Malam ini, Fiona berdandan dengan totalitas. Karena acara reuni ini mengusung tema semi formal, Fiona memilih untuk mengenakan gaun selutut berwarna hitam segelap malam berbahan satin yang menjuntai mulus di tubuh rampingnya. Bibirnya disapukan lipstik sewarna merah darah yang menjadi warna favoritnya. Dia paling suka dilihat orang sebagai pribadi yang berani, dan tidak mudah diintimidasi seperti ini. "So gorgeous!" decak Igor yang malam ini akan berangkat bersamanya. Rambut sebahu Fiona digelung sederhana sehingga bisa mengekspos leher panjangnya yang menawan. Malam ini dia juga mengenakan kalung pemberian Igor untuk sedikit menyemarakkan penampilannya yang sederhana. Tidak lupa tas tangan yang hanya mampu menampung ponsel tergenggam dalam jemarinya. "Berangkat sekarang?" "Yuk. Jemput Freya dulu!" ajak Fiona. Igor menggulung matanya. "Aelah gagal romantis!" keluhnya setengah bercanda. Fiona hanya terkekeh pelan sebagai tanggapan. Mau bagaimana lagi, sahabatnya itu sudah mewanti
"Fi, aku liat kamu datang sama Igor, ya? Sejak kapan dia kembali?" tanya Mas Jaya dengan nada introgasi yang tak pernah muncul selama mereka masih menjadi sepasang suami istri. " ... " Fiona menolak untuk menjawab. Dia mengunci bibirnya rapat-rapat sambil menyilangkan lengan di depan dada. Matanya pun menoleh ke arah lain. Tampak jelas rasa ketidaknyamanan yang dia tunjukkan. "Sekarang aku tahu alasan sebenarnya kamu ingin bercerai. Ternyata karena cinta lama kamu sudah kembali rupanya. Coba bayangkan, kalau ternyata Igor kembali lebih dulu, kamu pasti akan menjadi pihak yang pertama kali selingkuh 'kan?" tuduh Mas Jaya panjang. Fiona yang tadinya tidak ingin menaruh atensi lebih pada mantan suami beserta pasangannya ini dibuat terkejut oleh analisa ngawur Mas Jaya. Dia lantas menatap pria itu dengan sorot mata membola tak percaya. "Kamu bilang apa?!" desis Fiona dengan nada yang dibuat sedikit lebih tinggi. Namun, masih berada dalam kontrolnya. "Atau jangan-jangan kamu sudah le
Pagi ini Fiona dibuat sangat marah ketika dia sedang berselancar di media sosial. Segala macam gosip liar tentangnya bertebaran di grup alumni kampus. Tuduhan bahwa dia memulai perselingkuhan dengan Igor membuatnya teramat jengkel. Ternyata begitu banyak orang yang percaya pada omong kosong mantan suaminya itu. Mereka tidak tahu saja, bahkan jika hubungannya saat ini sedikit istimewa dengan Igor, tapi sebelum hubungan perselingkuhan Mas Jaya terungkap, dia tidak pernah sekalipun berpikir untuk selingkuh. Jika dulu dia bisa melepaskan cintanya demi membangun keluarga yang harmonis atas dasar komitmen. Setelah banyak hal yang dia korbankan, apakah akan semudah itu baginya untuk goyah dan berpaling? Fiona terus berputar-putar di atas kursi kerjanya. Kepalanya sibuk memikirkan bagaimana harus membalas mantan suaminya itu. Jika sebelumnya dia berpikir untuk langsung mengirim saja video adegan berpelukan Mas Fadli dan Mbak Zoya pada sang mantan beserta Mbak Arum. Kini setelah semua kejadi
"Bu! Ibu!" Aruna kembali ke rumah sambil berteriak memanggil ibunya. Dia yang jadwal kuliahnya sedang kosong, pagi-pagi sekali memutuskan untuk membeli sarapan bubur ayam di ujung gang, depan kompleks rumahnya. Sekembalinya, dia dikejutkan oleh sebuah selebaran yang tertempel di tiang listrik depan rumah. Aruna yang sebelumnya tidak pernah tertarik untuk mengamati tempelan-tempelan yang ada di tiang listrik, karena berpikir bahwa itu tidak lebih dari iklan jasa sedot WC atau iklan jasa mobil pindahan, kini dia dibuat penasaran. Pasalnya, selebaran itu ditempelkan dengan begitu masif di sepanjang dinding rumahnya sampai rumah tetangga di sekitarnya. Untuk memenuhi rasa penasarannya, Aruna melepas salah satu selebaran yang ditempel tidak terlalu lekat. Akan tetapi, alangkah terkejutnya dia saat melihat isi dari selebaran itu. Bola matanya bahkan hampir lepas dari rongga mata. Begitu tersadar dari keterpanaan, dia lantas bergegas ke dalam rumah untuk memanggil ibunya. "Bu, ibu!" pang
Zoya yang tidak tahu-menahu mengenai masalah apa yang sedang menantinya di rumah saat ini dihadapkan pada sekelompok manusia kumuh yang mencegat langkahnya ketika hendak pulang dari pasar. "Nak, tolong kami!"Zoya melemparkan sorot dingin dari sepasang bola matanya. Dia tidak lagi memiliki perasaan pada orang-orang ini. "Beri kami uang, kalau tidak? Aku akan membongkar rahasiamu!" ancam pria busuk yang tak lagi bisa membuat Zoya takut. Tanpa menjawab mereka, Zoya dengan dingin terus melanjutkan perjalanannya. Namun, langkahnya terhenti karena lengannya dicengkram dengan keras oleh seorang wanita yang telah melahirkannya, tapi tega meninggalkannya dengan segudang masalah. "Kamu gak sayang lagi sama ibu?" tanya wanita rapuh yang tampak kumel, dan terlihat menyedihkan itu. Zoya mendengus dingin. "Aku pikir kalian tidak akan pernah muncul di depanku lagi!" sindirnya. "Maafkan ibu, Nak. Ibu terpaksa!" ucap wanita itu dengan nada suara bergetar menahan tangis. "Terpaksa?!" pekik Zoya
Zoya yang kembali ke rumah sang mertua dengan sekantong besar barang belanjaan dibuat terheran-heran oleh tatapan merendahkan beberapa tetangga di sekitar rumah mertuanya.Namun, karena mereka tidak pernah cukup dekat, Zoya sedikit segan untuk bertanya mengenai arti tatapan itu. "Jadi itu yang namanya Zoya?""Ya ampun memalukan banget sih!""Ck ck ck. Gak habis pikir,""Kok bisa ada orang yang tidak tahu diri kayak dia?"Rangkaian percakapan ibu-ibu itu membuat Zoya meremas kantung belanjaannya dengan lebih erat. Tadinya dia hendak menghibur diri dengan menganggap tatapan meremehkan itu ditujukan pada ibunya yang berjalan sedikit di belakang. Tetapi mendengar namanya disebut membuat jantung Zoya berdegup khawatir. 'Ada apa lagi ini?' batinnya frustrasi. Tidak menunggu waktu lama, dia akhirnya menemukan jawabanya. Tepat setelah satu langkah dia memasuki pintu gerbang rumah mertuanya, raungan marah Mbak Arum menyambutnya. "Dasar wanita j*l*ng!""P*la*ur!" Seuntai julukan kasar yang
Sepanjang siang hari ini, Jaya diliputi oleh perasaan tak menentu. Hatinya tercampur aduk oleh perasaan marah, kecewa, dan sesal. Dia ingin segera menemui sang istri untuk menuntut penjelasan. Namun, dia tidak bisa lantaran masih jam kerja. Dia memiliki klien yang harus ditangani, sehingga dia tidak bisa meminta izin untuk pulang. Tetapi, akibat suasana hati yang tak karuan, Jaya masih tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Sehingga dia bahkan mendapat SP 1 karena kinerjanya mulai menurun bulan ini. Tidak hanya sering terlambat datang setelah waktu makan siang berakhir, dia juga sering menghilang tiba-tiba. Tidak heran jika wajahnya menghitam menahan gejolak emosi sepulangnya dari kantor. "Nak~"Jaya yang baru saja keluar dari mobilnya merajut kening hingga kusut ketika melihat seseorang dengan pakaian lusuh yang terlihat seperti pengemis ini ada di rumahnya. "Pengemis tidak diizinkan masuk ke sini. Pergi!" hardiknya pada wanita paruh baya yang terlihat seusia ibunya i
Kepala Zoya jatuh terkulai kala mendengar ucapan sinis sang ibu mertua. Untuk saat ini, dia tidak tahu bagaimana harus membalas kata-kata ini. Dari sudut matanya, dia menyempatkan diri untuk melirik pada Mas Jaya. Namun, wajah suaminya itu terlihat begitu keras seolah tanpa emosi. Bahkan meski dia berkali-kali mengelus perutnya untuk mengingatkan Mas Jaya bahwa ada bayi mereka di dalam rahimnya, pria itu tampak sama sekali tidak terketuk hatinya. "Sayang, ada apa? Kenapa kamu awut-awutan begini?" tanya Mas Fadli saat melihat penampilan berantakan istrinya. " ... " Tidak ada yang langsung menjawab pertanyaan ini. Setiap pasang mata sibuk saling mengamati tindak-tanduk satu sama lain dengan seksama. "Mas, ini apa?" tanya Mbak Arum memecah keheningan yang sempat tercipta. Dia lantas memberikan selebaran yang memperlihatkan bahwa sang suami sedang berpelukan dengan iparnya. Seperti reaksi kebanyakan orang hari ini, sepasang mata Mas Fadli juga terbuka lebar karena terkejut. "Darima