun, kali ini dia tidak menunda panggilan itu. Diraihnya gagang telepon yang tergeletak di atas meja itu. "Halo?" sapa Fiona dengan nada suara profesional. "Maaf, Bu Fiona. Seseorang yang bernama ibu Marni mencari ibu. Beliau sedang menunggu di lobi," jelas seseorang dari seberang. "Ibu Marni?" tanya Fiona untuk memastikan dia tidak salah dengar. "Iya, Ibu Marni!" jawab suara seorang pria di seberang dengan mantap. " ... "Alis Fiona berkedut pelan. "Dengan siapa dia datang ke sini?" tanyanya. "Dengan seorang remaja tanggung?" jawab orang itu terdengar sedikit tak yakin. "Mereka hanya berdua?" tanya Fiona lagi. "Iya!"Sudut bibir Fiona berkedut pelan. "Baiklah. Saya akan menemui mereka, tapi suruh mereka menunggu. Saya sedang meeting!" beritahu Fiona. "Baik, Bu!"Fiona mengembalikan gagang telepon itu sambil mencibir. "Heleh, udah kebaca banget kalau Mas Jaya pasti ngadu
Read more

54 | Viral

PLAK, Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Fiona, hingga kepalanya terlempar ke kanan, dan telinganya berdenging. Fiona yang tidak pernah menyangka telapak tangan mertuanya suatu saat akan mendarat di pipinya seketika bengong untuk waktu yang lama. "Kamu itu menantu tidak berguna. Sudah tidak bisa memberikan anak. Sekarang dengan kurang ajarnya kamu juga menjual rumah anak saya?!" tembak Ibu Marni dengan sadis di depan dua orang resepsionis yang hanya bisa melirik takut-takut pada mereka. Fiona tidak langsung merespon. Kepalanya masih mencerna apa yang sedang terjadi. Pasalnya, ini baru kali pertama seseorang menyentuh kulitnya dengan cara yang begitu kasar. Mendiang orang tuanya saja tidak pernah menggunakan tamparan untuk mendidiknya. "Sekarang mana uang hasil penjualan rumah itu!" tagih ibu Marni sambil membentangkan telapak tangannya di depan wajah Fiona. Dia benar-benar tidak lagi peduli dengan kerumunan orang yang mulai tertarik oleh keributan yang dia ciptakan. "Bu ... "
Read more

55 | Rencana Fiona

"Sialan!" maki Fiona sembari melempar tas kerjanya di atas sofa ruang tamunya yang empuk. Fiona khusus menandai hari ini sebagai hari paling bersejarah dalam hidupnya. Karena untuk pertama kali dalam 30 tahun kehidupannya, Fiona baru merasakan bagaimana rasanya ditampar. "Sialan!" maki Fiona sekali lagi. sambil terus berjalan ke arah kamar mandi. Melalui pantulan bayangannya di cermin wastafel, Fiona bisa melihat pipi kirinya yang memerah, dan terlihat sedikit bengkak. "Kuat juga tenaganya!" dumel Fiona. Kali ini dia berjalan lurus ke arah dapur. Mengambil es batu dari kulkas untuk digunakan mengompres pipi kirinya yang masih sesekali meninggalkan sensasi berdenyut yang terasa panas. Sembari mengompres pipinya, Fiona bermain dengan ponselnya untuk memesan makanan online karena dia sedang malas memasak. Selama menunggu pesanannya tiba, Fiona juga menyempatkan diri untuk menonton adegan penamparan itu serta membaca komentar yang disematkan orang-orang atas kasusnya yang sedang dit
Read more

56 | Reuni Kampus

Malam ini, Fiona berdandan dengan totalitas. Karena acara reuni ini mengusung tema semi formal, Fiona memilih untuk mengenakan gaun selutut berwarna hitam segelap malam berbahan satin yang menjuntai mulus di tubuh rampingnya. Bibirnya disapukan lipstik sewarna merah darah yang menjadi warna favoritnya. Dia paling suka dilihat orang sebagai pribadi yang berani, dan tidak mudah diintimidasi seperti ini. "So gorgeous!" decak Igor yang malam ini akan berangkat bersamanya. Rambut sebahu Fiona digelung sederhana sehingga bisa mengekspos leher panjangnya yang menawan. Malam ini dia juga mengenakan kalung pemberian Igor untuk sedikit menyemarakkan penampilannya yang sederhana. Tidak lupa tas tangan yang hanya mampu menampung ponsel tergenggam dalam jemarinya. "Berangkat sekarang?" "Yuk. Jemput Freya dulu!" ajak Fiona. Igor menggulung matanya. "Aelah gagal romantis!" keluhnya setengah bercanda. Fiona hanya terkekeh pelan sebagai tanggapan. Mau bagaimana lagi, sahabatnya itu sudah mewanti
Read more

57 | Reuni Kampus (2)

"Fi, aku liat kamu datang sama Igor, ya? Sejak kapan dia kembali?" tanya Mas Jaya dengan nada introgasi yang tak pernah muncul selama mereka masih menjadi sepasang suami istri. " ... " Fiona menolak untuk menjawab. Dia mengunci bibirnya rapat-rapat sambil menyilangkan lengan di depan dada. Matanya pun menoleh ke arah lain. Tampak jelas rasa ketidaknyamanan yang dia tunjukkan. "Sekarang aku tahu alasan sebenarnya kamu ingin bercerai. Ternyata karena cinta lama kamu sudah kembali rupanya. Coba bayangkan, kalau ternyata Igor kembali lebih dulu, kamu pasti akan menjadi pihak yang pertama kali selingkuh 'kan?" tuduh Mas Jaya panjang. Fiona yang tadinya tidak ingin menaruh atensi lebih pada mantan suami beserta pasangannya ini dibuat terkejut oleh analisa ngawur Mas Jaya. Dia lantas menatap pria itu dengan sorot mata membola tak percaya. "Kamu bilang apa?!" desis Fiona dengan nada yang dibuat sedikit lebih tinggi. Namun, masih berada dalam kontrolnya. "Atau jangan-jangan kamu sudah le
Read more

58 | Kejutan untuk Mas Jaya

Pagi ini Fiona dibuat sangat marah ketika dia sedang berselancar di media sosial. Segala macam gosip liar tentangnya bertebaran di grup alumni kampus. Tuduhan bahwa dia memulai perselingkuhan dengan Igor membuatnya teramat jengkel. Ternyata begitu banyak orang yang percaya pada omong kosong mantan suaminya itu. Mereka tidak tahu saja, bahkan jika hubungannya saat ini sedikit istimewa dengan Igor, tapi sebelum hubungan perselingkuhan Mas Jaya terungkap, dia tidak pernah sekalipun berpikir untuk selingkuh. Jika dulu dia bisa melepaskan cintanya demi membangun keluarga yang harmonis atas dasar komitmen. Setelah banyak hal yang dia korbankan, apakah akan semudah itu baginya untuk goyah dan berpaling? Fiona terus berputar-putar di atas kursi kerjanya. Kepalanya sibuk memikirkan bagaimana harus membalas mantan suaminya itu. Jika sebelumnya dia berpikir untuk langsung mengirim saja video adegan berpelukan Mas Fadli dan Mbak Zoya pada sang mantan beserta Mbak Arum. Kini setelah semua kejadi
Read more

59 | Kejutan untuk Mas Jaya (2)

"Bu! Ibu!" Aruna kembali ke rumah sambil berteriak memanggil ibunya. Dia yang jadwal kuliahnya sedang kosong, pagi-pagi sekali memutuskan untuk membeli sarapan bubur ayam di ujung gang, depan kompleks rumahnya. Sekembalinya, dia dikejutkan oleh sebuah selebaran yang tertempel di tiang listrik depan rumah. Aruna yang sebelumnya tidak pernah tertarik untuk mengamati tempelan-tempelan yang ada di tiang listrik, karena berpikir bahwa itu tidak lebih dari iklan jasa sedot WC atau iklan jasa mobil pindahan, kini dia dibuat penasaran. Pasalnya, selebaran itu ditempelkan dengan begitu masif di sepanjang dinding rumahnya sampai rumah tetangga di sekitarnya. Untuk memenuhi rasa penasarannya, Aruna melepas salah satu selebaran yang ditempel tidak terlalu lekat. Akan tetapi, alangkah terkejutnya dia saat melihat isi dari selebaran itu. Bola matanya bahkan hampir lepas dari rongga mata. Begitu tersadar dari keterpanaan, dia lantas bergegas ke dalam rumah untuk memanggil ibunya. "Bu, ibu!" pang
Read more

60 | Reuni Keluarga

Zoya yang tidak tahu-menahu mengenai masalah apa yang sedang menantinya di rumah saat ini dihadapkan pada sekelompok manusia kumuh yang mencegat langkahnya ketika hendak pulang dari pasar. "Nak, tolong kami!"Zoya melemparkan sorot dingin dari sepasang bola matanya. Dia tidak lagi memiliki perasaan pada orang-orang ini. "Beri kami uang, kalau tidak? Aku akan membongkar rahasiamu!" ancam pria busuk yang tak lagi bisa membuat Zoya takut. Tanpa menjawab mereka, Zoya dengan dingin terus melanjutkan perjalanannya. Namun, langkahnya terhenti karena lengannya dicengkram dengan keras oleh seorang wanita yang telah melahirkannya, tapi tega meninggalkannya dengan segudang masalah. "Kamu gak sayang lagi sama ibu?" tanya wanita rapuh yang tampak kumel, dan terlihat menyedihkan itu. Zoya mendengus dingin. "Aku pikir kalian tidak akan pernah muncul di depanku lagi!" sindirnya. "Maafkan ibu, Nak. Ibu terpaksa!" ucap wanita itu dengan nada suara bergetar menahan tangis. "Terpaksa?!" pekik Zoya
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status