Home / Romansa / Tawanan Tuan Mafia / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Tawanan Tuan Mafia: Chapter 31 - Chapter 40

51 Chapters

31. Melawan Ketakutan

Sementara Stev yang merasakan Bella membalas pelukannya itu menyeringai tipis."Jangan takut, aku akan berada di sampingmu, Bella." Stev berbisik tepat pada telinga gadis itu. "Terima kasih, Stev," ucap Bella. Gadis itu tidak tahu harus bagaimana lagi bersikap pada Stev selain berterima kasih. Karena hal ini tidak pernah terbayang dalam pikirannya. Sebelumnya, pada saat Bella masih bertempat tinggal dengan Sean dan Kylie. Mereka berdua lah yang akan menemani Bella. Ketiganya sering sekali tidur bersama karena menemani Bella yang takut pada suara petir. "Simpan terima kasihmu, Bella. Aku menginginkan hal lain sebagai pengganti rasa terima kasihmu padaku," ucap Stev. Bella tidak tahu jika pria itu menyeringai tipis dibalik wajah tampannya."Apa itu?" tanya Bella. Gadis itu tidak paham sama sekali dengan apa yang keluar dari mulut Stev. Tapi, Bella dapat menebak jika hal itu bukan sesuatu yang baik. Stev selalu menyimpan rahasianya dengan sangat aman hingga Bella tidak tahu apa yang ak
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

32. Malam yang Panjang

Malam itu, suara petir yang menggelegar dan hujan badai menjadi saksi atas perlakuan Stev pada Bella. Pria itu kembali menautkan bibir seksinya pada bibir Bella. Melumat benda basah dan kenyal itu dengan perlahan agar Bella menikmati apa yang ia lakukan. Setelah dirasa cukup lama, Stev segera menegakkan badan. Pria itu sedikit mengumpat karena lampu yang padam sehingga ia tidak dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas."Stev ... Apa kau mau melakukannya?" tanya Bella dengan suara yang lemah. Gadis itu terkulai lemas tak berdaya di bawah Stev. Wajahnya berantakan dengan keringat yang mengucur deras membasahi pelipis hingga wajahnya. Sementara Stev yang kini sedang melepas bajunya itu menyeringai tipis."Oh, tentu saja kita akan melakukannya, Bella. Sabarlah sedikit, sebentar lagi aku akan membawamu ke puncak surga dunia di mana kau akan berteriak keras menyebut namaku," ucap Stev yang terasa seksi di telinga Bella. Pria itu membuang atasannya ke sembarang arah, lalu ia kembali meni
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

33. Cita-Cita yang Sempat Tertunda

Bella tidak akan berteriak atau memaki pria itu. Karena dirinya sendiri lah yang menyerahkan apa yang selama ini dijaganya. Ia menggigit bibir bawahnya keras, berpikir jika dirinya tak lebih dari seorang wanita murahan sekarang. Ia ingin menangis meratapi apa yang terjadi padanya. Namun, suatu hal membuat Bella harus menerima kenyataan, karena dirinya sendiri yang mengakibatkan kesalahan ini. Stev terkekeh saat ia merasakan tubuh Bella yang menggeliat tak nyaman pada rengkuhannya. "Tidurku tidak nyenyak, Bella. Aku masih mengantuk karena jam tiga baru saja tertidur. Bagaimana denganmu?" tanya Stev. Pria itu kembali menindih tubuh Bella yang polos. Kedua kulit mereka saling bertemu kembali. Melancarkan sinyal-sinyal hasrat yang ada pada keduanya, terutama Stev. "Tidurku nyenyak," balas Bella. Gadis itu menahan napas saat Stev menunduk dan mulai menciumi lehernya. "Tentu saja kau nyenyak. Kau hanya tahu rasanya menikmati dan meminta lebih. Tanpa tahu aku yang berusaha keras untuk me
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

34. Siapa Jennie

Stev menghentikan mobilnya sebuah bangunan besar berwarna merah muda dengan corak keemasan di tepi dinding yang memiliki ukiran indah.Pria itu menatap ke arah Bella saat ia mematikan mesin mobilnya. "Bagaimana perasaanmu? Kau suka?" tanya Stev. Pria itu tersenyum tipis saat Bella yang berada di sampingnya itu menatap tak percaya pada bangunan yang ada di depan matanya. Bella mematung di tempat. Wanita itu tidak berkutik dengan pandangan yang lurus ke depan sana. Ia lalu menoleh, menatap Stev dengan raut yang memancarkan kebahagiaan tak terhingga. "Stev! Terima kasih!" ucap Bella. Wanita itu segera bergerak ke arah pria itu dan memeluk Stev sebagai rasa terima kasihnya. Ia masih tidak percaya jika Stev benar-benar mengantarkan dirinya ke sini.Sementara Stev yang baru saja mendapat pelukan dari Bella itu tidak bergerak, ia terkejut saat Bella tiba-tiba memeluknya. Seperti bukan Bella yang biasanya. Pelukan wanita itu membuat darah Stev berdesir seolah timbul ke permukaan. "Kau mas
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

35. Sama Seperti yang Lain

"Siapa gadis kecil itu, Stev?" tanya Jennie. Saat ini mereka berdua tengah berjalan menyusuri lorong Jenjay bersama. Tanpa Bella, karena gadis itu sedang berjalan-jalan bersama asisten Jennie untuk melihat-lihat isi dari tempat ini. Dan mungkin juga tengah mengisi formulir yang Jennie berikan.Tidak ada jawaban dari Stev. Pria itu terus berjalan tegak dengan pandangan yang lurus ke depan. Kedua tangan pria itu dimasukkan ke dalam celana. Membuat aura maskulin khas Stev terlihat dengan sempurna. "Mainanku," balas Stev pada akhirnya. Pria itu membuka mulut setelah menguncinya rapat-rapat dalam beberapa saat."Apa aku masih belum cukup untukmu, Stev?" tanya Jennie dengan nanar. Wanita itu mengerti, ia sangat mengerti jika Stev tidak akan cukup hanya dengan satu dua wanita saja. Meski Jennie mengetahui hal itu dengan jelas, wanita itu masih saja merasa sedih. Ia berharap jika Stev hanya akan menjadi miliknya saja. Tapi Stev tetaplah Stev, pekerjaan pria itu bahkan sudah membuktikan jika
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

36. Tiba-Tiba

Bella menatap malas pada wanita yang saat ini menghampiri Stev dengan tatapan manja."Ellen, kau sudah lama?" tanya pria itu.Sementara Ellen hanya menggeleng pelan sembari menampilkan senyum terbaiknya pada Stev. Entah mengapa, Bella merasa mual saat melihat senyum Ellen yang terkesan di buat-buat."Tidak. Aku baru saja sampai," balas Ellen.Stev mengangguk. Lalu memandang Bella yang kini terdiam. Menatap Ellen dengan sorot mata yang tidak dapat di artikan."Aku masuk dulu, Stev." Bella berucap pada pria itu sebelum pergi meninggalkan keduanya di halaman mansion. Stev tidak menjawab, pria itu hanya memandang kepergian Bella dengan tatapan datar seperti biasanya."Ayo masuk Stev," ajak Ellen. Wanita itu merangkul lengan Stev dengan erat. Kemudian mengajak pria itu untuk berjalan bersamanya menuju mansion.Pria itu tidak melakukan apa pun selain mengikuti Ellen. Toh, dia sendiri pasti juga akan masuk pada akhirnya. Tidak ada alasan baginya untuk menolak...."Hei Bella!" panggil ses
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

37. Bermain

"Jam sembilan? Tapi, besok aku tidak bisa mengantarmu. Aku ada urusan, apa kau bisa berangkat sendiri?" tanya Stev. Pria itu menatap Bella yang kini berdiri di hadapannya. Bibir wanita tersebut perlahan terangkat membentuk senyum lebar."Benarkah? Kalau begitu aku akan berangkat sendiri besok. Kau selesaikan saja urusanmu dulu, tidak perlu mengkhawatirkan aku," balas Bella dengan wajah yang berbinar senang.Stev yang melihat Bella itu mendengus pelan, seharusnya ia tidak berbicara seperti itu pada Bella. Karena ia tahu jika gadis itu pasti akan senang jika dirinya tidak ada di sampingnya."Apa kau baru saja mengatakan jika aku mengkhawatirkanmu?" ucap Stev. Pria itu menarik Bella ke dalam pangkuannya. Sontak saja apa yang dilakukan Stev membuat wanita itu menahan napas. Pria itu kemudian mendekatkan wajah pada leher gadis itu. Dan mencium aroma wangi yang menguar dari tubuh Bella. "Kau terlalu banyak bicara, bagaimana jika aku membungkam mulutmu?" tanya Stev. Dan pria itu terkekeh
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

38. Ice Cream

"Kau tidak kembali ke kamarmu?" tanya Bella. Gadis itu baru saja keluar dari kamar mandi dengan selembar handuk yang menutupi tubuhnya. Bella mendesah pelan saat Stev hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan yang baru saja ia lontarkan. Pria itu hanya menatap Bella dengan raut wajah datar, memperhatikan Bella yang kini berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian.Stev mendengus pelan saat Bella kembali masuk ke kamar mandi dan berganti baju di sana. Membuat Stev yang kini bersandar pada kepala ranjang itu memutar bola matanya dengan malas."Apa-apaan dia?" gerutu Stev. Padahal dirinya sudah melihat semua yang ada pada tubuh Bella. Kenapa gadis itu masih saja merasa malu padanya?Stev kemudian menyibak selimut yang menutupi tubuh polosnya, pria itu lantas berdiri dan berjalan meninggalkan kamar Bella. Tak lupa pria itu memungut baju dan celananya yang berserakan di lantai sembari mendengus pelan.Sementara Bella, gadis itu kini tengah mengintip keadaan kamarnya dari balik pintu kam
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

39. Pengusik

Bella tersenyum kecil, gadis itu menyendok kan es krimnya dengan satu bulatan besar."Kau mau?" gadis itu menawari Stev. Bisa saja pria itu terus menatapnya sejak tadi karena ingin sedikit merasakan rasa manis yang ada pada es krim itu.Sementara Stev hanya memutar kedua bola matanya sembari mendengus pendek."Makan saja sendiri, aku tidak tertarik." Pria itu kembali memalingkan wajahnya ke depan. Menghindari tatapan Bella yang terlihat menggemaskan itu. "Baiklah. Aku akan menghabiskan ini, jangan menangis dan datang padaku jika kau menginginkan ini, oke?" "Cih, apa kau sangat suka pada es krim?" Bella mengangguk, "Selain cokelat, es krim adalah satu-satunya teman terbaikku," balas gadis itu. "Cokelat? Kau tidak takut gendut?" tanya Stev lagi. Pria itu sama sekali tidak mengerti dengan apa yang ada dalam diri Bella. Gadis itu terlihat berbeda.Bella menelan es krimnya pelan sebelum menjawab pertanyaan Stev. "Kenapa aku harus takut gendut?" tanya gadis itu.Sementara Stev malah me
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

40. Pembicaraan Singkat

"Stev, keberangkatan kita dipercepat menjadi lebih awal. Bukan jam sembilan." Ellen memberitahu pria yang kini tengah duduk di salah satu kursi yang ada di mini bar milik pria itu. Stev melirik Ellen singkat, "Apakah ada masalah?" tanya pria itu sebelum kembali meneguk minumnya lagi. Ellen menganggukkan kepalanya sembari berjalan mendekat. "Ya. Setelah aku pikirkan lagi, ada kemungkinan kita akan diserang di jalan. Tempat itu sudah mulai memasuki kawasan anak buah Rudolf, jika mereka tahu kita ada di sana, bukan tidak mungkin untuk pria itu mengerahkan anak buahnya," jawab Ellen, wanita itu lantas mendudukkan diri pada kursi yang berada tepat di samping Stev. Wanita itu dapat mencium aroma wangi yang menguar dari tubuh pria di sebelahnya. Ellen dapat menebak jika itu adalah parfum Stev yang dia belikan saat ia pergi ke Paris pada bulan lalu. Dan saat mengetahui jika Stev menggunakan parfum itu, tidak ada yang dipikirkan Ellen saat ini kecuali rasa bahagia. Akhirnya Stev memakai apa
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status