Semua Bab Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh: Bab 41 - Bab 50

116 Bab

41 | Aku Ingin Bercerai

"Ngab, bengong aja aku liat-liat dari tadi?" sapa Freya sambil mengipaskan telapak tangannya di depan wajah Fiona. Pagi tadi dia dikejutkan oleh kehadiran Fiona yang seperti zombie di depan pintu rumahnya. "Rumah tangga kamu kena masalah apa lagi?" tanya Freya lembut sambil terus menyantap makan siang yang tersaji di hadapannya. Hari ini mereka tidak pergi jauh-jauh ke cafe Kenangan, dan hanya memilih menghabiskan waktu makan siang di kantin perusahaan yang selalu ramai. " ... " Fiona tidak menjawab. Dia masih tampak tenggelam dalam ingatan akan apa yang disaksikan kedua biji matanya semalam. "Cuy, kalo boleh saran nih ya. Lebih baik kamu bercerai aja sama si Jaya itu, dan mulai kehidupan baru," saran Freya setelah menelan makanan yang ada di dalam mulutnya. "Kamu juga harus mempertimbangkan ini, bagaimana jika kamu katakanlah berhasil menguras harta suami kamu itu dikemudian hari, bukankah akan lebih sulit untuk meminta perceraian setelahnya? Pria itu, dan keluarganya pasti tid
Baca selengkapnya

42 | Ayo Berpisah!

"Kamu yakin gak tahu kemana keluarga kamu itu melarikan diri?!"Sebaris kalimat tanya yang sangat emosional itu memasuki indera pendengaran Fiona setibanya dia di rumah sang mertua. Hari ini dia sengaja kembali ke rumah ini semata hanya untuk menunaikan ucapannya semalam. Dia ingin menyerahkan surat perceraian pada Mas Jaya. Dengan langkah yang dibuat lesu, Fiona yang sudah dipersilahkan masuk oleh Mbok Tum mengayun sepasang tungkai jenjangnya langsung menuju ruang keluarga. Suasana yang ditemui masih sama seperti sebelumnya. Fiona yakin bahwa mereka pasti belum bisa menemukan jejak para debt collector gadungan yang disewa Igor. Terdengar jelas dari dialog-dialog kecil yang dilakukan ibu mertuanya pada Mbak Zoya yang hanya bisa memberikan jawaban tidak tahu dari awal hingga akhir. "Zoya benar-benar tidak tahu mereka kemana, Bu!" dengung Mbak Zoya dengan suara lirih. Jawaban ini sudah diulang berpuluh-puluh kali dalam dua hari terakhir ini. Sementara itu, setibanya Fiona di ruang k
Baca selengkapnya

43 | Zoya Hamil

"Huek ... !""Huek ... !"Pagi-pagi sekali, Jaya sudah dibangunkan oleh suara yang berasal dari kamar mandi. Setelah menggeliat sebentar, dia mulai beranjak untuk melihat sang istri yang tidak ada lagi di sampingnya. "Huek ... !" Sekali lagi, suara itu kembali terdengar. "Sayang? Kamu baik-baik aja?" tanya Jaya sambil berjalan ke arah kamar mandi. Dia lagi-lagi menemukan sang istri sedang membungkuk di depan closet. Karena khawatir, dia lantas ikut mengambil tempat di sisi Zoya sambil mengelus punggung rapuh istrinya itu. "Nanti kita ke rumah sakit aja, ya?" ajak Jaya dengan lembut. Zoya tidak menjawab. Dia hanya mengangguk samar sebagai bentuk persetujuan. "Sekarang kamu istirahat lagi aja dulu." tutur Jaya dengan penuh kasih sembari membantu sang istri kembali ke tempat tidur. Setelah memastikan Zoya berbaring dengan nyaman. Jaya kembali berjalan menuju kamar mandi untuk menjalankan ritual bersih-bersihnya. Mereka baru turun ke ruang makan setelah Jaya berpakaian rapi, siap u
Baca selengkapnya

44 | Zoya Hamil (2)

"Belum pasti sih. Tapi, habis ini Jaya mau antar Zoya ke rumah sakit buat periksa. Semoga saja memang beneran hamil," pungkas Jaya penuh harap seraya mulai menyantap sarapannya. "Tsk," ibu Marni hanya mendecakkan lidah dengan keras. Hatinya tidak segembira itu mendengar kabar kehamilan sang menantu baru. "Ngomong-ngomong, Bu. Apa sudah ada kabar dari Mas Fadli?" tanya Jaya dengan penuh antisipasi. "Ya belumlah. Emang kamu pikir kerjaan Fadli gak banyak?" dengus sang ibu sensi. Masalah ini benar-benar membuatnya pusing hingga tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia masih belum rela setiap kali mengingat mobil baru yang telah dibeli putranya dengan harga ratusan juta itu raib entah kemana, dan kini ketidakrelaannya ditambah lagi oleh isi brangkas yang tak tahu rimbanya. Jika orang-orang itu semakin lama ditemukan, apakah masih ada jaminan bahwa barang-barang yang telah mereka ambil akan dapat kembali dengan utuh? Pun jika mereka ingin barang-barang itu kembali, bukankah mereka harus m
Baca selengkapnya

45 | Harta atau Cinta

"Ibu Zoya Ardisti!" Setelah menunggu selama beberapa waktu lamanya, seorang perawat akhirnya memanggil nama Zoya untuk segera memasuki ruangan dokter. Zoya yang sempat tenggelam dalam berbagai macam pikiran langsung beranjak dari kursinya. Dengan raut wajah lesu, dia kemudian membuka pintu di depannya. "Pagi, dok!" sapa Zoya berbasa-basi. "Loh, Zoya?""Hei, lama gak ketemu,"Zoya memamerkan senyum cemerlangnya pada dokter Risa yang sudah dua kali membantu dalam proses persalinannya itu. Mereka lantas saling cipika-cipiki sebagai bentuk salam pertemuan. Meski hubungan pertemanan mereka tidak bisa dikatakan sangat dekat. Tapi tidak terlalu asing juga. "Maaf, waktu itu gak bisa hadir di pernikahan kamu. Aku kebetulan lagi dinas luar kota," pungkas sang dokter sembari mempersilakan Zoya untuk duduk di kursi seberangnya. "Gak apa-apa kok, Dok!" balas Zoya tanpa menyurutkan senyum di bibir. "Apaan sih, panggil Risa aja kali," pungkas sang dokter sembari melemparkan kerlingan menggoda
Baca selengkapnya

46 | Testpeck

Setelah menemani Adam dan Janu hingga mereka berdua tertidur, dengan langkah gamang Zoya kembali ke kamarnya dan Mas Jaya. Satu demi satu anak tangga dia tapaki. Pikirannya begitu rumit saat ini. Tidak peduli bagaimana sakit hatinya dia, mau tak mau dia harus bertahan di rumah ini meski hinaan akan terus dia terima. Dia tidak bisa seperti Fiona yang bisa melakukan apa saja. Karena wanita itu bekerja, dan memiliki tabungan, dia bisa tinggal jika dia ingin tinggal. Dia pun bisa pergi ketika dia ingin pergi. Tidak ada beban! Sedangkan dia hanya bisa menggantungkan hidup pada seorang yang disebut suami. Rasa iri Zoya untuk calon mantan istri suaminya itu semakin membumbung. Kenapa hidup harus begitu sulit baginya? Cukup lama Zoya berdiri di depan pintu kamar. Dia masih sibuk menata hati dan pikiran yang semakin kusut. Tangan di kedua sisi tubuhnya pun perlahan mengepal dengan kuat. Gigi grahamnya juga bergemeletuk hebat. Jika dia ingin hidup dengan nyaman, maka dia tidak bisa lagi menj
Baca selengkapnya

47 | Testpack (2)

"Bisa kita mulai bicara sekarang?" tanya Mas Jaya sambil menjepit dagu istrinya dengan ibu jari dan jari telunjuk. Dipaksanya mata sang istri untuk menatap tepat di manik matanya. Zoya menelan ludah dengan susah payah sembari menganggukkan kepalanya dengan terbatas. "Oke. Apakah keluargamu memiliki sanak-saudara lain yang bisa mereka kunjungi?" tanya Jaya memulai interogasinya. Zoya menggeleng pelan. "Ibu dan pamanku adalah sebatang kara. Entah sejak kapan, mereka saling bergantung satu sama lain. Sepanjang yang aku tahu, kami tidak pernah memiliki sanak-saudara lain," jawab Zoya dengan patuh. "Lalu kemana kira-kira mereka melarikan diri sekarang?"Zoya lagi-lagi menggeleng. "Tidak tahu!" jawabnya dengan konsisten. "Tapi aku yakin, nanti kalau mereka sudah kehabisan uang, mereka pasti akan mencariku!" sambung Zoya dengan cepat ketika melihat kening Mas Jaya berkerut rumit atas jawaban negatif yang dia berikan. "Waktu para debt collector itu datang mengambil barang-barang di ruma
Baca selengkapnya

48 | Ternyata Mas Jaya Tidak Mandul

Di pagi minggu yang cerah, Fiona sudah disibukkan oleh aktivitas menata apartemennya yang letaknya tak jauh dari perusahaan Samudra Group. Meski sederhana, apartemen ini terletak di tempat yang sangat strategis. Dari kamar Fiona sendiri, dia bisa melihat gemerlap lampu-lampu jalan yang semarak ketika malam tiba. Apartemen yang dia huni ini sangat sederhana. Hanya terdiri dari satu kamar tidur, ruang tamu, dapur serta kamar mandi. Dikarenakan Fiona hidup hanya seorang diri, dia tidak mengisi apartemen ini dengan terlalu banyak barang. Dia juga tidak memiliki banyak syarat untuk dekorasi ruangannya. Alhasil, apartemen itu terlihat jauh lebih lengang. Di ruang tamu saja, Fiona hanya meletakkan satu buah sofa panjang beserta satu buah meja. Dia sengaja tidak membeli televisi karena akan berakhir dengan sia-sia. Segala informasi yang dia butuhkan dapat dia cari melalui ponsel pintarnya. "Posisi apartemen ini bagus banget. Kerjaan Igor memang tidak bisa diragukan!" ujar Freya berdecak ka
Baca selengkapnya

49 | Resmi Bercerai

Perceraian Fiona dan Mas Jaya berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Mungkin karena fokus Mas Jaya, dan keluarganya masih ada pada komplotan debt collector yang belum juga menemukan titik terang. Sampai-sampai mereka tidak menyadari bahwa rumah yang telah Fiona dan Mas Jaya tempati selama 3 tahun telah berubah kepemilikan. "Sampai ketemu lagi, Mas. Semoga kamu bahagia selalu!" ucap Fiona sambil menjabat tangan Mas Jaya sebelum mereka meninggalkan kantor Pengadilan Agama. "Kamu juga jangan lupa jaga kesehatan!" pungkas Mas Jaya sambil membalas jabatan tangan Fiona. Dia juga menyempatkan diri untuk menepuk ringan bahu Fiona, layaknya memberikan semangat pada teman lama. Fiona mengangguk pelan. "Sebenarnya aku punya hadiah terakhir buat kamu, Mas. Tapi aku lupa bawa. Aku kirim kapan-kapan aja, ya!" lanjut Fiona sambil menebarkan senyum menyegarkan. Mas Jaya mengangguk ringan. Wajahnya terlihat begitu bahagia hari ini. Dengan Mbak Zoya yang terus bergelendotan di sisi lengan yang satu
Baca selengkapnya

50 | Rumah Seharga 1 M

Wajah Jaya seketika membeku ketika melihat keramaian yang tidak diketahui sedang terjadi di depan rumah yang sempat dia tinggalkan untuk sementara waktu itu. Laju kendaraannya pun spontan melambat karena lalu lintas kompleks dipenuhi oleh dua buah truk besar. "Mas, ada apa ya?" tanya Zoya sambil meregangkan lehernya dengan tidak sabar. Hatinya diliputi sekelumit firasat buruk. " ... "Jaya tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Bagaimana dia mau menjawab, jika dia saja tidak tahu menahu mengenai apa yang sekiranya sedang terjadi?Setelah mengambil tempat parkir tepat di belakang truk yang ternyata sedang mengangkut barang-barang itu, Jaya langsung berjalan ke arah rumahnya dengan langkah tergesa. Masalah apa lagi yang mungkin terjadi di rumah terkutuk ini? "Bu, apa yang sedang terjadi?" tanya Jaya pada seorang wanita yang dia tahu adalah tetangga rumahnya. "Loh, Nak Jaya!" sapa Ibu itu terlihat kaget. "Saya pikir Nak Jaya sudah tidak tinggal di rumah ini lagi. Ini loh ada orang pind
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status