Home / Romansa / Tawanan Tuan Mafia / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Tawanan Tuan Mafia: Chapter 11 - Chapter 20

55 Chapters

11. Sudah Siap Mati

"Waktunya bergerak," ucap Stev kala melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul sepuluh malam. Lucy dan Ellen mengangguk. Kemudian mengikuti langkah kaki Stev yang membawa mereka keluar. Di depan mansion sudah terparkir dengan apik SUV hitam yang akan menjadi kendaraan mereka malam ini."Kau yang menyetir," Stev melempar kunci mobil pada Lucy. Dan pria berambut jabrik itu menangkap dengan gesit.Mereka bertiga masuk ke dalam mobil dengan Ellen yang berada di kursi belakang. Gadis itu membuka laptop yang menjadi salah satu benda penting dalam menjalankan aksi mereka bertiga. Ellen sangat pintar dalam urusan meretas keamanan dan CCTV. Karena itulah, Stev merekrut Ellen menjadi bagian dari organisasinya.Jari-jemari gadis itu dengan lincah memainkan keyboard di atas laptop. Mencari data guna meretas keamanan perusahaan yang saat ini menjadi tujuan mereka."Perusahaan Xixi, perusahaan yang saat ini tengah naik daun dengan pendapatan terbesar di Los Angeles d
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

12. "Kau Mengenalku?"

Stev mengetuk tiga kali pintu ruangan Presiden Direktur di hadapannya. Ia menyeringai seram saat pria di dalam ruangan tersebut mempersilahkannya masuk. "Selamat malam. Tuan Robert Sand," sapa Stev setelah ia membuka pintu dan membuyarkan perhatian Robert dari dokumen yang sedang dia tandatangani. Pria yang duduk di atas kursi kebesarannya itu menoleh. Dan menemukan Stev berdiri di pintu masuk ruangannya dengan sorot wajah yang menyeringai seram. "Siapa kau?" ujar Robert. Dia dapat merasakan suasana tidak baik saat Stev mulai berjalan menuju tempatnya.Dan saat Stev membuka masker hitam yang menutupi wajah tampannya dengan pelan. Wajah Robert berubah memucat. Detik itu juga."S-Stev ..." ujar Robert dengan suara bergetar. Tidak percaya jika ia akan berhadapan dengan Stev di sini. "Kau mengenalku?" tanya Stev sembari menipiskan bibir.Tiba-tiba Robert bersimpuh di depan Stev. Pria berumur lima puluhan itu tahu dengan jelas apa tujuan Stev datang kemari tanpa undangannya.Stev pas
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

13. Perseteruan

Bella membuka mata pagi harinya. Menemukan cahaya matahari yang menerobos masuk melewati celah ventilasi udara. Menyapanya ramah, seakan menyuruhnya agar terbangun karena hari sudah beranjak siang. Tapi, seperti ada yang aneh. Gadis itu merasakan perutnya terlilit oleh benda keras. Pandangannya turun dan seketika terkejut saat sebuah tangan kekar melingkar pada perutnya. "Pagi, Bella." Leher gadis itu merinding saat mendengar suara serak khas orang bangun tidur. Napas Stev terasa hangat di lehernya. "Pagi, Stev. Kau bisa singkirkan tanganmu? Aku mau bangun." Bella menyingkirkan tangan Stev dengan pelan. Namun pria itu menolak. Dia malah semakin mengeratkan pelukannya pada Bella. "Ini masih terlalu pagi. Biarkan aku tidur sebentar," ujar Stev. Pria itu lelah karena tadi malam pulang dini hari.Dan Bella hanya memutar bola matanya malas. Kemudian dengan paksa menyingkirkan lengan Stev yang mulai merambat ke mana-mana. "Ini sudah hampir siang. Cih, lihat siapa yang pernah menegur
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

14. Bukan Milik Siapapun

Sebuah perpustakaan kecil. Terdapat banyak buku di dalamnya yang tertata dengan rapi di rak. Perpustakaan kecil yang bersih. Dan Bella menyukainya. Sudah lama dia tidak membaca buku lantaran sibuk bekerja setiap hari.Bella mengangkat tangan menggapai salah satu novel yang rilis beberapa tahun lalu. Love in SunsetSeketika mata Bella melebar dan bibirnya terbuka untuk tersenyum senang. Ini novel yang selama ini dicarinya!Setelah sekian lama dia putus asa karena tidak menemukan novel yang telah lama di nanti-nanti karena kehabisan stok. Akhirnya ada di salah satu dari sekian banyak novel di sini. Hatinya benar-benar bahagia. Namun, ada yang aneh dari perpustakaan ini. Apakah Stev gemar membaca novel? Jika dilihat dari wajah seramnya itu rasanya tidak mungkin. Namun, dia juga tidak tahu. Mungkin saja pria berwajah kejam itu senang membaca novel romantis. Semua orang tidak lepas dari membaca. Entahlah, Bella tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan Stev dengan wajah datarnya
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

15. Pengganggu

"Apa?!" Sementara Stev tersenyum mesum, "Aku. Ingin. Memilikimu. Sekarang." Pria itu menekankan setiap kata-katanya. Terdapat seringai kejam yang terpatri di wajah tampan pria itu.Belum sempat Bella mencerna ucapan Stev, pria itu telah membawa bibirnya untuk menempel pada bibir Bella. Gadis itu terkejut tentu saja. "Stev, lepaskan," ujar Bella di sela-sela perbuatan pria itu. Ia sangat kaget dengan perlakuan Stev yang tiba-tiba. Dengan sekuat tenaga Bella mendorong dada Stev agar menjauh. Namun, rupanya tenaga Stev lebih besar dan tidak setara dengannya. Membuat Bella tidak bisa berbuat apa-apa.Dan hal itu hanya bisa membuat Bella meringis dalam hati.Pria itu tidak peduli seberapa besar usaha Bella untuk mendorongnya menjauh. Bella seperti kucing kecil yang tengah melepaskan diri dari jeratan serigala. Dan Stev terus memaksakan lidahnya agar bisa masuk pada Bella yang tidak mau membuka mulut. Karena kesal, pria itu menggigit keras bibir bawah Bella hingga gadis itu mengerang
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

16. Kabur?

Bella mendesah lega saat ia berhasil kabur dari serigala kejam, Stev. Entah apa yang di pikirkan pria itu hingga mau melepaskannya. Mungkin dewi fortuna sedang berpihak pada Bella saat ini. Bella memasuki kamarnya dan menguncinya rapat-rapat. Tidak ada tempat aman untuk ia bersembunyi selain kamarnya. Ia segera berjalan menuju ranjang dan membanting diri pada kasur empuk di sana. Mata indahnya menatap langit-langit kamar dengan beberapa ukiran mewah yang khas. "Apa aku akan tetap berada di sini selamanya?" ucap Bella dengan sedih. Ia merasa senang di sini karena bisa tidur dengan nyaman pada ranjang yang mewah. Namun, ia merasa seperti burung dalam sangkar yang tidak bisa pergi kemana-mana lantaran pintu sangkar itu terkunci dengan rapat. Ponselnya yang terletak di atas meja berdering menandakan suatu panggilan masuk. Dan Bella segera meraih ponsel itu dengan tangan kanannya sebelum menggeser layar untuk menjawab."Kylie!" seru Bella dengan riang. Kesedihannya tiba-tiba menguap sa
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

17. Mata yang Tidak Bisa Terpejam

Malamnya. Bella turun ke lantai bawah untuk mengambil air minum. Tenggorokannya berkali-kali lipat terasa lebih kering saat malam hari. Dan ia tidak bisa menahannya. Saat menuruni tangga. Ia dapat melihat Stev yang sedang menonton televisi dengan Ellen yang merangkul lengan pria itu dengan erat. Bella hanya bisa memutar bola matanya bosan saat melihat itu. Bella bergidik jijik saat itu juga. Ia tidak heran lagi dengan sikap Stev. Pria itu playboy. Pekerjaannya mungkin hanya meniduri wanita dan setelah itu meninggalkannya. Dan ia bisa membayangkan jika salah satu dari wanita itu adalah Ellen. Dilihat dari sifat wanita itu yang selalu menempel dan menggoda Stev. "Bella," panggil Stev pelan saat ia melihat Bella tengah berjalan ke dapur. Tanpa menyapa padanya. "Apa?" tanya gadis itu malas. Ia dapat melihat Ellen yang menyeringai padanya, dan ia sama sekali tidak peduli dengan itu. Hidupnya bukan untuk mengurusi wanita menyebalkan itu."Apa saja yang kau lakukan di kamar? Kenapa tida
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

18. Hanya Berdua

"A ... aku sedang memasak," balas Bella dengan gugup. Jantungnya berdetak lebih kencang karena perlakuan Stev padanya. Pria itu mengerti jika Bella saat ini tengah gugup. Dan dia malah menyeringai dibalik wajah tampannya. Semakin mengeratkan pelukannya pada Bella, membuat gadis itu membulatkan matanya tidak percaya. "Stev ... lepaskan aku. Aku ingin makan." "Oh, kau membuat mie? Apa kau lapar? Kenapa tadi tidak ikut memakan pizza bersama kami?" ucap pria itu. Dan Bella dapat merasakan napas hangat Stev berhembus melewati lehernya. Menggelikan sekali.Sementara Bella, wanita itu sedang sibuk mencari alasan yang tepat untuk pertanyaan Stev. Tidak mungkin kan' dia akan mengatakan jika tidak ingin ikut bergabung bersama mereka karena ada kehadiran Ellen di sana. Itu hanya akan membuat Stev tertawa mengejeknya. Dan mengatakan jika Bella takut pada Ellen. Padahal sebenarnya tidak, gadis itu sama sekali tidak takut dengan Ellen. Hanya saja, melihat wajah sombong Ellen membuat Bella malas.
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

19. Hingga Dini Hari

"Cukup!" Bella segera berdiri dan melotot pada pria itu. Berbeda dengan Stev. Pria itu malah menyeringai senang ketika melihat wajah Bella yang merah padam karena perlakuannya. "Kenapa berhenti? Kau juga menikmatinya," ucap Stev. Ia kemudian menyenderkan kepala pada sofa yang didudukinya. Menatap Bella dengan sudut bibir yang terangkat naik. Sementara Bella hanya memutar bola matanya saat melihat Stev yang terlalu santai. Tidak tahukah pria itu jika perlakuaannya barusan membuat jantung Bella nyaris copot dari tempatnya? "Kenapa otakmu hanya terisi dengan hal-hal yang mesum saja?" tanya Bella sinis dan Stev hanya terkekeh mendengar itu. Bella lalu menyahut mangkok kosong yang berada di meja dan membawanya menuju dapur untuk di cuci. "Ini sudah malam, besok saja mencucinya." Gadis itu menghela napas panjang, tidak mengerti kenapa Stev terus mengekor di belakangnya seperti anak ayam. "Tidak butuh waktu lama untuk mencuci satu mangkok, Stev," ucap Bella. Gadis itu kemudian menyala
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

20. Sisi Lain Stev

Sepasang manik indah itu terbuka perlahan. Mengerjap menatap sisi ranjangnya. Dan ia tidak menemukan Stev berada di sana. Entahlah, mungkin pria itu telah kembali ke kamarnya sendiri. Mata Bella mengedar, dan berhenti tepat pada jam dinding berbentuk kotak yang menggantung dengan indah pada dinding kamarnya. Matanya melotot saat melihat waktu yang tertera di sana sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih. Sialan. Apa dirinya bangun kesiangan? Kenapa Stev tidak membangunkannya? Tak menunda waktu lagi Bella segera beranjak dari tempat tidurnya, kemudian berjalan dengan cepat menuju kamar mandi. Karena terburu-buru, tidak sengaja kaki sebelah kanan wanita itu terkatuk ujung meja yang lancip. Membuat Bella meringis dan menahan sakit. Sialan.Terlihat darah segar mengalir dari betisnya, meski tidak begitu parah. Namun, rasa sakitnya bukan main-main. Bella rasa ia baru saja mendapatkan kesialan karena bangun siang."Aww ... ini sakit sekali," ringis gadis itu sembari memegang sekitar kakiny
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status