Beranda / Romansa / Tawanan Tuan Mafia / 33. Cita-Cita yang Sempat Tertunda

Share

33. Cita-Cita yang Sempat Tertunda

Penulis: Noona R
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 09:57:26

Bella tidak akan berteriak atau memaki pria itu. Karena dirinya sendiri lah yang menyerahkan apa yang selama ini dijaganya. Ia menggigit bibir bawahnya keras, berpikir jika dirinya tak lebih dari seorang wanita murahan sekarang. Ia ingin menangis meratapi apa yang terjadi padanya. Namun, suatu hal membuat Bella harus menerima kenyataan, karena dirinya sendiri yang mengakibatkan kesalahan ini.

Stev terkekeh saat ia merasakan tubuh Bella yang menggeliat tak nyaman pada rengkuhannya.

"Tidurku tidak nyenyak, Bella. Aku masih mengantuk karena jam tiga baru saja tertidur. Bagaimana denganmu?" tanya Stev. Pria itu kembali menindih tubuh Bella yang polos. Kedua kulit mereka saling bertemu kembali. Melancarkan sinyal-sinyal hasrat yang ada pada keduanya, terutama Stev.

"Tidurku nyenyak," balas Bella. Gadis itu menahan napas saat Stev menunduk dan mulai menciumi lehernya.

"Tentu saja kau nyenyak. Kau hanya tahu rasanya menikmati dan meminta lebih. Tanpa tahu aku yang berusaha keras untuk me
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tawanan Tuan Mafia   34. Siapa Jennie

    Stev menghentikan mobilnya sebuah bangunan besar berwarna merah muda dengan corak keemasan di tepi dinding yang memiliki ukiran indah.Pria itu menatap ke arah Bella saat ia mematikan mesin mobilnya. "Bagaimana perasaanmu? Kau suka?" tanya Stev. Pria itu tersenyum tipis saat Bella yang berada di sampingnya itu menatap tak percaya pada bangunan yang ada di depan matanya. Bella mematung di tempat. Wanita itu tidak berkutik dengan pandangan yang lurus ke depan sana. Ia lalu menoleh, menatap Stev dengan raut yang memancarkan kebahagiaan tak terhingga. "Stev! Terima kasih!" ucap Bella. Wanita itu segera bergerak ke arah pria itu dan memeluk Stev sebagai rasa terima kasihnya. Ia masih tidak percaya jika Stev benar-benar mengantarkan dirinya ke sini.Sementara Stev yang baru saja mendapat pelukan dari Bella itu tidak bergerak, ia terkejut saat Bella tiba-tiba memeluknya. Seperti bukan Bella yang biasanya. Pelukan wanita itu membuat darah Stev berdesir seolah timbul ke permukaan. "Kau mas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Tawanan Tuan Mafia   35. Sama Seperti yang Lain

    "Siapa gadis kecil itu, Stev?" tanya Jennie. Saat ini mereka berdua tengah berjalan menyusuri lorong Jenjay bersama. Tanpa Bella, karena gadis itu sedang berjalan-jalan bersama asisten Jennie untuk melihat-lihat isi dari tempat ini. Dan mungkin juga tengah mengisi formulir yang Jennie berikan.Tidak ada jawaban dari Stev. Pria itu terus berjalan tegak dengan pandangan yang lurus ke depan. Kedua tangan pria itu dimasukkan ke dalam celana. Membuat aura maskulin khas Stev terlihat dengan sempurna. "Mainanku," balas Stev pada akhirnya. Pria itu membuka mulut setelah menguncinya rapat-rapat dalam beberapa saat."Apa aku masih belum cukup untukmu, Stev?" tanya Jennie dengan nanar. Wanita itu mengerti, ia sangat mengerti jika Stev tidak akan cukup hanya dengan satu dua wanita saja. Meski Jennie mengetahui hal itu dengan jelas, wanita itu masih saja merasa sedih. Ia berharap jika Stev hanya akan menjadi miliknya saja. Tapi Stev tetaplah Stev, pekerjaan pria itu bahkan sudah membuktikan jika

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Tawanan Tuan Mafia   36. Tiba-Tiba

    Bella menatap malas pada wanita yang saat ini menghampiri Stev dengan tatapan manja."Ellen, kau sudah lama?" tanya pria itu.Sementara Ellen hanya menggeleng pelan sembari menampilkan senyum terbaiknya pada Stev. Entah mengapa, Bella merasa mual saat melihat senyum Ellen yang terkesan di buat-buat."Tidak. Aku baru saja sampai," balas Ellen.Stev mengangguk. Lalu memandang Bella yang kini terdiam. Menatap Ellen dengan sorot mata yang tidak dapat di artikan."Aku masuk dulu, Stev." Bella berucap pada pria itu sebelum pergi meninggalkan keduanya di halaman mansion. Stev tidak menjawab, pria itu hanya memandang kepergian Bella dengan tatapan datar seperti biasanya."Ayo masuk Stev," ajak Ellen. Wanita itu merangkul lengan Stev dengan erat. Kemudian mengajak pria itu untuk berjalan bersamanya menuju mansion.Pria itu tidak melakukan apa pun selain mengikuti Ellen. Toh, dia sendiri pasti juga akan masuk pada akhirnya. Tidak ada alasan baginya untuk menolak...."Hei Bella!" panggil ses

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Tawanan Tuan Mafia   37. Bermain

    "Jam sembilan? Tapi, besok aku tidak bisa mengantarmu. Aku ada urusan, apa kau bisa berangkat sendiri?" tanya Stev. Pria itu menatap Bella yang kini berdiri di hadapannya. Bibir wanita tersebut perlahan terangkat membentuk senyum lebar."Benarkah? Kalau begitu aku akan berangkat sendiri besok. Kau selesaikan saja urusanmu dulu, tidak perlu mengkhawatirkan aku," balas Bella dengan wajah yang berbinar senang.Stev yang melihat Bella itu mendengus pelan, seharusnya ia tidak berbicara seperti itu pada Bella. Karena ia tahu jika gadis itu pasti akan senang jika dirinya tidak ada di sampingnya."Apa kau baru saja mengatakan jika aku mengkhawatirkanmu?" ucap Stev. Pria itu menarik Bella ke dalam pangkuannya. Sontak saja apa yang dilakukan Stev membuat wanita itu menahan napas. Pria itu kemudian mendekatkan wajah pada leher gadis itu. Dan mencium aroma wangi yang menguar dari tubuh Bella. "Kau terlalu banyak bicara, bagaimana jika aku membungkam mulutmu?" tanya Stev. Dan pria itu terkekeh

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Tawanan Tuan Mafia   38. Ice Cream

    "Kau tidak kembali ke kamarmu?" tanya Bella. Gadis itu baru saja keluar dari kamar mandi dengan selembar handuk yang menutupi tubuhnya. Bella mendesah pelan saat Stev hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan yang baru saja ia lontarkan. Pria itu hanya menatap Bella dengan raut wajah datar, memperhatikan Bella yang kini berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian.Stev mendengus pelan saat Bella kembali masuk ke kamar mandi dan berganti baju di sana. Membuat Stev yang kini bersandar pada kepala ranjang itu memutar bola matanya dengan malas."Apa-apaan dia?" gerutu Stev. Padahal dirinya sudah melihat semua yang ada pada tubuh Bella. Kenapa gadis itu masih saja merasa malu padanya?Stev kemudian menyibak selimut yang menutupi tubuh polosnya, pria itu lantas berdiri dan berjalan meninggalkan kamar Bella. Tak lupa pria itu memungut baju dan celananya yang berserakan di lantai sembari mendengus pelan.Sementara Bella, gadis itu kini tengah mengintip keadaan kamarnya dari balik pintu kam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Tawanan Tuan Mafia   39. Pengusik

    Bella tersenyum kecil, gadis itu menyendok kan es krimnya dengan satu bulatan besar."Kau mau?" gadis itu menawari Stev. Bisa saja pria itu terus menatapnya sejak tadi karena ingin sedikit merasakan rasa manis yang ada pada es krim itu.Sementara Stev hanya memutar kedua bola matanya sembari mendengus pendek."Makan saja sendiri, aku tidak tertarik." Pria itu kembali memalingkan wajahnya ke depan. Menghindari tatapan Bella yang terlihat menggemaskan itu. "Baiklah. Aku akan menghabiskan ini, jangan menangis dan datang padaku jika kau menginginkan ini, oke?" "Cih, apa kau sangat suka pada es krim?" Bella mengangguk, "Selain cokelat, es krim adalah satu-satunya teman terbaikku," balas gadis itu. "Cokelat? Kau tidak takut gendut?" tanya Stev lagi. Pria itu sama sekali tidak mengerti dengan apa yang ada dalam diri Bella. Gadis itu terlihat berbeda.Bella menelan es krimnya pelan sebelum menjawab pertanyaan Stev. "Kenapa aku harus takut gendut?" tanya gadis itu.Sementara Stev malah me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Tawanan Tuan Mafia   40. Pembicaraan Singkat

    "Stev, keberangkatan kita dipercepat menjadi lebih awal. Bukan jam sembilan." Ellen memberitahu pria yang kini tengah duduk di salah satu kursi yang ada di mini bar milik pria itu. Stev melirik Ellen singkat, "Apakah ada masalah?" tanya pria itu sebelum kembali meneguk minumnya lagi. Ellen menganggukkan kepalanya sembari berjalan mendekat. "Ya. Setelah aku pikirkan lagi, ada kemungkinan kita akan diserang di jalan. Tempat itu sudah mulai memasuki kawasan anak buah Rudolf, jika mereka tahu kita ada di sana, bukan tidak mungkin untuk pria itu mengerahkan anak buahnya," jawab Ellen, wanita itu lantas mendudukkan diri pada kursi yang berada tepat di samping Stev. Wanita itu dapat mencium aroma wangi yang menguar dari tubuh pria di sebelahnya. Ellen dapat menebak jika itu adalah parfum Stev yang dia belikan saat ia pergi ke Paris pada bulan lalu. Dan saat mengetahui jika Stev menggunakan parfum itu, tidak ada yang dipikirkan Ellen saat ini kecuali rasa bahagia. Akhirnya Stev memakai apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Tawanan Tuan Mafia   41. Berangkat

    Bella menatap langit malam yang bertabur bintang dari balkon dengan tenang. Gadis itu tidak melakukan apa pun. Karena ia hanya diam saja sedari tadi dengan pandangan yang terus menatap kepada salah satu objek. Beberapa bintang yang ada di langit saling berhubungan hingga membentuk suatu rasi bintang. Dan wanita itu tersenyum kecil, ia tidak bisa melupakan begitu saja kenangan tentang siapa yang mengenalkan sebuah rasi bintang padanya. Orang itu sudah pergi dan tenang di surga, seharusnya Bella tidak sesedih ini saat mengingat kenangan itu. Tiba-tiba saja pintu kamar Bella terbuka, membuat gadis itu membalikkan badan untuk melihat siapa yang datang. Dan dirinya tidak bisa untuk tidak mendesah pelan saat melihat manusia tembok yang menurutnya sangat menyebalkan itu berjalan ke arahnya."Apa kau ingin mati kedinginan? Kenapa membuka jendela selebar itu?" ucap pria itu dengan suara berat yang dingin. Tampak sekali dari raut wajahnya, Stev tidak menyukai apa yang Bella lakukan."Aku hany

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15

Bab terbaru

  • Tawanan Tuan Mafia   51. Musuh Dalam Pesta

    "Memangnya kenapa?" tanya Stev sembari menoleh pada orang yang baru saja berbicara dengannya. Sementara orang di sebelah Stev itu hanya menghela napas pelan."Aku tahu membunuh adalah hobi mu, Stev. Tapi, dia tidak bersalah apa-apa," ucap pria itu. Ia berusaha untuk menghentikan Stev sehingga pria itu tidak membuat kekacauan di pesta yang tengah dibuatnya. "Berisik.""Ini pesta ulang tahun anakku, Stev. Jangan mengacaukannya," ucap pria itu lagi. Ia mendesah pelan. Ia tahu jika Stev tidak akan berhenti sampai di sini. Pria itu terlalu keras kepala.Stev menipiskan bibirnya dengan perlahan."Benarkah? Ku rasa anakmu nanti akan berterima kasih kepadaku," balas pria tampan itu. Dan tidak lagi menunggu waktu yang lama untuk Stev menarik pelatuk pada pistolnya. DORR!! Satu peluru dengan cepat menembus kaki kanan dari gadis itu. Membuatnya langsung jatuh dari tempat duduknya dan mengaduh kala dirinya menimpa lantai yang keras. Tiba-tiba suasana menjadi hening. Banyak orang terdiam dar

  • Tawanan Tuan Mafia   50. Tidak Selera Bermain

    Bella keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi yang menutupi bagian tubuhnya hingga ke lutut. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian besar yang ada di kamarnya. Kemudian membukanya dan memilih baju yang sekiranya cocok untuk ia gunakan malam ini. Akhirnya, setelah beberapa saat memilih, gadis itu mengambil sebuah sweater berwarna biru muda dengan celana kain hitam yang panjang. Kemudian tanpa berlama-lama lagi, gadis itu segera melepas jubah mandinya dan berganti dengan pakaian yang baru saja ia pilih. Setelah berganti pakaian, Bella kemudian mengambil sisir yang tergeletak di atas meja di kamarnya. Gadis itu dengan pelan menyisir rambut hitam panjangnya di depan cermin. "Kurasa rambutku sudah terlalu panjang, apa aku harus memotongnya?" gumam Bella pada diri sendiri. Wanita itu terkekeh kecil sembari menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis itu menolehkan kepalanya pada jam dinding yang berada di kamarnya, dan waktu di sana sudah menunjukkan pukul delapan l

  • Tawanan Tuan Mafia   49. Menggoda Stev

    Bella menuruni mobil yang ditumpanginya dengan raut wajah masam. Ia menutup pintu mobil berwarna hitam pekat tersebut dengan sedikit bantingan keras. Membuat seorang pria yang menjadi supir dalam mobil tersebut menatap gadis itu dengan pandangan bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang salah darinya? Dia hanya menjalankan perintah bosnya untuk membawa Bella pulang. Gadis itu bahkan kembali dengan selamat tanpa terluka seujung jari pun.Sementara Bella yang kini memasuki mansion Stev itu mendengus pelan. Gadis itu tahu siapa yang melaporkan dirinya pada Stev. Siapa lagi kalau bukan pengawal pria itu yang tadi sudah berada di depan kafe saat gadis itu baru saja melangkah keluar?"Dasar menyebalkan!" gerutu Bella dengan pelan. Gadis itu tentu saja tidak berani memarahi pengawal Stev yang ada di luar mansion itu. Bisa-bisa dirinya nanti dibuang oleh orang-orang yang menjadi anak buah Stev ke tengah hutan. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Bella merinding dibuatnya. Ia tidak akan m

  • Tawanan Tuan Mafia   48. Menaggung Amarah

    Bella melirik pada kedua sahabatnya yang kini sedang menatap ke arahnya dengan raut wajah yang penasaran. Tampaknya mereka berdua tidak mendengar suara orang di balik telepon Bella. "Ada apa, Bella?" tanya Kylie dengan nada setengah berbisik. Wanita itu tidak ingin orang yang ada di balik telepon Bella mendengar suaranya. Sementara Sean, pria itu juga memandang Bella dengan sorot mata yang menyiratkan kekhawatiran. Tampaknya Sean tahu apa yang sedang terjadi pada Bella. Perlakuan gadis itu yang mengedarkan pandangan pada seisi kafe ini sudah menjadi jawaban. Jika kedatangan Bella ke kafe ini sepertinya sudah diketahui dengan tuannya. Sementara Bella hanya bisa menghela napas pendek setelah gadis itu menutup panggilan telepon. "Maaf, Sean, Kylie. Sepertinya aku akan pulang dulu," ucap Bella dengan nada yang sedikit tidak terima. Wanita itu tersenyum pada keduanya, ia kembali memasukkan ponselnya pada tas dan merogoh sesuatu yang lain di sana. "Kali ini aku yang bayar," ucap Bella

  • Tawanan Tuan Mafia   47. Alasan Terjawab

    "Benarkah? Wow, selamat Bella!" ucap Kylie tidak percaya. Wanita itu tentu saja senang saat Bella mendapatkan pekerjaannya lagi, meskipun ia tahu. Jika Bella mencari pekerjaan bukan karena benar-benar ingin bekerja. Namun wanita itu pasti bosan berada di dalam mansion yang megah itu seorang diri. Sementara semua penghuni mansion itu pasti akan pergi jika mereka sedang melakukan pekerjaannya. Dan tidak ada yang Bella lakukan lagi kecuali hanya tersenyum membalas ucapan selamat dari Kylie."Terima kasih, Kylie. Aku sekarang berada di Jenjay, bersama dengan Jennie yang menjadi atasanku di sana," ucap Bella kemudian. Gadis itu dapat melihat jika kedua mata Kylie melebar saat ia mengatakan itu. Tampaknya wanita itu lebih kaget dari yang sebelumnya."Jenjay?! Jenjay yang itu?!" Kylie memekik, dan Sean yang berada di samping gadis itu menaikkan salah satu alisnya dengan heran. Ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh dua gadis yang berada di meja yang sama dengannya itu. Apa katanya

  • Tawanan Tuan Mafia   46. Terawasi

    "Stev ... kita akan sampai sebentar lagi," ucap Lucy tanpa melirik pada seseorang yang diajak bicara. Pria itu sedari tadi hanya fokus pada game yang terdapat dalam ponselnya itu. Semetara Stev yang ada di kursi belakang hanya diam tak menjawab. Tanpa diberi tahu pun dirinya sudah tahu jika mereka akan segera sampai. Lucy menggeram rendah saat game yang ia mainkan berakhir dengan kekalahannya. "Sial," umpat pria itu sembari mematikan layar ponselnya dan kemudian melempar benda tidak bersalah itu pada dash board mobil.Lucy memandang ke arah depan, di mana jalanan sudah hampir menggelap karena matahari yang akan segera tenggelam. Beristirahat untuk kembali memulai aktivitasnya kembali besok pagi, menyinari alam semesta."Apa kau merasa tidak ada yang aneh, Stev?" tanya Lucy, pria itu melirik Stev dari spion dalam mobil. Pria berambut jabrik itu dapat melihat dengan matanya yang berwarna biru secerah langit itu, Ellen kini sedang bersandar di bahu Stev dengan mata yang terpejam.Wani

  • Tawanan Tuan Mafia   45. Kekasih Jennie

    Pria itu berhenti tepat di tempat Bella. Membuat Bella yang kini masih diam di tempat duduknya menahan napas. Ia tidak menyangka jika akan ada manusia yang sesempurna ini di dunia. "Freya, apakah Jennie ada di sini?" tanya pria itu. "Ketua? Dia ada di atas, Tuan," balas Freya sembari menunjuk ruangan Jennie yang berada di lantai atas.Pria yang menurut Bella sangat tampan itu mengangguk, "Oh, dia sedang tidak pergi?"Freya menggeleng sembari tersenyum ramah. "Hari ini tidak ada jadwal perjalanan." "Baiklah, terima kasih Freya," ucap pria itu sembari mengukir senyum pada bibirnya yang tipis."Apa Anda tidak memberi tahu ketua jika Anda akan datang?" tanya Freya dengan tatapan bingung.Pria itu menggeleng pelan, "Tidak. Aku ingin memberikan kejutan padanya," ucap pria tampan itu sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan Bella yang mematung di dekat Freya.Freya menghela napas pelan saat bayangan pria tampan itu sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya."Bukankah setidaknya jika d

  • Tawanan Tuan Mafia   44. Di Balik Temaram

    "Apa kita perlu bergerak, Bos?" tanya seorang pria pada lelaki yang duduk di atas kursi kebesarannya dalam ruangan itu. Sementara orang yang tadi dipanggil bos itu menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. "Jangan terburu-buru," ucap pria itu sembari menyeringai seram. Wajahnya yang tampan namun mengerikan itu menatap datar pada foto berukuran besar yang terpajang di dinding. Saat melihat foto tersebut, raut wajah pria itu berubah sendu tidak dapat di sembunyikan lagi. Terlihat dari matanya yang berwarna biru itu, ada banyak masalah dan masa lalu mengerikan yang tersimpan dengan kelam di sana. Tanpa seseorang pun yang mengetahui. Hanya ia seorang diri, menahan beban dan rasa yang tak pernah dirasakan oleh orang lain di sekitarnya.Pria itu menghela napas pelan, diikuti dengan gerakan tangannya yang menghidupkan korek api untuk membakar sebuah rokok yang terselip di antara bibir tipisnya yang seksi."Kita tidak akan menyerangnya hari ini. Aku akan membuat kematiannya menjadi menges

  • Tawanan Tuan Mafia   43. Hari Pertama di Jenjay

    "Jangan terburu-buru, selesaikan dulu urusan Anda," ucap Bella dengan sopan. Dan ia dapat melihat jika Jennie terkekeh sebentar sebelum akhirnya menutup laptopnya dengan pelan. Ketua desainer Jenjay itu mencari-cari sesuatu yang berada di dalam salah satu lacinya. "Bella. Ini hari pertama kau masuk bukan?" Wanita itu duduk di hadapan Bella, sementara gadis yang ada di depan Jennie itu mengangguk. "Iya Miss," balas Bella."Oh, kau tidak perlu memanggilku Miss, Bella. Mulai sekarang biasakan dirimu untuk memanggilku dengan sebutan ketua, seperti yang lain." Bella terpaku sejenak, namun setelah itu Bella mengangguk sembari tersenyum, "Baik, Ketua.""Itu lebih baik," sahut Jennie. Ia menyodorkan sebuah buku besar sedikit tebal itu pada Bella."Ini adalah buku di mana semua rancanganmu akan tertuang di sini. Aku memberikan buku ini pada semua karyawanku. Dan setiap satu bulan sekali, aku akan memeriksa perkembangan gambaranmu. Dan jika ada yang menurutku bagus, aku akan mengangkatnya me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status