Beranda / Romansa / Tawanan Tuan Mafia / 27. Bertemu Sean

Share

27. Bertemu Sean

Penulis: Noona R
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 10:28:07

Stev mendudukkan pantatnya pada sofa berwarna dark blue yang berada di ruang tamu dalam rumah itu. Pria itu mengedarkan pandangannya pada seisi rumah dan menilainya tanpa kata, hanya melalui tatapan mata saja sudah mendeskripsikan semua yang ia lihat. Rumah berlantai dua ini tidak lebih mewah daripada mansionnya memang, namun tampak bersih dan semua barangnya tertata dengan rapi. Tak sedikit beda dengan barang-barang yang berada di tempat tinggalnya.

"Silakan diminum dulu, Tuan," ucap suara seorang wanita menyapa gendang telinga Stev.

Stev memalingkan wajahnya dari figura foto yang menggantung di dinding. Terdapat foto Bella di antara kedua temannya yang berada di sisi kanan dan kiri gadis itu. Ketiganya tampak bahagia di dalam foto tersebut. Terutama Bella, gadis itu tersenyum lebar hingga menampilkan gigi putihnya. Dengan topi pantai besar berwarna hijau muda yang melingkar di atas kepalanya.

Stev mengamati wanita yang tadi Bella panggil dengan sebutan Kylie. Wanita itu meletakkan s
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tawanan Tuan Mafia   28. Kenangan Kelam

    "Kau sudah ingin pulang?" tanya Sean saat ia melihat Bella beranjak dari tempat duduknya diikuti Stev. "Iya, Sean. Masih ada hal lain yang harus aku lakukan." Bella menatap Sean lembut. "Kenapa cepat sekali? Kylie bahkan belum pulang dari membeli camilan. Kau tidak ingin menunggunya terlebih dahulu?" tanya Sean. Pria itu memandang sekilas pada Stev yang berdiri di belakang Bella. Menunggu gadis itu bercakap-cakap pada Sean untuk terlahir kali sebelum mereka pulang.Bella menggeleng pelan, "Kurasa ia masih lama. Sampaikan salamku padanya, Sean. Sampaikan juga maafku karena tidak bertemu dengannya sebelum aku pulang." Bella berucap dengan wajah sesal. Tentu saja ia menyesal karena pergi tanpa pamit pada Kylie terlebih dahulu. Sean mengangguk sebagai jawaban. Pria itu tersenyum tipis dan memeluk Bella. "Baiklah, adik kecil. Jaga dirimu baik-baik di sana. Jangan sampai sakit," ucap Sean memberi nasehat pada gadis itu. Ia kemudian memandang Stev yang juga kini memandangnya dengan raut

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Tawanan Tuan Mafia   29. Terpaku Sesaat

    Stev membalikkan badannya menghadap Bella. Pria itu memandang Bella yang tingginya berada jauh di bawahnya."Kupikir kau masih tertinggal di mobil," ucap pria itu. Dan Bella hanya bisa menatap Stev dengan tatapan tidak percaya.Apa pria di depannya ini baru saja bergurau? Sungguh, itu tidak lucu sama sekali! "Cih," Bella mendecih pelan sebelum melanjutkan kembali ucapannya, "Lagipula, apa pedulimu jika aku benar-benar tertinggal di mobil?" tanya Bella sembari mendengus pelan. "Oh, apa kau baru saja mendecih padaku?" tanya Stev dengan nada yang tidak suka. Ia tidak suka ketika Bella bersikap tidak sopan padanya. Sebagai gadis yang tidak memiliki apa pun di mansion ini, Stev pikir Bella harus tunduk padanya karena ia telah memberikan gadis itu tempat tinggal yang layak.Bella terdiam. Gawat! Pria itu tidak akan suka jika Bella telah bersikap kurang ajar padanya."A—aku," Bella tidak melanjutkan kembali ucapannya. Gadis itu melarikan matanya ke kanan dan ke kiri untuk menghindari tata

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Tawanan Tuan Mafia   30. Hujan di Malam Hari

    Seperti dugaan Bella. Malam ini hujan turun dengan derasnya membasahi semua yang ada di kota Los Angeles. Tak lain juga dengan mansion Stev yang kini menjadi semakin dingin karena udara yang dibawa hujan.Meski di luar hujan bersama dengan angin yang bertiup kencang, Bella tidak meninggalkan kegiatan yang sedang ia lakukan. Ia duduk pada kursi yang berada di kamarnya. Tampak sibuk dengan pensil dan sebuah kertas gambar. Ya, gadis itu tengah menggambar. Ini adalah hobi Bella sejak dirinya masih kecil. Dulu Bella bercita-cita ingin menjadi seorang desainer terkenal. Namun, impian itu kandas begitu saja karena beberapa masalah yang terjadi dalam hidupnya. Bella menghela napas pelan. Gadis itu menghentikan gerakan tangannya yang mencoret-coret kertas yang awalnya berwarna putih bersih tanpa noda itu. Kini sudah ada corak lain di dalam kertas itu. Membuat Bella tersenyum tipis saat melihat hasil karyanya yang mengesankan."Ini indah, apa aku bisa menjadi seorang desainer di masa depan?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Tawanan Tuan Mafia   31. Melawan Ketakutan

    Sementara Stev yang merasakan Bella membalas pelukannya itu menyeringai tipis."Jangan takut, aku akan berada di sampingmu, Bella." Stev berbisik tepat pada telinga gadis itu. "Terima kasih, Stev," ucap Bella. Gadis itu tidak tahu harus bagaimana lagi bersikap pada Stev selain berterima kasih. Karena hal ini tidak pernah terbayang dalam pikirannya. Sebelumnya, pada saat Bella masih bertempat tinggal dengan Sean dan Kylie. Mereka berdua lah yang akan menemani Bella. Ketiganya sering sekali tidur bersama karena menemani Bella yang takut pada suara petir. "Simpan terima kasihmu, Bella. Aku menginginkan hal lain sebagai pengganti rasa terima kasihmu padaku," ucap Stev. Bella tidak tahu jika pria itu menyeringai tipis dibalik wajah tampannya."Apa itu?" tanya Bella. Gadis itu tidak paham sama sekali dengan apa yang keluar dari mulut Stev. Tapi, Bella dapat menebak jika hal itu bukan sesuatu yang baik. Stev selalu menyimpan rahasianya dengan sangat aman hingga Bella tidak tahu apa yang ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Tawanan Tuan Mafia   32. Malam yang Panjang

    Malam itu, suara petir yang menggelegar dan hujan badai menjadi saksi atas perlakuan Stev pada Bella. Pria itu kembali menautkan bibir seksinya pada bibir Bella. Melumat benda basah dan kenyal itu dengan perlahan agar Bella menikmati apa yang ia lakukan. Setelah dirasa cukup lama, Stev segera menegakkan badan. Pria itu sedikit mengumpat karena lampu yang padam sehingga ia tidak dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas."Stev ... Apa kau mau melakukannya?" tanya Bella dengan suara yang lemah. Gadis itu terkulai lemas tak berdaya di bawah Stev. Wajahnya berantakan dengan keringat yang mengucur deras membasahi pelipis hingga wajahnya. Sementara Stev yang kini sedang melepas bajunya itu menyeringai tipis."Oh, tentu saja kita akan melakukannya, Bella. Sabarlah sedikit, sebentar lagi aku akan membawamu ke puncak surga dunia di mana kau akan berteriak keras menyebut namaku," ucap Stev yang terasa seksi di telinga Bella. Pria itu membuang atasannya ke sembarang arah, lalu ia kembali meni

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Tawanan Tuan Mafia   33. Cita-Cita yang Sempat Tertunda

    Bella tidak akan berteriak atau memaki pria itu. Karena dirinya sendiri lah yang menyerahkan apa yang selama ini dijaganya. Ia menggigit bibir bawahnya keras, berpikir jika dirinya tak lebih dari seorang wanita murahan sekarang. Ia ingin menangis meratapi apa yang terjadi padanya. Namun, suatu hal membuat Bella harus menerima kenyataan, karena dirinya sendiri yang mengakibatkan kesalahan ini. Stev terkekeh saat ia merasakan tubuh Bella yang menggeliat tak nyaman pada rengkuhannya. "Tidurku tidak nyenyak, Bella. Aku masih mengantuk karena jam tiga baru saja tertidur. Bagaimana denganmu?" tanya Stev. Pria itu kembali menindih tubuh Bella yang polos. Kedua kulit mereka saling bertemu kembali. Melancarkan sinyal-sinyal hasrat yang ada pada keduanya, terutama Stev. "Tidurku nyenyak," balas Bella. Gadis itu menahan napas saat Stev menunduk dan mulai menciumi lehernya. "Tentu saja kau nyenyak. Kau hanya tahu rasanya menikmati dan meminta lebih. Tanpa tahu aku yang berusaha keras untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Tawanan Tuan Mafia   34. Siapa Jennie

    Stev menghentikan mobilnya sebuah bangunan besar berwarna merah muda dengan corak keemasan di tepi dinding yang memiliki ukiran indah.Pria itu menatap ke arah Bella saat ia mematikan mesin mobilnya. "Bagaimana perasaanmu? Kau suka?" tanya Stev. Pria itu tersenyum tipis saat Bella yang berada di sampingnya itu menatap tak percaya pada bangunan yang ada di depan matanya. Bella mematung di tempat. Wanita itu tidak berkutik dengan pandangan yang lurus ke depan sana. Ia lalu menoleh, menatap Stev dengan raut yang memancarkan kebahagiaan tak terhingga. "Stev! Terima kasih!" ucap Bella. Wanita itu segera bergerak ke arah pria itu dan memeluk Stev sebagai rasa terima kasihnya. Ia masih tidak percaya jika Stev benar-benar mengantarkan dirinya ke sini.Sementara Stev yang baru saja mendapat pelukan dari Bella itu tidak bergerak, ia terkejut saat Bella tiba-tiba memeluknya. Seperti bukan Bella yang biasanya. Pelukan wanita itu membuat darah Stev berdesir seolah timbul ke permukaan. "Kau mas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Tawanan Tuan Mafia   35. Sama Seperti yang Lain

    "Siapa gadis kecil itu, Stev?" tanya Jennie. Saat ini mereka berdua tengah berjalan menyusuri lorong Jenjay bersama. Tanpa Bella, karena gadis itu sedang berjalan-jalan bersama asisten Jennie untuk melihat-lihat isi dari tempat ini. Dan mungkin juga tengah mengisi formulir yang Jennie berikan.Tidak ada jawaban dari Stev. Pria itu terus berjalan tegak dengan pandangan yang lurus ke depan. Kedua tangan pria itu dimasukkan ke dalam celana. Membuat aura maskulin khas Stev terlihat dengan sempurna. "Mainanku," balas Stev pada akhirnya. Pria itu membuka mulut setelah menguncinya rapat-rapat dalam beberapa saat."Apa aku masih belum cukup untukmu, Stev?" tanya Jennie dengan nanar. Wanita itu mengerti, ia sangat mengerti jika Stev tidak akan cukup hanya dengan satu dua wanita saja. Meski Jennie mengetahui hal itu dengan jelas, wanita itu masih saja merasa sedih. Ia berharap jika Stev hanya akan menjadi miliknya saja. Tapi Stev tetaplah Stev, pekerjaan pria itu bahkan sudah membuktikan jika

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Tawanan Tuan Mafia   51. Musuh Dalam Pesta

    "Memangnya kenapa?" tanya Stev sembari menoleh pada orang yang baru saja berbicara dengannya. Sementara orang di sebelah Stev itu hanya menghela napas pelan."Aku tahu membunuh adalah hobi mu, Stev. Tapi, dia tidak bersalah apa-apa," ucap pria itu. Ia berusaha untuk menghentikan Stev sehingga pria itu tidak membuat kekacauan di pesta yang tengah dibuatnya. "Berisik.""Ini pesta ulang tahun anakku, Stev. Jangan mengacaukannya," ucap pria itu lagi. Ia mendesah pelan. Ia tahu jika Stev tidak akan berhenti sampai di sini. Pria itu terlalu keras kepala.Stev menipiskan bibirnya dengan perlahan."Benarkah? Ku rasa anakmu nanti akan berterima kasih kepadaku," balas pria tampan itu. Dan tidak lagi menunggu waktu yang lama untuk Stev menarik pelatuk pada pistolnya. DORR!! Satu peluru dengan cepat menembus kaki kanan dari gadis itu. Membuatnya langsung jatuh dari tempat duduknya dan mengaduh kala dirinya menimpa lantai yang keras. Tiba-tiba suasana menjadi hening. Banyak orang terdiam dar

  • Tawanan Tuan Mafia   50. Tidak Selera Bermain

    Bella keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi yang menutupi bagian tubuhnya hingga ke lutut. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian besar yang ada di kamarnya. Kemudian membukanya dan memilih baju yang sekiranya cocok untuk ia gunakan malam ini. Akhirnya, setelah beberapa saat memilih, gadis itu mengambil sebuah sweater berwarna biru muda dengan celana kain hitam yang panjang. Kemudian tanpa berlama-lama lagi, gadis itu segera melepas jubah mandinya dan berganti dengan pakaian yang baru saja ia pilih. Setelah berganti pakaian, Bella kemudian mengambil sisir yang tergeletak di atas meja di kamarnya. Gadis itu dengan pelan menyisir rambut hitam panjangnya di depan cermin. "Kurasa rambutku sudah terlalu panjang, apa aku harus memotongnya?" gumam Bella pada diri sendiri. Wanita itu terkekeh kecil sembari menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis itu menolehkan kepalanya pada jam dinding yang berada di kamarnya, dan waktu di sana sudah menunjukkan pukul delapan l

  • Tawanan Tuan Mafia   49. Menggoda Stev

    Bella menuruni mobil yang ditumpanginya dengan raut wajah masam. Ia menutup pintu mobil berwarna hitam pekat tersebut dengan sedikit bantingan keras. Membuat seorang pria yang menjadi supir dalam mobil tersebut menatap gadis itu dengan pandangan bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang salah darinya? Dia hanya menjalankan perintah bosnya untuk membawa Bella pulang. Gadis itu bahkan kembali dengan selamat tanpa terluka seujung jari pun.Sementara Bella yang kini memasuki mansion Stev itu mendengus pelan. Gadis itu tahu siapa yang melaporkan dirinya pada Stev. Siapa lagi kalau bukan pengawal pria itu yang tadi sudah berada di depan kafe saat gadis itu baru saja melangkah keluar?"Dasar menyebalkan!" gerutu Bella dengan pelan. Gadis itu tentu saja tidak berani memarahi pengawal Stev yang ada di luar mansion itu. Bisa-bisa dirinya nanti dibuang oleh orang-orang yang menjadi anak buah Stev ke tengah hutan. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Bella merinding dibuatnya. Ia tidak akan m

  • Tawanan Tuan Mafia   48. Menaggung Amarah

    Bella melirik pada kedua sahabatnya yang kini sedang menatap ke arahnya dengan raut wajah yang penasaran. Tampaknya mereka berdua tidak mendengar suara orang di balik telepon Bella. "Ada apa, Bella?" tanya Kylie dengan nada setengah berbisik. Wanita itu tidak ingin orang yang ada di balik telepon Bella mendengar suaranya. Sementara Sean, pria itu juga memandang Bella dengan sorot mata yang menyiratkan kekhawatiran. Tampaknya Sean tahu apa yang sedang terjadi pada Bella. Perlakuan gadis itu yang mengedarkan pandangan pada seisi kafe ini sudah menjadi jawaban. Jika kedatangan Bella ke kafe ini sepertinya sudah diketahui dengan tuannya. Sementara Bella hanya bisa menghela napas pendek setelah gadis itu menutup panggilan telepon. "Maaf, Sean, Kylie. Sepertinya aku akan pulang dulu," ucap Bella dengan nada yang sedikit tidak terima. Wanita itu tersenyum pada keduanya, ia kembali memasukkan ponselnya pada tas dan merogoh sesuatu yang lain di sana. "Kali ini aku yang bayar," ucap Bella

  • Tawanan Tuan Mafia   47. Alasan Terjawab

    "Benarkah? Wow, selamat Bella!" ucap Kylie tidak percaya. Wanita itu tentu saja senang saat Bella mendapatkan pekerjaannya lagi, meskipun ia tahu. Jika Bella mencari pekerjaan bukan karena benar-benar ingin bekerja. Namun wanita itu pasti bosan berada di dalam mansion yang megah itu seorang diri. Sementara semua penghuni mansion itu pasti akan pergi jika mereka sedang melakukan pekerjaannya. Dan tidak ada yang Bella lakukan lagi kecuali hanya tersenyum membalas ucapan selamat dari Kylie."Terima kasih, Kylie. Aku sekarang berada di Jenjay, bersama dengan Jennie yang menjadi atasanku di sana," ucap Bella kemudian. Gadis itu dapat melihat jika kedua mata Kylie melebar saat ia mengatakan itu. Tampaknya wanita itu lebih kaget dari yang sebelumnya."Jenjay?! Jenjay yang itu?!" Kylie memekik, dan Sean yang berada di samping gadis itu menaikkan salah satu alisnya dengan heran. Ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh dua gadis yang berada di meja yang sama dengannya itu. Apa katanya

  • Tawanan Tuan Mafia   46. Terawasi

    "Stev ... kita akan sampai sebentar lagi," ucap Lucy tanpa melirik pada seseorang yang diajak bicara. Pria itu sedari tadi hanya fokus pada game yang terdapat dalam ponselnya itu. Semetara Stev yang ada di kursi belakang hanya diam tak menjawab. Tanpa diberi tahu pun dirinya sudah tahu jika mereka akan segera sampai. Lucy menggeram rendah saat game yang ia mainkan berakhir dengan kekalahannya. "Sial," umpat pria itu sembari mematikan layar ponselnya dan kemudian melempar benda tidak bersalah itu pada dash board mobil.Lucy memandang ke arah depan, di mana jalanan sudah hampir menggelap karena matahari yang akan segera tenggelam. Beristirahat untuk kembali memulai aktivitasnya kembali besok pagi, menyinari alam semesta."Apa kau merasa tidak ada yang aneh, Stev?" tanya Lucy, pria itu melirik Stev dari spion dalam mobil. Pria berambut jabrik itu dapat melihat dengan matanya yang berwarna biru secerah langit itu, Ellen kini sedang bersandar di bahu Stev dengan mata yang terpejam.Wani

  • Tawanan Tuan Mafia   45. Kekasih Jennie

    Pria itu berhenti tepat di tempat Bella. Membuat Bella yang kini masih diam di tempat duduknya menahan napas. Ia tidak menyangka jika akan ada manusia yang sesempurna ini di dunia. "Freya, apakah Jennie ada di sini?" tanya pria itu. "Ketua? Dia ada di atas, Tuan," balas Freya sembari menunjuk ruangan Jennie yang berada di lantai atas.Pria yang menurut Bella sangat tampan itu mengangguk, "Oh, dia sedang tidak pergi?"Freya menggeleng sembari tersenyum ramah. "Hari ini tidak ada jadwal perjalanan." "Baiklah, terima kasih Freya," ucap pria itu sembari mengukir senyum pada bibirnya yang tipis."Apa Anda tidak memberi tahu ketua jika Anda akan datang?" tanya Freya dengan tatapan bingung.Pria itu menggeleng pelan, "Tidak. Aku ingin memberikan kejutan padanya," ucap pria tampan itu sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan Bella yang mematung di dekat Freya.Freya menghela napas pelan saat bayangan pria tampan itu sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya."Bukankah setidaknya jika d

  • Tawanan Tuan Mafia   44. Di Balik Temaram

    "Apa kita perlu bergerak, Bos?" tanya seorang pria pada lelaki yang duduk di atas kursi kebesarannya dalam ruangan itu. Sementara orang yang tadi dipanggil bos itu menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. "Jangan terburu-buru," ucap pria itu sembari menyeringai seram. Wajahnya yang tampan namun mengerikan itu menatap datar pada foto berukuran besar yang terpajang di dinding. Saat melihat foto tersebut, raut wajah pria itu berubah sendu tidak dapat di sembunyikan lagi. Terlihat dari matanya yang berwarna biru itu, ada banyak masalah dan masa lalu mengerikan yang tersimpan dengan kelam di sana. Tanpa seseorang pun yang mengetahui. Hanya ia seorang diri, menahan beban dan rasa yang tak pernah dirasakan oleh orang lain di sekitarnya.Pria itu menghela napas pelan, diikuti dengan gerakan tangannya yang menghidupkan korek api untuk membakar sebuah rokok yang terselip di antara bibir tipisnya yang seksi."Kita tidak akan menyerangnya hari ini. Aku akan membuat kematiannya menjadi menges

  • Tawanan Tuan Mafia   43. Hari Pertama di Jenjay

    "Jangan terburu-buru, selesaikan dulu urusan Anda," ucap Bella dengan sopan. Dan ia dapat melihat jika Jennie terkekeh sebentar sebelum akhirnya menutup laptopnya dengan pelan. Ketua desainer Jenjay itu mencari-cari sesuatu yang berada di dalam salah satu lacinya. "Bella. Ini hari pertama kau masuk bukan?" Wanita itu duduk di hadapan Bella, sementara gadis yang ada di depan Jennie itu mengangguk. "Iya Miss," balas Bella."Oh, kau tidak perlu memanggilku Miss, Bella. Mulai sekarang biasakan dirimu untuk memanggilku dengan sebutan ketua, seperti yang lain." Bella terpaku sejenak, namun setelah itu Bella mengangguk sembari tersenyum, "Baik, Ketua.""Itu lebih baik," sahut Jennie. Ia menyodorkan sebuah buku besar sedikit tebal itu pada Bella."Ini adalah buku di mana semua rancanganmu akan tertuang di sini. Aku memberikan buku ini pada semua karyawanku. Dan setiap satu bulan sekali, aku akan memeriksa perkembangan gambaranmu. Dan jika ada yang menurutku bagus, aku akan mengangkatnya me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status