Home / Romansa / Tawanan Tuan Mafia / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Tawanan Tuan Mafia: Chapter 21 - Chapter 30

64 Chapters

21. Pengkhianat

Stev meletakkan laptop yang dibawanya ke atas meja, kemudian membuka benda persegi empat itu pelan dan mulai mengetikkan sesuatu di atas keyboard. Tangannya bergerak lincah seolah dia sudah terbiasa dengan benda tersebut."Apa yang kau lakukan dengan laptop itu, Stev?" tanya Bella yang penasaran. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Mulutnya terasa gatal jika ia tidak berucap. Pria tampan itu menoleh sekilas pada Bella. Sekedar mempertemukan onyx miliknya dengan emerald Bella yang teduh. Sebelum kemudian kembali memalingkan wajahnya menghadap laptop. Membiarkan Bella mendengus kesal karena dia tidak menjawab pertanyaan gadis itu. "Aku akan naik ke kamar saja," ujar Bella dengan malas. Ia tidak suka jika seseorang mengacuhkannya seperti ini. Stev terlalu kaku dan tidak bisa diajak ngobrol dengan santai. "Duduk di sini." Pria itu menahan pergelangan tangan Bella saat wanita itu berdiri untuk berniat pergi. "Aku bosan," balas Bella.Sementara Stev. Pria itu menatap Bella
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

22. Keluar Bersama

"Kenapa Bella? Kau terlihat tidak tenang," tanya Stev. Ia ingin tertawa saat melihat ekspresi Bella yang menahan napas.Wanita itu tentu saja mendengar dengan jelas apa yang Stev bicarakan dengan seseorang bernama Daren tadi. Ia tahu betul jika Stev kejam. Tapi tidak menyangka pria itu akan sekejam melebihi dugaannya. Bella meneguk ludah dengan susah payah. Stev akan meninggalkan semua wanita jika ia telah selesai menidurinya. Apakah dirinya juga akan berakhir seperti itu?Bella menggeleng pelan sembari menepuk kedua pipinya. Tidak ingin membayangkan hal yang tidak-tidak."Aku tidak apa-apa Stev. Hanya saja ingin kembali ke kamar," ucap Bella. Wanita itu berdiri dan ingin kembali ke kamarnya. Sebelum tangan Stev terulur untuk meraih perut Bella dan membuat gadis itu jatuh terduduk pada pangkuannya. "S—Stev. Lepaskan aku," ucap Bella dengan gemetar. Stev tidak mempedulikan itu. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada perut Bella yang ramping tanpa lemak. Sesekali mengendus leher Bell
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

23. Lima Ribu Dollar

"Kita akan ke mana?" tanya Stev. Pria itu bertanya dengan tatapan mata yang fokus pada jalanan. Tidak sedikit pun menoleh pada Bella meski hanya untuk melihat wajah cantik itu sekilas. Sementara Bella yang mendengar apa yang baru saja Stev tanyakan itu mendengus, "Aku ikut ke mana pun mobil ini akan pergi. Kau 'kan yang menyetir," balas wanita itu acuh tak acuh. Masih merasa kesal karena Stev ikut pergi. Padahal dirinya mendambakan kebebasan meski hanya sebentar saja. Bella dapat mendengar Stev terkekeh pelan sebelum menjawab."Apa ada rekomendasi tempat yang bagus?" tanya Stev kemudian. Ia membelokkan stir ke kiri.Bella terdiam sejenak. Mencoba berpikir di mana tempat yang bagus untuknya mencari baju di kota yang padat ini. "Bagaimana dengan Mall? Kurasa itu lebih baik daripada harus ke butik," ucap Bella memberi usul. Bella menoleh pada pria tampan di sebelahnya. Dilihat dari sisi mana saja, hal itu tidak dapat mengurangi sedikit pun kadar ketampanan yang telah dimiliki oleh pr
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

24. Bos di Atas Bos

Wanita itu beringsut mendekat ke arah pria yang baru saja datang, memeluk erat lengannya sambil menatap Bella dengan sinis."Sayang, aku ingin membeli jubah mandi cantik ini. Tapi wanita itu bilang kalau dia sudah berniat membelinya. Bagaimana ini? Aku sangat suka jubah merah muda itu. Sangat cocok untukku, benar kan?" keluh wanita berambut merah dengan pakaian seksi itu pada sang pria. Dan Bella sudah bisa menebak kalau pria itu adalah kekasih dari wanita menyebalkan itu.“Apakah itu benar?” Pria itu bertanya, lalu dia menatap Bella dengan tatapan bijaksana. "Nona, kekasihku suka jubah mandi itu, tidak bisakah kau mengalah dan memberikan padanya?" kata pria itu pada Bella.Yang bisa dilakukan Bella saat ini hanyalah memutar bola matanya dengan malas."Aku yang pertama mengambilnya. Kau harus mengajari kekasihmu untuk tidak mengambil milik orang lain," kata Bella tegas.Bella bisa melihat wajah wanita itu berkaca-kaca dengan kedua tangan yang masih merangkul erat pria itu. Dan mau tid
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

25. Sebuah Konsekuensi

"Sayang. Kenapa kau memanggilnya bos? Apa dia atasanmu?" tanya wanita berambut merah itu dengan alis yang mengkerut. Ia tidak bisa untuk tidak mencuri-curi pandang pada Stev yang jauh lebih tampan daripada kekasihnya. Sementara kekasih wanita yang tadi Stev panggil Smith itu menatap kekasihnya sejenak."Iya, Sayang. Dia atasanku," jawabnya pelan."Tapi, atasan apa? Bukankah kau adalah pimpinan tertinggi di perusahaan?" tanya wanita berambut merah ia tidak mengerti. Dan yang kekasih wanita itu tampilkan setelahnya adalah wajah dengan ekspresi dingin. Bella tidak mengerti mengapa pria itu menatap kekasihnya sendiri dengan sorot mata yang tajam. Seolah perkataan wanita seksi barusan itu menyinggungnya.Sementara Stev yang melihat kedua anak manusia di depannya itu menyeringai tipis. "Smith, apa kekasihmu itu tidak tahu apa pekerjaanmu yang sebenarnya?" tanya Stev sembari memperhatikan keduanya tanpa berkedip. Ia tidak sabar menunggu reaksi dari sepasang kekasih di depannya itu. Pria
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

26. Tempat Tinggal Bella

"Kita akan langsung pulang?" tanya Stev. Pria itu menghidupkan mesin mobil, menoleh pada Bella yang baru saja masuk setelah meletakkan semua barang bawaannya di kursi belakang."Terserah," balas wanita itu sembari memasang sabuk pengaman. "Tapi aku ingin ke rumahku yang dulu sebelum kembali ke mansion, apakah boleh?" tanya Bella. Ia memandang Stev yang diam dan perlahan mulai menjalankan mobilnya."Tidak perlu ada drama untuk menginap di sana," ujar Stev dengan nada yang penuh peringatan. Membuat Bella yang berada di sebelahnya mengangguk setuju."Tidak. Aku hanya ingin melihat bagaimana keadaan Sean dan Kylie," balas Bella. Ia menatap jalanan dengan helaan napas rendah. Hari sudah mulai sore, tapi panas matahari masih saja membara. Membuat badan Bella gerah."Stev ... bisakah kau nyalakan AC mobilnya? Aku kepanasan dan berasa seperti terpanggang di mobil ini."Stev mendengus rendah, pria itu lantas memencet salah satu tombol yang berada di mobil itu. Seketika udara di dalam mobil men
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

27. Bertemu Sean

Stev mendudukkan pantatnya pada sofa berwarna dark blue yang berada di ruang tamu dalam rumah itu. Pria itu mengedarkan pandangannya pada seisi rumah dan menilainya tanpa kata, hanya melalui tatapan mata saja sudah mendeskripsikan semua yang ia lihat. Rumah berlantai dua ini tidak lebih mewah daripada mansionnya memang, namun tampak bersih dan semua barangnya tertata dengan rapi. Tak sedikit beda dengan barang-barang yang berada di tempat tinggalnya."Silakan diminum dulu, Tuan," ucap suara seorang wanita menyapa gendang telinga Stev.Stev memalingkan wajahnya dari figura foto yang menggantung di dinding. Terdapat foto Bella di antara kedua temannya yang berada di sisi kanan dan kiri gadis itu. Ketiganya tampak bahagia di dalam foto tersebut. Terutama Bella, gadis itu tersenyum lebar hingga menampilkan gigi putihnya. Dengan topi pantai besar berwarna hijau muda yang melingkar di atas kepalanya.Stev mengamati wanita yang tadi Bella panggil dengan sebutan Kylie. Wanita itu meletakkan s
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

28. Kenangan Kelam

"Kau sudah ingin pulang?" tanya Sean saat ia melihat Bella beranjak dari tempat duduknya diikuti Stev. "Iya, Sean. Masih ada hal lain yang harus aku lakukan." Bella menatap Sean lembut. "Kenapa cepat sekali? Kylie bahkan belum pulang dari membeli camilan. Kau tidak ingin menunggunya terlebih dahulu?" tanya Sean. Pria itu memandang sekilas pada Stev yang berdiri di belakang Bella. Menunggu gadis itu bercakap-cakap pada Sean untuk terlahir kali sebelum mereka pulang.Bella menggeleng pelan, "Kurasa ia masih lama. Sampaikan salamku padanya, Sean. Sampaikan juga maafku karena tidak bertemu dengannya sebelum aku pulang." Bella berucap dengan wajah sesal. Tentu saja ia menyesal karena pergi tanpa pamit pada Kylie terlebih dahulu. Sean mengangguk sebagai jawaban. Pria itu tersenyum tipis dan memeluk Bella. "Baiklah, adik kecil. Jaga dirimu baik-baik di sana. Jangan sampai sakit," ucap Sean memberi nasehat pada gadis itu. Ia kemudian memandang Stev yang juga kini memandangnya dengan raut
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

29. Terpaku Sesaat

Stev membalikkan badannya menghadap Bella. Pria itu memandang Bella yang tingginya berada jauh di bawahnya."Kupikir kau masih tertinggal di mobil," ucap pria itu. Dan Bella hanya bisa menatap Stev dengan tatapan tidak percaya.Apa pria di depannya ini baru saja bergurau? Sungguh, itu tidak lucu sama sekali! "Cih," Bella mendecih pelan sebelum melanjutkan kembali ucapannya, "Lagipula, apa pedulimu jika aku benar-benar tertinggal di mobil?" tanya Bella sembari mendengus pelan. "Oh, apa kau baru saja mendecih padaku?" tanya Stev dengan nada yang tidak suka. Ia tidak suka ketika Bella bersikap tidak sopan padanya. Sebagai gadis yang tidak memiliki apa pun di mansion ini, Stev pikir Bella harus tunduk padanya karena ia telah memberikan gadis itu tempat tinggal yang layak.Bella terdiam. Gawat! Pria itu tidak akan suka jika Bella telah bersikap kurang ajar padanya."A—aku," Bella tidak melanjutkan kembali ucapannya. Gadis itu melarikan matanya ke kanan dan ke kiri untuk menghindari tata
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

30. Hujan di Malam Hari

Seperti dugaan Bella. Malam ini hujan turun dengan derasnya membasahi semua yang ada di kota Los Angeles. Tak lain juga dengan mansion Stev yang kini menjadi semakin dingin karena udara yang dibawa hujan.Meski di luar hujan bersama dengan angin yang bertiup kencang, Bella tidak meninggalkan kegiatan yang sedang ia lakukan. Ia duduk pada kursi yang berada di kamarnya. Tampak sibuk dengan pensil dan sebuah kertas gambar. Ya, gadis itu tengah menggambar. Ini adalah hobi Bella sejak dirinya masih kecil. Dulu Bella bercita-cita ingin menjadi seorang desainer terkenal. Namun, impian itu kandas begitu saja karena beberapa masalah yang terjadi dalam hidupnya. Bella menghela napas pelan. Gadis itu menghentikan gerakan tangannya yang mencoret-coret kertas yang awalnya berwarna putih bersih tanpa noda itu. Kini sudah ada corak lain di dalam kertas itu. Membuat Bella tersenyum tipis saat melihat hasil karyanya yang mengesankan."Ini indah, apa aku bisa menjadi seorang desainer di masa depan?"
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status