Semua Bab Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh: Bab 31 - Bab 40

116 Bab

31 | Inspeksi Mertua

Keesokan hari, Zoya sedang bermalas-malasan di ruang keluarga sambil menonton televisi. Sekarang sudah ada ART yang mengerjakan pekerjaan rumah. Harusnya saat ini dia bisa pergi shopping atau ke salon untuk merawat diri. Tapi karena belum lama ini dia tertipu uang arisan karena ulah Fiona, mau tak mau dia harus berhemat. Dia tidak mau dianggap boros oleh Mas Jaya jika dia meminta uang lagi. "Assalamu'alaikum!" Ucapan salam yang datang dari luar membuat Zoya mendesah lelah. Suara akrab ini terdengar seperti bisikan kematian baginya. "Walaikumsalam!" jawab Zoya dengan ogah-ogahan. Dengan enggan dia kemudian beranjak dari sofa empuk yang dia duduki menuju pintu ruang tamu. "Kamu lama sekali buka pintunya!" sentak ibu mertuanya. " ... " Zoya tidak membalas. Dia hanya mempersilakan sang mertua masuk ke dalam rumah sambil mendumel dalam hati. Seandainya dia memiliki kegiatan lain di luar rumah, dia mungkin tidak akan sering-sering berhadapan dengan mertuanya ini. "Ibu dengar sekara
Baca selengkapnya

32 | Malam Ini Giliranmu

Jaya sangat menyadari bahwa setelah pernikahan keduanya ini, energi kehidupannya seperti disedot habis. Setiap hari pasti ada saja yang dikeluhkan oleh keluarganya. Mulai dari hal yang besar sampai hal yang paling kecil sekalipun dapat memicu perdebatan. Tak terkecuali hari ini, siang tadi dia mendapat telepon dari sang ibu yang mengeluh tentang istrinya. Dikatakan bahwa sang istri telah menghardiknya. "Mas, udah pulang?" sambut Zoya di teras rumah seperti biasanya. "Hm, tadi ibu ke sini?" tanya Jaya tanpa basa-basi sambil mengambil tempat duduk di kursi teras untuk membuka sepatunya. "Iya!" jawab Zoya singkat. "Ada apa lagi? Apa saja yang kalian obrolkan?" tanya Jaya dengan santai. Namun, istrinya itu tidak langsung menjawab. Hal ini membuat ruang di antara alis Jaya berkerut samar. Gelagat seperti ini selalu mendatangkan firasat buruk baginya. Dia paling benci disuruh memilih antara ibu atau istrinya. "Tidak bisakah kalian akur barang sehari aja sama ibu?" keluh Jaya sambil
Baca selengkapnya

33 | Kerisauan Zoya

Hari demi hari telah berganti. Satu bulan hampir berlalu sejak insiden perampokan mobil, lalu tertipu arisan, dan yang terbaru adalah tentang masalah pembantu itu. Meski sekarang hubungan Zoya dan sang suami sudah kembali akur, dan mesra lagi. Namun, dia tetap tidak berani meminta uang sebanyak 50 juta yang diminta pamannya pada Mas Jaya. Zoya merasa sekarang ini dia ada di Zona serba salah. Jika dia tidak memberikan uang 50 juta pada pamannya, maka para debt collector itu akan datang ke rumahnya. Namun, dia juga tidak berani meminta uang dalam jumlah sebesar itu pada Mas Jaya. Lagipula, harus dia jawab apa jika Mas Jaya bertanya untuk apa uang sebanyak itu, bukan? Dia juga tidak mungkin mengatakan bahwa dia akan menggunakan uang itu untuk membayar hutang judi pamannya. Siapa yang akan sudi melakukan hal ini untuknya? "Aarrrghh!" Zoya mengerang di sofa ruang keluarga sembari mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. Sudah beberapa hari ini Zoya dilanda kerisauan. Dia tidak perna
Baca selengkapnya

34 | Kedatangan Debt Collector

Pagi menjelang, Hari ketika ancaman Paman Rusdi akhirnya tiba. Sepanjang malam Zoya tidak bisa tidur dengan nyenyak, sampai-sampai dia harus mendapat teguran dari Mas Jaya karena terus berbolak-balik di atas ranjang. Lingkaran hitam yang menggantung di bawah matanya pun tidak bisa disembunyikan. "Kamu kenapa? Belakangan ini gelagat kamu aneh!" tegur Mas Jaya yang kali ini melihat Zoya terus berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Seperti ada yang ingin dia ucapkan, tapi terlalu takut untuk disampaikan. "Anu ... " Zoya menggigit bibirnya dengan ragu. Jantung di balik dadanya sudah menghentak dengan keras. Berapa kalipun dia berpikir, Mas Jaya tidak mungkin akan memeberikan uang sebanyak itu padanya secara cuma-cuma. Jangan katakan cinta, bahkan dihadapan uang, terkadang cinta menjadi tidak begitu berarti. Belum lagi persoalan mobil yang dirampok bulan kemarin masih meninggalkan beban psikologis untuknya. Ditambah lagi mengingat sikap pamannya yang tak tau tata krama ketika datang b
Baca selengkapnya

35 | Another Day, Another Drama

Fiona sedang menghabiskan jam makan siang di ruangan Igor sambil menonton proses seisi rumahnya diangkut keluar. Video ini dikirimkan oleh salah seorang tetangga depan rumah yang cukup akrab dengannya. Melihat wajah frustrasi Mbak Zoya yang tertangkap kamera membuat Fiona ingin tertawa. "Sorry, Mbak. Aku harus melakukan ini," ucap Fiona tanpa perasaan. "Lalu apa rencana kamu selanjutnya?" tanya Igor sambil menyantap makan siang yang sengaja dibuat Fiona untuknya. "Ssstt. Kamu diam. Jangan bernafas!" ucap Fiona dengan sedikit nada bercanda pada Igor sambil menempelkan telunjuknya pada bibir. Dengan patuh, Igor hanya menuruti keinginan Fiona, dan terus menyantap makan siangnya dengan nikmat. Sementara itu, Fiona mulai berdehem pelan sebelum menekan nomor telepon Mas Jaya. "Mas!" teriak Fiona begitu sambungan telepon terhubung. "Kamu kenapa sih pake teriak-teriak?" balas Mas Jaya sewot. "Istri kamu itu apa-apaan sih?!" ujar Fiona mengeluarkan nada marah. Dari tempat yang tidak
Baca selengkapnya

36 | Kembali ke Rumah Mertua

Jaya membawa mobilnya menembus jalan raya seperti orang yang sedang kesetanan. Dia tidak mempedulikan sang istri tercinta yang sudah mengkerut semakin ketakutan di kursi penumpang depan. Namun, bahkan jika dia ketakutan setengah mati, Zoya hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat. Dia tidak berani mengeluh. Hingga mereka sampai di rumah yang telah dibelikan Mas Agung untuk ibunya, mobil yang mereka kendarai akhirnya berhenti. Zoya keluar dari mobil dengan tubuh gemetar hebat. Akan tetapi, Lagi-lagi, dia hanya bisa berusaha untuk tetap tampil kuat. Dengan langkah tertatih, Zoya menyeret kakinya mengikuti Mas Jaya yang berjalan cepat di depan. "Assalamu'alaikum!" sapa Mas Jaya sambil mengetuk pintu rumah yang terlihat sepi. " ... ""Assalamu'alaikum!" teriaknya dengan keras disertai gedoran pintu yang semakin kencang. " ... "Tidak mendapat balasan dari sang pemilik rumah, Jaya lantas menoleh ke arah Zoya dengan alis terjalin rumit. "Kemana ibumu?" tanyanya tak sabar ketika melihat Z
Baca selengkapnya

37 | Kembali ke Rumah Mertua (2)

Zoya menatap rumah yang belum lama dia tinggalkan ini dengan pandangan nanar. Jantungnya tidak berhenti berdegup cepat kala membayangkan amukan mertua yang akan dia terima sebentar lagi. Meskipun dulu di depan Fiona mertuanya itu selalu membanggakan dirinya, tapi sebenarnya dia tidak ada bedanya dengan pembantu. Di mata mertuanya, hal yang membedakan dia dengan Fiona hanyalah kemampuannya melahirkan anak untuk suaminya. Jika saja Fiona bisa hamil, dan melahirkan anak untuk Mas Jaya, bisa dipastikan bahwa dia akan menjadi menantu kesayangan. "Ayo, masuk!" ajak Mas Jaya begitu mobil sudah terparkir di garasi. Zoya hanya mengikuti dengan lambat di belakang. Dia benar-benar tidak ingin kembali tinggal di rumah ini. Tetapi, apakah dia memiliki pilihan sekarang? "Loh, Jaya? Jam segini kok kamu ada disini, bukannya di kantor?" sapa ibu Marni yang baru saja keluar rumah karena mendengar suara mobil berhenti di garasi rumahnya. "Ada masalah, Bu," jawab Jaya sambil terus menyeret langkahny
Baca selengkapnya

38 | Memancing di Air Keruh

Kepala Fiona berayun ke kiri dan ke kanan mengikuti irama musik yang dia setel di dalam mobil. Masih seperti biasa, dia pulang ke rumah pada jam 8 malam, dan tentu saja setelah dia kenyang makan malam. Namun, kali ini dia tidak pulang ke rumah yang selama tiga tahun dia tempati, melainkan kembali ke rumah sang mertua. "Show time!" bisik Fiona dengan mata berpendar cemerlang saat melihat rumah sang mertua berdiri dengan gagah di depannya. Dia semakin tidak sabar untuk memancing di air keruh. Setelah memarkir mobilnya di garasi yang luas, Fiona keluar dari mobil dengan langkah berayun ringan. Sebelum mengetuk pintu rumah itu, Fiona berkali-kali menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya pelan. Tidak terhindarkan perasaan gugup disertai kegirangan perlahan menjalar menyelimuti jiwa raganya malam ini. Dia tidak sabar ingin menonton drama apa yang bisa terjadi di rumah ini. "Assalamu'alaikum!" sahut Fiona dengan lantang sambil mengetuk daun pintu berwarna coklat itu. Meskipun tida
Baca selengkapnya

39 | Mas Jaya Meratapi Nasib

"Nak Fadli, bagaimana?" pertanyaan buru-buru ini diajukan oleh sang mertua begitu menantunya itu kembali. "Bu, biarin Mas Fadli duduk dulu," sela Mbak Arum ketika melihat antusiasme semua orang. Mas Fadli yang baru saja pulang, mengambil tempat duduk di sofa yang tak jauh dari istrinya. "Mas, minum dulu!" ucap Mbak Arum sembari menyodorkan segelas air putih pada suaminya yang tampak kelelahan. Tanpa basa-basi, Mas Fadli langsung mengambil gelas berisi air itu. Dia lalu meneguknya hanya dalam sekali tegukan hingga tandas. Begitu Mas Fadli selesai mengambil nafas, pertanyaan tergesa kembali diajukan. "Mas, gimana?" kali ini yang bertanya adalah Mas Jaya. Namun, malam ini, seluruh anggota keluarga suaminya ditakdirkan untuk kecewa ketika melihat gelengan kepala pelan yang diberikan Mas Fadli. Hanya Fiona seorang yang merasa begitu tenang. "Kita tidak bisa terus mencari seperti lalat tanpa kepala. Kita perlu menanyakan langsung kepada Paman Rusdi itu di mana saja dia berhutang!" pun
Baca selengkapnya

40 | Pemandangan Mencengangkan

Keesokan harinya masih berjalan seperti biasa bagi Fiona. Dia berangkat kerja pada pukul 7 pagi tanpa menyapa siapapun, lalu pulang ke kediaman sang mertua ketika jarum jam menunjukkan pukul 8 malam. "Gimana, Nak Fadli?" Adalah kalimat tanya pertama yang menyambut Fiona ketika dia tiba di rumah mertuanya. "Maaf, Bu. Belum ada titik terang. Hari ini pekerjaan Fadli terlalu banyak. Cuma bisa mencari keberadaan Pak Rusdi tipis-tipis. Tapi belum ketemu titik terang," pungkas Mas Fadli dengan rasa bersalah. Fiona yang akhirnya tiba di ruang keluarga terbahak di dalam hati. Meski terasa membosankan, tapi Fiona cukup menikmati keributan yang ada. "Kamu benar-benar tidak punya petunjuk kemana tempat yang bisa dikunjungi oleh keluarga kamu?" tanya Mas Jaya pada Zoya. Intonasi suaranya masih terdengar lembut. Mbak Zoya tampak menghela nafas pelan. "Aku benar-benar gak tahu, Mas!" jawabnya sendu. Zoya mulai lelah. Mentalnya serasa dikeruk belakangan ini. Sehingga hinaan apapun yang akan d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status