Share

56 | Reuni Kampus

Penulis: Mokaciinoo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Malam ini, Fiona berdandan dengan totalitas. Karena acara reuni ini mengusung tema semi formal, Fiona memilih untuk mengenakan gaun selutut berwarna hitam segelap malam berbahan satin yang menjuntai mulus di tubuh rampingnya. Bibirnya disapukan lipstik sewarna merah darah yang menjadi warna favoritnya. Dia paling suka dilihat orang sebagai pribadi yang berani, dan tidak mudah diintimidasi seperti ini.

"So gorgeous!" decak Igor yang malam ini akan berangkat bersamanya.

Rambut sebahu Fiona digelung sederhana sehingga bisa mengekspos leher panjangnya yang menawan. Malam ini dia juga mengenakan kalung pemberian Igor untuk sedikit menyemarakkan penampilannya yang sederhana. Tidak lupa tas tangan yang hanya mampu menampung ponsel tergenggam dalam jemarinya.

"Berangkat sekarang?"

"Yuk. Jemput Freya dulu!" ajak Fiona.

Igor menggulung matanya. "Aelah gagal romantis!" keluhnya setengah bercanda. Fiona hanya terkekeh pelan sebagai tanggapan.

Mau bagaimana lagi, sahabatnya itu sudah mewanti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   57 | Reuni Kampus (2)

    "Fi, aku liat kamu datang sama Igor, ya? Sejak kapan dia kembali?" tanya Mas Jaya dengan nada introgasi yang tak pernah muncul selama mereka masih menjadi sepasang suami istri. " ... " Fiona menolak untuk menjawab. Dia mengunci bibirnya rapat-rapat sambil menyilangkan lengan di depan dada. Matanya pun menoleh ke arah lain. Tampak jelas rasa ketidaknyamanan yang dia tunjukkan. "Sekarang aku tahu alasan sebenarnya kamu ingin bercerai. Ternyata karena cinta lama kamu sudah kembali rupanya. Coba bayangkan, kalau ternyata Igor kembali lebih dulu, kamu pasti akan menjadi pihak yang pertama kali selingkuh 'kan?" tuduh Mas Jaya panjang. Fiona yang tadinya tidak ingin menaruh atensi lebih pada mantan suami beserta pasangannya ini dibuat terkejut oleh analisa ngawur Mas Jaya. Dia lantas menatap pria itu dengan sorot mata membola tak percaya. "Kamu bilang apa?!" desis Fiona dengan nada yang dibuat sedikit lebih tinggi. Namun, masih berada dalam kontrolnya. "Atau jangan-jangan kamu sudah le

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   58 | Kejutan untuk Mas Jaya

    Pagi ini Fiona dibuat sangat marah ketika dia sedang berselancar di media sosial. Segala macam gosip liar tentangnya bertebaran di grup alumni kampus. Tuduhan bahwa dia memulai perselingkuhan dengan Igor membuatnya teramat jengkel. Ternyata begitu banyak orang yang percaya pada omong kosong mantan suaminya itu. Mereka tidak tahu saja, bahkan jika hubungannya saat ini sedikit istimewa dengan Igor, tapi sebelum hubungan perselingkuhan Mas Jaya terungkap, dia tidak pernah sekalipun berpikir untuk selingkuh. Jika dulu dia bisa melepaskan cintanya demi membangun keluarga yang harmonis atas dasar komitmen. Setelah banyak hal yang dia korbankan, apakah akan semudah itu baginya untuk goyah dan berpaling? Fiona terus berputar-putar di atas kursi kerjanya. Kepalanya sibuk memikirkan bagaimana harus membalas mantan suaminya itu. Jika sebelumnya dia berpikir untuk langsung mengirim saja video adegan berpelukan Mas Fadli dan Mbak Zoya pada sang mantan beserta Mbak Arum. Kini setelah semua kejadi

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   59 | Kejutan untuk Mas Jaya (2)

    "Bu! Ibu!" Aruna kembali ke rumah sambil berteriak memanggil ibunya. Dia yang jadwal kuliahnya sedang kosong, pagi-pagi sekali memutuskan untuk membeli sarapan bubur ayam di ujung gang, depan kompleks rumahnya. Sekembalinya, dia dikejutkan oleh sebuah selebaran yang tertempel di tiang listrik depan rumah. Aruna yang sebelumnya tidak pernah tertarik untuk mengamati tempelan-tempelan yang ada di tiang listrik, karena berpikir bahwa itu tidak lebih dari iklan jasa sedot WC atau iklan jasa mobil pindahan, kini dia dibuat penasaran. Pasalnya, selebaran itu ditempelkan dengan begitu masif di sepanjang dinding rumahnya sampai rumah tetangga di sekitarnya. Untuk memenuhi rasa penasarannya, Aruna melepas salah satu selebaran yang ditempel tidak terlalu lekat. Akan tetapi, alangkah terkejutnya dia saat melihat isi dari selebaran itu. Bola matanya bahkan hampir lepas dari rongga mata. Begitu tersadar dari keterpanaan, dia lantas bergegas ke dalam rumah untuk memanggil ibunya. "Bu, ibu!" pang

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   60 | Reuni Keluarga

    Zoya yang tidak tahu-menahu mengenai masalah apa yang sedang menantinya di rumah saat ini dihadapkan pada sekelompok manusia kumuh yang mencegat langkahnya ketika hendak pulang dari pasar. "Nak, tolong kami!"Zoya melemparkan sorot dingin dari sepasang bola matanya. Dia tidak lagi memiliki perasaan pada orang-orang ini. "Beri kami uang, kalau tidak? Aku akan membongkar rahasiamu!" ancam pria busuk yang tak lagi bisa membuat Zoya takut. Tanpa menjawab mereka, Zoya dengan dingin terus melanjutkan perjalanannya. Namun, langkahnya terhenti karena lengannya dicengkram dengan keras oleh seorang wanita yang telah melahirkannya, tapi tega meninggalkannya dengan segudang masalah. "Kamu gak sayang lagi sama ibu?" tanya wanita rapuh yang tampak kumel, dan terlihat menyedihkan itu. Zoya mendengus dingin. "Aku pikir kalian tidak akan pernah muncul di depanku lagi!" sindirnya. "Maafkan ibu, Nak. Ibu terpaksa!" ucap wanita itu dengan nada suara bergetar menahan tangis. "Terpaksa?!" pekik Zoya

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   61 | Jambak-jambakan

    Zoya yang kembali ke rumah sang mertua dengan sekantong besar barang belanjaan dibuat terheran-heran oleh tatapan merendahkan beberapa tetangga di sekitar rumah mertuanya.Namun, karena mereka tidak pernah cukup dekat, Zoya sedikit segan untuk bertanya mengenai arti tatapan itu. "Jadi itu yang namanya Zoya?""Ya ampun memalukan banget sih!""Ck ck ck. Gak habis pikir,""Kok bisa ada orang yang tidak tahu diri kayak dia?"Rangkaian percakapan ibu-ibu itu membuat Zoya meremas kantung belanjaannya dengan lebih erat. Tadinya dia hendak menghibur diri dengan menganggap tatapan meremehkan itu ditujukan pada ibunya yang berjalan sedikit di belakang. Tetapi mendengar namanya disebut membuat jantung Zoya berdegup khawatir. 'Ada apa lagi ini?' batinnya frustrasi. Tidak menunggu waktu lama, dia akhirnya menemukan jawabanya. Tepat setelah satu langkah dia memasuki pintu gerbang rumah mertuanya, raungan marah Mbak Arum menyambutnya. "Dasar wanita j*l*ng!""P*la*ur!" Seuntai julukan kasar yang

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   62 | Kemarahan Jaya

    Sepanjang siang hari ini, Jaya diliputi oleh perasaan tak menentu. Hatinya tercampur aduk oleh perasaan marah, kecewa, dan sesal. Dia ingin segera menemui sang istri untuk menuntut penjelasan. Namun, dia tidak bisa lantaran masih jam kerja. Dia memiliki klien yang harus ditangani, sehingga dia tidak bisa meminta izin untuk pulang. Tetapi, akibat suasana hati yang tak karuan, Jaya masih tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Sehingga dia bahkan mendapat SP 1 karena kinerjanya mulai menurun bulan ini. Tidak hanya sering terlambat datang setelah waktu makan siang berakhir, dia juga sering menghilang tiba-tiba. Tidak heran jika wajahnya menghitam menahan gejolak emosi sepulangnya dari kantor. "Nak~"Jaya yang baru saja keluar dari mobilnya merajut kening hingga kusut ketika melihat seseorang dengan pakaian lusuh yang terlihat seperti pengemis ini ada di rumahnya. "Pengemis tidak diizinkan masuk ke sini. Pergi!" hardiknya pada wanita paruh baya yang terlihat seusia ibunya i

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   63 | Kemarahan Jaya (2)

    Kepala Zoya jatuh terkulai kala mendengar ucapan sinis sang ibu mertua. Untuk saat ini, dia tidak tahu bagaimana harus membalas kata-kata ini. Dari sudut matanya, dia menyempatkan diri untuk melirik pada Mas Jaya. Namun, wajah suaminya itu terlihat begitu keras seolah tanpa emosi. Bahkan meski dia berkali-kali mengelus perutnya untuk mengingatkan Mas Jaya bahwa ada bayi mereka di dalam rahimnya, pria itu tampak sama sekali tidak terketuk hatinya. "Sayang, ada apa? Kenapa kamu awut-awutan begini?" tanya Mas Fadli saat melihat penampilan berantakan istrinya. " ... " Tidak ada yang langsung menjawab pertanyaan ini. Setiap pasang mata sibuk saling mengamati tindak-tanduk satu sama lain dengan seksama. "Mas, ini apa?" tanya Mbak Arum memecah keheningan yang sempat tercipta. Dia lantas memberikan selebaran yang memperlihatkan bahwa sang suami sedang berpelukan dengan iparnya. Seperti reaksi kebanyakan orang hari ini, sepasang mata Mas Fadli juga terbuka lebar karena terkejut. "Darima

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   64 | Semua Tidak Lagi Sama

    Seperti biasa, matahari masih terbit dari ufuk timur. Zoya dan ibunya yang sedang tidur di kamar belakang yang diperuntukkan untuk pembantu terlonjak bangun karena terkejut. "Keterlaluan!""Semua keterlaluan!""Begini saja saya harus membangunkan kalian!"Suara marah-marah ibu mertua yang menelusup masuk ke dalam indera pendengarannya membuat Zoya hanya bisa mendesah pelan. Kehidupan yang tidak ada habisnya ini membuatnya benar-benar jengkel! Sambil mengikat rambutnya yang acak-acakan, Zoya mengambil langkah sedikit menghentak untuk membuka pintu kamar. "Kamu gak lihat matahari sudah tinggi?!" hardik ibu mertuanya sambil menunjuk ke arah langit yang jelas-jelas masih gelap. "Ada apa, Bu?" tanya Zoya dengan nada masih mengantuk. "Ada apa?!" pekik ibu Marni sembari berkacak pinggang. Matanya juga melotot lebar karena tak habis pikir. "Anak-anak harus berangkat sekolah. Jaya juga harus berangkat kerja. Sebagai seorang ibu dan istri, kamu pikir apa yang harusnya kamu lakukan?!" Zoy

Bab terbaru

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   116 | Persidangan (TAMAT)

    1 bulan kemudian, Kasus yang menimpa Mas Fadli dan Mbak Zoya akhirnya dilimpahkan ke pengadilan. Dikarenakan bukti itu datangnya dari Fiona, mau tidak mau dia tetap harus hadir sebagai saksi di pengadilan. Ketika hal itu terjadi, dia bisa melihat dengan jelas wajah terkejut keluarga mantan suaminya. "Fiona!" seru mereka dengan terkejut. Walau begitu, Fiona memilih sikap acuh tak acuh. Dia mengikuti seluruh rangkaian persidangan dengan khidmat. Dia juga menjawab pertanyaan dari Jaksa penuntut umum dengan jujur tanpa ada yang dia sembunyikan. "Jadi ini semua ulah kamu? Harusnya dari awal aku membunuhmu!" raung Zoya dengan marah yang membuat dirinya mendapat peringatan dari hakim. Melihat Fiona duduk di kursi saksi membuat Zoya menggeram penuh amarah. Jika pengungkapan bukti sabotase mobil Mas Agung ini diserahkan oleh Paman Rusdi, mungkin Zoya tidak akan semarah ini. Tapi yang melakukannya adalah musuh bebuyutannya. Orang yang sudah Zoya cap sebagai penyebab atas setiap kemalangan

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   115 | Motif

    "Jaya! Mas Fadli, Jay!"Ketika Jaya tiba di rumah, hal pertama yang menyambutnya adalah raungan sang kakak yang baru saja sadar dari pingsannya. "Mbak, tenang! Coba ceritakan ada apa?" tanya Jaya berusaha untuk bersikap tenang meski hatinya sendiri sudah gundah gulana. "Mas Fadli, Jay! Mas Fadli!" pekik Mbak Arum dengan histeris. Air mata terus merebak membanjiri pipinya. "Mbak, jelaskan pelan-pelan apa yang terjadi?" tanya Jaya dengan penuh kesabaran. "Mas Fadli ditangkap polisi!" ungkap Arum dari sela-sela sengguk tangisnya. "APA?!" pekik Ibu Marni dengan keras hingga memenuhi ruangan. "Tadi siapa orang yang menghubungi Mbak?" tanya Jaya masih dengan nada tenang meskipun hatinya sudah hancur berantakan. "Namanya Chandra. Pengacara Mas Fadli. Katanya sekarang dia ada di kantor polisi untuk menemani Mas Fadli diinterogasi," jawab Arum dengan tergugu. "Kalau begitu, ayo kita ke kantor polisi," ajak Jaya sembari beranjak dari sofa yang dia duduki. "Ayo! Ayo!" timpal Ibu Marni d

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   114 | Fadli Tertangkap

    Fadli yang berangkat ke kantor ketika jarum jam hampir menunjukkan pukul 11 pagi tiba-tiba dihadang oleh beberapa rekan kerjanya. Wajah kaku mereka membuat Fadli tiba-tiba merasakan firasat buruk di hatinya. Pikirannya bahkan langsung tertuju pada Zoya, dan ancamannya. Apalagi ketika mengetahui bahwa Jaya ternyata tidak berhasil membujuk Fiona untuk mencabut tuntutannya. 'Jangan bilang si Zoya sudah mengatakan tentang hal itu pada polisi!' gumam Fadli dengan panik. "Ada apa ini?" tanya Fadli pura-pura tidak merasakan keanehan dari mereka. Akan tetapi, dia perlahan mulai mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri. Sayangnya, sebelum Fadli sempat melaksanakan niatnya itu, dia telah lebih dulu dibekuk oleh rekan-rekan sejawatnya. "Sialan! Apa yang kalian lakukan?" maki Fadli dengan berang. Kini tangannya bahkan sudah diborgal yang terasa menginjak harga dirinya. Tanpa menghiraukan protesan dari Fadli, seorang polisi yang menangani kasus Fiona sebelumnya terus menyeret Fadli menuju

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   113 | Menginterogasi Ibu Mastah

    Di kediaman Adiguna, "Loh, Fadli? Kamu tidak berangkat kerja?" tanya Ibu Marni ketika melihat menantunya justru duduk dengan khidmat di sofa ruang keluarga. Seperti yang dikatakan Jaya kemarin, dia berpura-pura untuk tidak tahu menahu perihal yang katanya rahasia menantunya ini. Toh, semuanya juga belum terbukti kebenarannya. Bagaimana jika Zoya berbohong? Pun jikalau yang dikatakan Zoya itu benar, mereka bisa mengambil tindakan nanti. Tidak perlu terburu-buru. "Ini sudah jam setengah sembilan loh!" tambah Ibu Marni memperingatkan. "Fadli mau nanya dulu sama Ibu, apa Jaya berhasil membujuk Fiona untuk mencabut tuntutannya?" tanya Fadli penuh harap. "Huh! Dia tidak mau mencabut tuntutannya!" balas Ibu Marni seraya mendengus sinis. " ... "Tanpa sadar, geraham Fadli bergemeretak dengan tidak puas. Sayang sekali dia tidak berdaya! "Buk! Fadli mau bertemu dengan Ibu Mastah dulu, boleh?" tanya Fadli meminta izin. Alis Ibu Marni berkedut pelan. "Bertemu Ibu Mastah? Buat apa?" tanya

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   112 | Kentang Panas

    Pagi-pagi sekali. Jarum jam bahkan masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, tapi paman Rusdi sudah menunggu di depan perusahaan tempat Fiona bekerja. Gelagatnya yang mencurigakan membuat seorang satpam perusahaan yang bertugas pagi ini terus menatapnya dengan curiga. "Permisi, Pak!" tegur Paman Rusdi dengan malu-malu. "Ada apa?" tanya satpam itu sedikit ketus. Wajahnya bahkan memberengut jijik. Aroma yang menguar dari tubuh pria gelandangan itu membuatnya ingin segera mengakhiri interaksi ini. "Di dalam sini ada karyawan yang namanya Fiona Larasati 'kan?" tanya paman Rusdi. Gelagatnya yang menurut sang satpam sudah mencurigakan sejak awal, membuat satpam yang bertugas itu semakin mengerutkan kening. Dia tidak mungkin tidak mengenal orang yang disebutkan oleh pria ini. Pasalnya, nama yang disebutkan itu sudah sangat terkenal di perusahaan. Selain karena kedekatannya dengan sang bos perusahaan. Wanita ini juga sering viral lantaran masalah keluarganya. Dan kabar terbaru yang ke

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   111 | Menghubungi Paman Rusdi

    Ibu Mastah bergegas kembali ke kamarnya untuk mencoba menghubungi sang adik kandung melalui nomor yang hanya mereka ketahui sendiri. Tadinya dia berniat mengunjungi ruang keluarga untuk menanyakan tentang kabar putrinya yang tidak juga pulang hingga semalam ini. Siapa yang menduga dia justru mendengar obrolan penting itu. "Halo," sapa Ibu Mastah dengan antusias begitu sambungan telepon mulai terhubung. [Huh! Sekarang kamu baru menghubungiku?!]Ibu Mastah harus menjauhkan ponsel butut di tangannya dari sisi telinga karena kerasnya suara bentakan sang adik dari seberang sana. "Tidak ada waktu untuk menjelaskan! Aku dengar dari Jaya dan ibunya kalau kamu memiliki bukti pembunuhan yang dilakukan oleh Fadli. Apa benar?" tanya Ibu Mastah. Rentetan kalimat panjang ini diutarakan dalam satu tarikan nafas tergesa. [ ... ]"Halo, Rusdi?" panggil Ibu Mastah karena sang adik tidak membalas perkataannya. [Jadi mereka sudah tahu!] "Apa?" tanya Ibu Mastah. [Kak, Zoya ada dimana?]Ibu Mastah m

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   110 | Fakta yang Terungkap (2)

    Bumi telah diselimuti kegelapan ketika Fiona terbangun dari tidur lelapnya. Hanya lampu dari nakas yang menyala buram yang menerangi kamar sederhana itu. Fiona tidak langsung beranjak dari tempatnya. Kepalanya masih linglung mencoba untuk mengingat apa yang telah terjadi. Akan tetapi, suara yang datang dari luar kamarnya membuat Fiona tidak bisa berbaring lebih lama lagi. Dia perlahan beranjak dari ranjang empuknya, dan menyeret langkahnya untuk keluar dari kamar. "Fiona tidak akan menarik tuntutannya!"Sayup-sayup kalimat itulah yang menyambut Fiona ketika dia membuka pintu kamar. "Fiona sedang tidur!" "Gor," sapa Fiona lirih dengan suara serak khas bangun tidurnya. Igor yang sedang menelepon menyeret pandangannya ke arah sosok Fiona kemudian tersenyum teduh. "Pokoknya Fiona tidak akan menarik tuntutannya!" seru Igor untuk yang terakhir kalinya sebelum kemudian memutuskan sambungan telepon. "Kamu sudah bangun? Bagaimana keadaan kamu?" tanya Igor seraya beranjak dari sofa yang

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   109 | Fakta yang Terungkap

    "Gak perlu! Ayo pulang!" tolak Ibu Marni dengan tegas. "Jangan dengarkan omong kosongnya!" lanjut Ibu Marni dengan penuh amarah. Dia lalu meraih tangan Jaya dan hendak menyeretnya untuk pergi meninggalkan sang menantu yang terlihat tidak lebih dari orang gila saat ini. "Huh! Anda yang paling tahu apakah yang aku ucapkan ini hanya omong kosong belaka atau tidak!" dengus Zoya santai. " ... "Sambil mendumel dengan suara rendah, Ibu Marni terus melangkah menjauh dari Zoya. "Mas, jika kamu tidak segera membebaskan aku sekarang juga. Aku jamin keluarga kamu tidak akan pernah menemukan ketenangan lagi!" ujar Zoya memberi peringatan. Langkah kaki Jaya spontan berhenti mendengar nada ancaman yang disampaikan oleh Zoya dengan begitu tenang ini. Jaya yakin bahwa siapapun itu orangnya, apabila menghadapi kondisi terpojok pasti akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan diri. Jaya tidak ingin menganggap remeh ancaman sang istri ini. "Kamu pasti mikir kalau aku sama Mas Fadli saling naksir

  • Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh   108 | Menjenguk Zoya di Kantor Polisi

    Pasca insiden penculikan ini, Igor tak sekalipun meninggalkan sisi Fiona. Di tidak mau hal buruk ini terjadi lagi untuk yang kesekian kalinya pada sang wanita terkasih. "Aku baik-baik saja kok, Gor. Kamu bisa pulang," ujar Fiona begitu mereka tiba di apartemen Fiona setelah kembali dari rumah sakit. "Mulai sekarang, aku akan tinggal di sini!" putus Igor penuh tekad. "Hah?""Aku khawatir hal yang sama seperti ini akan terulang kembali," pungkas Igor. Dia masih memiliki bayang-bayang ketidakberdayaan di dalam benaknya. Kalau sampai dia datang terlambat, apa yang akan terjadi pada Fiona? Hanya dengan membayangkannya saja sudah membuat Igor merasa tidak sanggup! Dan sebenarnya, Fiona juga sedikit dihantui perasaan ketakutan akibat dari pengalaman yang menimpanya kali ini. Namun, posisinya dalam hubungan dengan Igor agak tidak menguntungkan untuk mereka bersama. Belum lagi, dia juga sudah berjanji pada ibunda Igor bahwa hubungan mereka tidak akan sampai pada tahap yang lebih serius t

DMCA.com Protection Status