Home / Romansa / Tawanan Tuan Mafia / 11. Sudah Siap Mati

Share

11. Sudah Siap Mati

Author: Noona R
last update Last Updated: 2025-01-06 20:27:07

"Waktunya bergerak," ucap Stev kala melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul sepuluh malam.

Lucy dan Ellen mengangguk. Kemudian mengikuti langkah kaki Stev yang membawa mereka keluar.

Di depan mansion sudah terparkir dengan apik SUV hitam yang akan menjadi kendaraan mereka malam ini.

"Kau yang menyetir," Stev melempar kunci mobil pada Lucy. Dan pria berambut jabrik itu menangkap dengan gesit.

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil dengan Ellen yang berada di kursi belakang. Gadis itu membuka laptop yang menjadi salah satu benda penting dalam menjalankan aksi mereka bertiga. Ellen sangat pintar dalam urusan meretas keamanan dan CCTV. Karena itulah, Stev merekrut Ellen menjadi bagian dari organisasinya.

Jari-jemari gadis itu dengan lincah memainkan keyboard di atas laptop. Mencari data guna meretas keamanan perusahaan yang saat ini menjadi tujuan mereka.

"Perusahaan Xixi, perusahaan yang saat ini tengah naik daun dengan pendapatan terbesar di Los Angeles d
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Tawanan Tuan Mafia   12. "Kau Mengenalku?"

    Stev mengetuk tiga kali pintu ruangan Presiden Direktur di hadapannya. Ia menyeringai seram saat pria di dalam ruangan tersebut mempersilahkannya masuk. "Selamat malam. Tuan Robert Sand," sapa Stev setelah ia membuka pintu dan membuyarkan perhatian Robert dari dokumen yang sedang dia tandatangani. Pria yang duduk di atas kursi kebesarannya itu menoleh. Dan menemukan Stev berdiri di pintu masuk ruangannya dengan sorot wajah yang menyeringai seram. "Siapa kau?" ujar Robert. Dia dapat merasakan suasana tidak baik saat Stev mulai berjalan menuju tempatnya.Dan saat Stev membuka masker hitam yang menutupi wajah tampannya dengan pelan. Wajah Robert berubah memucat. Detik itu juga."S-Stev ..." ujar Robert dengan suara bergetar. Tidak percaya jika ia akan berhadapan dengan Stev di sini. "Kau mengenalku?" tanya Stev sembari menipiskan bibir.Tiba-tiba Robert bersimpuh di depan Stev. Pria berumur lima puluhan itu tahu dengan jelas apa tujuan Stev datang kemari tanpa undangannya.Stev pas

    Last Updated : 2025-01-06
  • Tawanan Tuan Mafia   13. Perseteruan

    Bella membuka mata pagi harinya. Menemukan cahaya matahari yang menerobos masuk melewati celah ventilasi udara. Menyapanya ramah, seakan menyuruhnya agar terbangun karena hari sudah beranjak siang. Tapi, seperti ada yang aneh. Gadis itu merasakan perutnya terlilit oleh benda keras. Pandangannya turun dan seketika terkejut saat sebuah tangan kekar melingkar pada perutnya. "Pagi, Bella." Leher gadis itu merinding saat mendengar suara serak khas orang bangun tidur. Napas Stev terasa hangat di lehernya. "Pagi, Stev. Kau bisa singkirkan tanganmu? Aku mau bangun." Bella menyingkirkan tangan Stev dengan pelan. Namun pria itu menolak. Dia malah semakin mengeratkan pelukannya pada Bella. "Ini masih terlalu pagi. Biarkan aku tidur sebentar," ujar Stev. Pria itu lelah karena tadi malam pulang dini hari.Dan Bella hanya memutar bola matanya malas. Kemudian dengan paksa menyingkirkan lengan Stev yang mulai merambat ke mana-mana. "Ini sudah hampir siang. Cih, lihat siapa yang pernah menegur

    Last Updated : 2025-01-07
  • Tawanan Tuan Mafia   14. Bukan Milik Siapapun

    Sebuah perpustakaan kecil. Terdapat banyak buku di dalamnya yang tertata dengan rapi di rak. Perpustakaan kecil yang bersih. Dan Bella menyukainya. Sudah lama dia tidak membaca buku lantaran sibuk bekerja setiap hari.Bella mengangkat tangan menggapai salah satu novel yang rilis beberapa tahun lalu. Love in SunsetSeketika mata Bella melebar dan bibirnya terbuka untuk tersenyum senang. Ini novel yang selama ini dicarinya!Setelah sekian lama dia putus asa karena tidak menemukan novel yang telah lama di nanti-nanti karena kehabisan stok. Akhirnya ada di salah satu dari sekian banyak novel di sini. Hatinya benar-benar bahagia. Namun, ada yang aneh dari perpustakaan ini. Apakah Stev gemar membaca novel? Jika dilihat dari wajah seramnya itu rasanya tidak mungkin. Namun, dia juga tidak tahu. Mungkin saja pria berwajah kejam itu senang membaca novel romantis. Semua orang tidak lepas dari membaca. Entahlah, Bella tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan Stev dengan wajah datarnya

    Last Updated : 2025-01-07
  • Tawanan Tuan Mafia   15. Pengganggu

    "Apa?!" Sementara Stev tersenyum mesum, "Aku. Ingin. Memilikimu. Sekarang." Pria itu menekankan setiap kata-katanya. Terdapat seringai kejam yang terpatri di wajah tampan pria itu.Belum sempat Bella mencerna ucapan Stev, pria itu telah membawa bibirnya untuk menempel pada bibir Bella. Gadis itu terkejut tentu saja. "Stev, lepaskan," ujar Bella di sela-sela perbuatan pria itu. Ia sangat kaget dengan perlakuan Stev yang tiba-tiba. Dengan sekuat tenaga Bella mendorong dada Stev agar menjauh. Namun, rupanya tenaga Stev lebih besar dan tidak setara dengannya. Membuat Bella tidak bisa berbuat apa-apa.Dan hal itu hanya bisa membuat Bella meringis dalam hati.Pria itu tidak peduli seberapa besar usaha Bella untuk mendorongnya menjauh. Bella seperti kucing kecil yang tengah melepaskan diri dari jeratan serigala. Dan Stev terus memaksakan lidahnya agar bisa masuk pada Bella yang tidak mau membuka mulut. Karena kesal, pria itu menggigit keras bibir bawah Bella hingga gadis itu mengerang

    Last Updated : 2025-01-07
  • Tawanan Tuan Mafia   16. Kabur?

    Bella mendesah lega saat ia berhasil kabur dari serigala kejam, Stev. Entah apa yang di pikirkan pria itu hingga mau melepaskannya. Mungkin dewi fortuna sedang berpihak pada Bella saat ini. Bella memasuki kamarnya dan menguncinya rapat-rapat. Tidak ada tempat aman untuk ia bersembunyi selain kamarnya. Ia segera berjalan menuju ranjang dan membanting diri pada kasur empuk di sana. Mata indahnya menatap langit-langit kamar dengan beberapa ukiran mewah yang khas. "Apa aku akan tetap berada di sini selamanya?" ucap Bella dengan sedih. Ia merasa senang di sini karena bisa tidur dengan nyaman pada ranjang yang mewah. Namun, ia merasa seperti burung dalam sangkar yang tidak bisa pergi kemana-mana lantaran pintu sangkar itu terkunci dengan rapat. Ponselnya yang terletak di atas meja berdering menandakan suatu panggilan masuk. Dan Bella segera meraih ponsel itu dengan tangan kanannya sebelum menggeser layar untuk menjawab."Kylie!" seru Bella dengan riang. Kesedihannya tiba-tiba menguap sa

    Last Updated : 2025-01-08
  • Tawanan Tuan Mafia   17. Mata yang Tidak Bisa Terpejam

    Malamnya. Bella turun ke lantai bawah untuk mengambil air minum. Tenggorokannya berkali-kali lipat terasa lebih kering saat malam hari. Dan ia tidak bisa menahannya. Saat menuruni tangga. Ia dapat melihat Stev yang sedang menonton televisi dengan Ellen yang merangkul lengan pria itu dengan erat. Bella hanya bisa memutar bola matanya bosan saat melihat itu. Bella bergidik jijik saat itu juga. Ia tidak heran lagi dengan sikap Stev. Pria itu playboy. Pekerjaannya mungkin hanya meniduri wanita dan setelah itu meninggalkannya. Dan ia bisa membayangkan jika salah satu dari wanita itu adalah Ellen. Dilihat dari sifat wanita itu yang selalu menempel dan menggoda Stev. "Bella," panggil Stev pelan saat ia melihat Bella tengah berjalan ke dapur. Tanpa menyapa padanya. "Apa?" tanya gadis itu malas. Ia dapat melihat Ellen yang menyeringai padanya, dan ia sama sekali tidak peduli dengan itu. Hidupnya bukan untuk mengurusi wanita menyebalkan itu."Apa saja yang kau lakukan di kamar? Kenapa tida

    Last Updated : 2025-01-08
  • Tawanan Tuan Mafia   18. Hanya Berdua

    "A ... aku sedang memasak," balas Bella dengan gugup. Jantungnya berdetak lebih kencang karena perlakuan Stev padanya. Pria itu mengerti jika Bella saat ini tengah gugup. Dan dia malah menyeringai dibalik wajah tampannya. Semakin mengeratkan pelukannya pada Bella, membuat gadis itu membulatkan matanya tidak percaya. "Stev ... lepaskan aku. Aku ingin makan." "Oh, kau membuat mie? Apa kau lapar? Kenapa tadi tidak ikut memakan pizza bersama kami?" ucap pria itu. Dan Bella dapat merasakan napas hangat Stev berhembus melewati lehernya. Menggelikan sekali.Sementara Bella, wanita itu sedang sibuk mencari alasan yang tepat untuk pertanyaan Stev. Tidak mungkin kan' dia akan mengatakan jika tidak ingin ikut bergabung bersama mereka karena ada kehadiran Ellen di sana. Itu hanya akan membuat Stev tertawa mengejeknya. Dan mengatakan jika Bella takut pada Ellen. Padahal sebenarnya tidak, gadis itu sama sekali tidak takut dengan Ellen. Hanya saja, melihat wajah sombong Ellen membuat Bella malas.

    Last Updated : 2025-01-08
  • Tawanan Tuan Mafia   19. Hingga Dini Hari

    "Cukup!" Bella segera berdiri dan melotot pada pria itu. Berbeda dengan Stev. Pria itu malah menyeringai senang ketika melihat wajah Bella yang merah padam karena perlakuannya. "Kenapa berhenti? Kau juga menikmatinya," ucap Stev. Ia kemudian menyenderkan kepala pada sofa yang didudukinya. Menatap Bella dengan sudut bibir yang terangkat naik. Sementara Bella hanya memutar bola matanya saat melihat Stev yang terlalu santai. Tidak tahukah pria itu jika perlakuaannya barusan membuat jantung Bella nyaris copot dari tempatnya? "Kenapa otakmu hanya terisi dengan hal-hal yang mesum saja?" tanya Bella sinis dan Stev hanya terkekeh mendengar itu. Bella lalu menyahut mangkok kosong yang berada di meja dan membawanya menuju dapur untuk di cuci. "Ini sudah malam, besok saja mencucinya." Gadis itu menghela napas panjang, tidak mengerti kenapa Stev terus mengekor di belakangnya seperti anak ayam. "Tidak butuh waktu lama untuk mencuci satu mangkok, Stev," ucap Bella. Gadis itu kemudian menyala

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • Tawanan Tuan Mafia   55. Perhatian Lucy

    Bella hanya menghela napas pendek saat Stev malah balas bertanya padanya. Ia mengeratkan selimut milik Stev yang menutupi dirinya sampai ke batas leher. Tidak tahukah dia jika saat ini Bella tengah menanggung malu mati-matian?"A—aku ingin memakai bajuku," ucap Bella pelan. Meski ia tahu jika Stev pasti mendengar ucapannya barusan dengan jelas."Pakai saja," ucap Stev dengan ringan. Seolah perkataan Bella barusan hanyalah angin lalu. Lain halnya dengan Bella. Gadis itu hanya bisa melotot sembari menatap tajam pada Stev. Pria itu benar-benar!"Apa kau ingin aku yang memakaikanmu baju?" ujar Stev. Sungguh Bella ingin tertawa saat melihat ekspresi pria itu saat ini. Setidaknya jika ingin menggoda, Stev seharusnya mengubah sedikit wajahnya yang datar itu. Wajah pria itu sangat tidak cocok dengan perkataannya. Bella berdehem pelan. Gadis itu membuang jauh-jauh rasa gelinya sebelum Stev sadar jika ia baru saja ingin menertawakan Stev. "Tidak perlu, Stev. Aku akan memakai bajuku sendiri,"

  • Tawanan Tuan Mafia   54. Sentuhan Pagi

    Pada akhirnya Bella tidak dapat menolak permintaan Lucy yang meminta tolong padanya. Dan di sinilah Bella saat ini. Di kamar Stev yang mungkin dua kali lebih luas di bandingkan dengan kamarnya. Kamar bernuansa abu-abu itu menjadi ciri khas seorang Stev yang menurut Bella terlalu kelabu. Tentu saja kehidupan pria itu bukan kelabu lagi, tapi sudah berganti menjadi hitam pekat. Ia tak tahu apa yang membuatnya menjadi berpikir Stev adalah seperti itu. Namun sepertinya memang benar, pria itu terlalu tertutup dan mencurigakan. Bella tidak dapat mengerti dengan pria itu, ia terlalu menakutkan bagi Bella. Saat gadis itu melangkah lebih jauh memasuki kamar Stev, ia dapat melihat pria itu masih bergelung dengan selimut. Ia terlihat sangat nyaman sehingga Bella tidak berani membangunkannya. Ia takut jika pria itu merasa terganggu dengan kehadirannya dan membunuhnya saat ini juga. Tidak tidak.Bella yakin Stev tidak akan seperti itu. Meskipun pria itu sudah jelas kejamnya. Setidaknya Stev tida

  • Tawanan Tuan Mafia   53. Ide yang Buruk!

    "Woah, apa dia tertidur karena menonton televisi?" Sebenarnya bukan Bella yang tertidur di sofa yang membuatnya kaget. Namun ia terkejut pada hal yang ada di atas meja. Terdapat lima wadah es krim di sana. Dan semuanya kosong, habis tanpa sisa."Apa Bella menghabiskan semua itu?" ucap Lucy tidak percaya. Sementara Stev hanya menatap tajam pada pria itu. Menyuruh Lucy untuk sedikit merendahkan nada suaranya. Lain halnya dengan Ellen. Wanita itu hanya memutar kedua bola matanya dengan pelan sembari menatap penuh benci pada Bella yang kini tertidur di sofa. Ia berharap jika wanita kecil itu tidak akan bangun lagi untuk selamanya."Dasar rakus," ucap Ellen dengan pelan. "Aku akan membawa Bella ke kamarnya," ucap Lucy. Pria itu telah melangkah maju dan bersiap untuk mengangkat Bella. Namun, sebelum pria itu benar-benar mengangkat gadis itu, pergerakannya terhenti karena Stev menarik kerah bajunya ke belakang. "Sebaiknya kau segera mandi dan tidur," ucap Stev. Pria itu menatap Lucy penuh

  • Tawanan Tuan Mafia   52. Tidak Berguna

    DORR!!Satu tembakan yang diluncurkan oleh teman pria yang tadi Ellen lawan membuat seseorang di sana berlubang, dan mengeluarkan darah dari bagian perutnya. "Ugh ... Sial." Sementara Ellen hanya terkekeh pelan sembari menjatuhkan pria yang ia angkat untuk menghalangi tembakan yang baru saja membidik ke arahnya itu. Pria berbadan besar yang tadi melawan Ellen itu jatuh ke dasar lantai dengan kedua tangan yang memegang perutnya yang berlubang. Ia menatap Ellen tak percaya. Wanita itu, ia bisa mengangkatnya dengan sekali gerakan cepat. Padahal besar tubuh mereka berbeda jauh. Sungguh mustahil jika wanita itu dapat mengangkat tubuhnya ke atas tanpa perlu susah payah. Sebenarnya, terbuat dari apa otot dan tulang wanita itu? "Frans!" teriak orang yang tadi menembak pria tersebut. Yang tak lain adalah teman dari pria itu sendiri. "Bajingan kau!" teriak pria yang tersungkur di bawah kaki Ellen itu. Ia menatap marah pada temannya yang kini menjatuhkan pistolnya tak percaya. Ia menat

  • Tawanan Tuan Mafia   51. Musuh Dalam Pesta

    "Memangnya kenapa?" tanya Stev sembari menoleh pada orang yang baru saja berbicara dengannya. Sementara orang di sebelah Stev itu hanya menghela napas pelan."Aku tahu membunuh adalah hobi mu, Stev. Tapi, dia tidak bersalah apa-apa," ucap pria itu. Ia berusaha untuk menghentikan Stev sehingga pria itu tidak membuat kekacauan di pesta yang tengah dibuatnya. "Berisik.""Ini pesta ulang tahun anakku, Stev. Jangan mengacaukannya," ucap pria itu lagi. Ia mendesah pelan. Ia tahu jika Stev tidak akan berhenti sampai di sini. Pria itu terlalu keras kepala.Stev menipiskan bibirnya dengan perlahan."Benarkah? Ku rasa anakmu nanti akan berterima kasih kepadaku," balas pria tampan itu. Dan tidak lagi menunggu waktu yang lama untuk Stev menarik pelatuk pada pistolnya. DORR!! Satu peluru dengan cepat menembus kaki kanan dari gadis itu. Membuatnya langsung jatuh dari tempat duduknya dan mengaduh kala dirinya menimpa lantai yang keras. Tiba-tiba suasana menjadi hening. Banyak orang terdiam dar

  • Tawanan Tuan Mafia   50. Tidak Selera Bermain

    Bella keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi yang menutupi bagian tubuhnya hingga ke lutut. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian besar yang ada di kamarnya. Kemudian membukanya dan memilih baju yang sekiranya cocok untuk ia gunakan malam ini. Akhirnya, setelah beberapa saat memilih, gadis itu mengambil sebuah sweater berwarna biru muda dengan celana kain hitam yang panjang. Kemudian tanpa berlama-lama lagi, gadis itu segera melepas jubah mandinya dan berganti dengan pakaian yang baru saja ia pilih. Setelah berganti pakaian, Bella kemudian mengambil sisir yang tergeletak di atas meja di kamarnya. Gadis itu dengan pelan menyisir rambut hitam panjangnya di depan cermin. "Kurasa rambutku sudah terlalu panjang, apa aku harus memotongnya?" gumam Bella pada diri sendiri. Wanita itu terkekeh kecil sembari menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis itu menolehkan kepalanya pada jam dinding yang berada di kamarnya, dan waktu di sana sudah menunjukkan pukul delapan l

  • Tawanan Tuan Mafia   49. Menggoda Stev

    Bella menuruni mobil yang ditumpanginya dengan raut wajah masam. Ia menutup pintu mobil berwarna hitam pekat tersebut dengan sedikit bantingan keras. Membuat seorang pria yang menjadi supir dalam mobil tersebut menatap gadis itu dengan pandangan bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang salah darinya? Dia hanya menjalankan perintah bosnya untuk membawa Bella pulang. Gadis itu bahkan kembali dengan selamat tanpa terluka seujung jari pun.Sementara Bella yang kini memasuki mansion Stev itu mendengus pelan. Gadis itu tahu siapa yang melaporkan dirinya pada Stev. Siapa lagi kalau bukan pengawal pria itu yang tadi sudah berada di depan kafe saat gadis itu baru saja melangkah keluar?"Dasar menyebalkan!" gerutu Bella dengan pelan. Gadis itu tentu saja tidak berani memarahi pengawal Stev yang ada di luar mansion itu. Bisa-bisa dirinya nanti dibuang oleh orang-orang yang menjadi anak buah Stev ke tengah hutan. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Bella merinding dibuatnya. Ia tidak akan m

  • Tawanan Tuan Mafia   48. Menaggung Amarah

    Bella melirik pada kedua sahabatnya yang kini sedang menatap ke arahnya dengan raut wajah yang penasaran. Tampaknya mereka berdua tidak mendengar suara orang di balik telepon Bella. "Ada apa, Bella?" tanya Kylie dengan nada setengah berbisik. Wanita itu tidak ingin orang yang ada di balik telepon Bella mendengar suaranya. Sementara Sean, pria itu juga memandang Bella dengan sorot mata yang menyiratkan kekhawatiran. Tampaknya Sean tahu apa yang sedang terjadi pada Bella. Perlakuan gadis itu yang mengedarkan pandangan pada seisi kafe ini sudah menjadi jawaban. Jika kedatangan Bella ke kafe ini sepertinya sudah diketahui dengan tuannya. Sementara Bella hanya bisa menghela napas pendek setelah gadis itu menutup panggilan telepon. "Maaf, Sean, Kylie. Sepertinya aku akan pulang dulu," ucap Bella dengan nada yang sedikit tidak terima. Wanita itu tersenyum pada keduanya, ia kembali memasukkan ponselnya pada tas dan merogoh sesuatu yang lain di sana. "Kali ini aku yang bayar," ucap Bella

  • Tawanan Tuan Mafia   47. Alasan Terjawab

    "Benarkah? Wow, selamat Bella!" ucap Kylie tidak percaya. Wanita itu tentu saja senang saat Bella mendapatkan pekerjaannya lagi, meskipun ia tahu. Jika Bella mencari pekerjaan bukan karena benar-benar ingin bekerja. Namun wanita itu pasti bosan berada di dalam mansion yang megah itu seorang diri. Sementara semua penghuni mansion itu pasti akan pergi jika mereka sedang melakukan pekerjaannya. Dan tidak ada yang Bella lakukan lagi kecuali hanya tersenyum membalas ucapan selamat dari Kylie."Terima kasih, Kylie. Aku sekarang berada di Jenjay, bersama dengan Jennie yang menjadi atasanku di sana," ucap Bella kemudian. Gadis itu dapat melihat jika kedua mata Kylie melebar saat ia mengatakan itu. Tampaknya wanita itu lebih kaget dari yang sebelumnya."Jenjay?! Jenjay yang itu?!" Kylie memekik, dan Sean yang berada di samping gadis itu menaikkan salah satu alisnya dengan heran. Ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh dua gadis yang berada di meja yang sama dengannya itu. Apa katanya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status