Beranda / Romansa / Tawanan Tuan Mafia / 17. Mata yang Tidak Bisa Terpejam

Share

17. Mata yang Tidak Bisa Terpejam

Penulis: Noona R
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 09:14:33

Malamnya.

Bella turun ke lantai bawah untuk mengambil air minum. Tenggorokannya berkali-kali lipat terasa lebih kering saat malam hari. Dan ia tidak bisa menahannya.

Saat menuruni tangga. Ia dapat melihat Stev yang sedang menonton televisi dengan Ellen yang merangkul lengan pria itu dengan erat. Bella hanya bisa memutar bola matanya bosan saat melihat itu.

Bella bergidik jijik saat itu juga. Ia tidak heran lagi dengan sikap Stev. Pria itu playboy. Pekerjaannya mungkin hanya meniduri wanita dan setelah itu meninggalkannya. Dan ia bisa membayangkan jika salah satu dari wanita itu adalah Ellen. Dilihat dari sifat wanita itu yang selalu menempel dan menggoda Stev.

"Bella," panggil Stev pelan saat ia melihat Bella tengah berjalan ke dapur. Tanpa menyapa padanya.

"Apa?" tanya gadis itu malas. Ia dapat melihat Ellen yang menyeringai padanya, dan ia sama sekali tidak peduli dengan itu. Hidupnya bukan untuk mengurusi wanita menyebalkan itu.

"Apa saja yang kau lakukan di kamar? Kenapa tida
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tawanan Tuan Mafia   18. Hanya Berdua

    "A ... aku sedang memasak," balas Bella dengan gugup. Jantungnya berdetak lebih kencang karena perlakuan Stev padanya. Pria itu mengerti jika Bella saat ini tengah gugup. Dan dia malah menyeringai dibalik wajah tampannya. Semakin mengeratkan pelukannya pada Bella, membuat gadis itu membulatkan matanya tidak percaya. "Stev ... lepaskan aku. Aku ingin makan." "Oh, kau membuat mie? Apa kau lapar? Kenapa tadi tidak ikut memakan pizza bersama kami?" ucap pria itu. Dan Bella dapat merasakan napas hangat Stev berhembus melewati lehernya. Menggelikan sekali.Sementara Bella, wanita itu sedang sibuk mencari alasan yang tepat untuk pertanyaan Stev. Tidak mungkin kan' dia akan mengatakan jika tidak ingin ikut bergabung bersama mereka karena ada kehadiran Ellen di sana. Itu hanya akan membuat Stev tertawa mengejeknya. Dan mengatakan jika Bella takut pada Ellen. Padahal sebenarnya tidak, gadis itu sama sekali tidak takut dengan Ellen. Hanya saja, melihat wajah sombong Ellen membuat Bella malas.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Tawanan Tuan Mafia   19. Hingga Dini Hari

    "Cukup!" Bella segera berdiri dan melotot pada pria itu. Berbeda dengan Stev. Pria itu malah menyeringai senang ketika melihat wajah Bella yang merah padam karena perlakuannya. "Kenapa berhenti? Kau juga menikmatinya," ucap Stev. Ia kemudian menyenderkan kepala pada sofa yang didudukinya. Menatap Bella dengan sudut bibir yang terangkat naik. Sementara Bella hanya memutar bola matanya saat melihat Stev yang terlalu santai. Tidak tahukah pria itu jika perlakuaannya barusan membuat jantung Bella nyaris copot dari tempatnya? "Kenapa otakmu hanya terisi dengan hal-hal yang mesum saja?" tanya Bella sinis dan Stev hanya terkekeh mendengar itu. Bella lalu menyahut mangkok kosong yang berada di meja dan membawanya menuju dapur untuk di cuci. "Ini sudah malam, besok saja mencucinya." Gadis itu menghela napas panjang, tidak mengerti kenapa Stev terus mengekor di belakangnya seperti anak ayam. "Tidak butuh waktu lama untuk mencuci satu mangkok, Stev," ucap Bella. Gadis itu kemudian menyala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Tawanan Tuan Mafia   20. Sisi Lain Stev

    Sepasang manik indah itu terbuka perlahan. Mengerjap menatap sisi ranjangnya. Dan ia tidak menemukan Stev berada di sana. Entahlah, mungkin pria itu telah kembali ke kamarnya sendiri. Mata Bella mengedar, dan berhenti tepat pada jam dinding berbentuk kotak yang menggantung dengan indah pada dinding kamarnya. Matanya melotot saat melihat waktu yang tertera di sana sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih. Sialan. Apa dirinya bangun kesiangan? Kenapa Stev tidak membangunkannya? Tak menunda waktu lagi Bella segera beranjak dari tempat tidurnya, kemudian berjalan dengan cepat menuju kamar mandi. Karena terburu-buru, tidak sengaja kaki sebelah kanan wanita itu terkatuk ujung meja yang lancip. Membuat Bella meringis dan menahan sakit. Sialan.Terlihat darah segar mengalir dari betisnya, meski tidak begitu parah. Namun, rasa sakitnya bukan main-main. Bella rasa ia baru saja mendapatkan kesialan karena bangun siang."Aww ... ini sakit sekali," ringis gadis itu sembari memegang sekitar kakiny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Tawanan Tuan Mafia   21. Pengkhianat

    Stev meletakkan laptop yang dibawanya ke atas meja, kemudian membuka benda persegi empat itu pelan dan mulai mengetikkan sesuatu di atas keyboard. Tangannya bergerak lincah seolah dia sudah terbiasa dengan benda tersebut."Apa yang kau lakukan dengan laptop itu, Stev?" tanya Bella yang penasaran. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Mulutnya terasa gatal jika ia tidak berucap. Pria tampan itu menoleh sekilas pada Bella. Sekedar mempertemukan onyx miliknya dengan emerald Bella yang teduh. Sebelum kemudian kembali memalingkan wajahnya menghadap laptop. Membiarkan Bella mendengus kesal karena dia tidak menjawab pertanyaan gadis itu. "Aku akan naik ke kamar saja," ujar Bella dengan malas. Ia tidak suka jika seseorang mengacuhkannya seperti ini. Stev terlalu kaku dan tidak bisa diajak ngobrol dengan santai. "Duduk di sini." Pria itu menahan pergelangan tangan Bella saat wanita itu berdiri untuk berniat pergi. "Aku bosan," balas Bella.Sementara Stev. Pria itu menatap Bella

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Tawanan Tuan Mafia   22. Keluar Bersama

    "Kenapa Bella? Kau terlihat tidak tenang," tanya Stev. Ia ingin tertawa saat melihat ekspresi Bella yang menahan napas.Wanita itu tentu saja mendengar dengan jelas apa yang Stev bicarakan dengan seseorang bernama Daren tadi. Ia tahu betul jika Stev kejam. Tapi tidak menyangka pria itu akan sekejam melebihi dugaannya. Bella meneguk ludah dengan susah payah. Stev akan meninggalkan semua wanita jika ia telah selesai menidurinya. Apakah dirinya juga akan berakhir seperti itu?Bella menggeleng pelan sembari menepuk kedua pipinya. Tidak ingin membayangkan hal yang tidak-tidak."Aku tidak apa-apa Stev. Hanya saja ingin kembali ke kamar," ucap Bella. Wanita itu berdiri dan ingin kembali ke kamarnya. Sebelum tangan Stev terulur untuk meraih perut Bella dan membuat gadis itu jatuh terduduk pada pangkuannya. "S—Stev. Lepaskan aku," ucap Bella dengan gemetar. Stev tidak mempedulikan itu. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada perut Bella yang ramping tanpa lemak. Sesekali mengendus leher Bell

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Tawanan Tuan Mafia   23. Lima Ribu Dollar

    "Kita akan ke mana?" tanya Stev. Pria itu bertanya dengan tatapan mata yang fokus pada jalanan. Tidak sedikit pun menoleh pada Bella meski hanya untuk melihat wajah cantik itu sekilas. Sementara Bella yang mendengar apa yang baru saja Stev tanyakan itu mendengus, "Aku ikut ke mana pun mobil ini akan pergi. Kau 'kan yang menyetir," balas wanita itu acuh tak acuh. Masih merasa kesal karena Stev ikut pergi. Padahal dirinya mendambakan kebebasan meski hanya sebentar saja. Bella dapat mendengar Stev terkekeh pelan sebelum menjawab."Apa ada rekomendasi tempat yang bagus?" tanya Stev kemudian. Ia membelokkan stir ke kiri.Bella terdiam sejenak. Mencoba berpikir di mana tempat yang bagus untuknya mencari baju di kota yang padat ini. "Bagaimana dengan Mall? Kurasa itu lebih baik daripada harus ke butik," ucap Bella memberi usul. Bella menoleh pada pria tampan di sebelahnya. Dilihat dari sisi mana saja, hal itu tidak dapat mengurangi sedikit pun kadar ketampanan yang telah dimiliki oleh pr

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Tawanan Tuan Mafia   24. Bos di Atas Bos

    Wanita itu beringsut mendekat ke arah pria yang baru saja datang, memeluk erat lengannya sambil menatap Bella dengan sinis."Sayang, aku ingin membeli jubah mandi cantik ini. Tapi wanita itu bilang kalau dia sudah berniat membelinya. Bagaimana ini? Aku sangat suka jubah merah muda itu. Sangat cocok untukku, benar kan?" keluh wanita berambut merah dengan pakaian seksi itu pada sang pria. Dan Bella sudah bisa menebak kalau pria itu adalah kekasih dari wanita menyebalkan itu.“Apakah itu benar?” Pria itu bertanya, lalu dia menatap Bella dengan tatapan bijaksana. "Nona, kekasihku suka jubah mandi itu, tidak bisakah kau mengalah dan memberikan padanya?" kata pria itu pada Bella.Yang bisa dilakukan Bella saat ini hanyalah memutar bola matanya dengan malas."Aku yang pertama mengambilnya. Kau harus mengajari kekasihmu untuk tidak mengambil milik orang lain," kata Bella tegas.Bella bisa melihat wajah wanita itu berkaca-kaca dengan kedua tangan yang masih merangkul erat pria itu. Dan mau tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Tawanan Tuan Mafia   25. Sebuah Konsekuensi

    "Sayang. Kenapa kau memanggilnya bos? Apa dia atasanmu?" tanya wanita berambut merah itu dengan alis yang mengkerut. Ia tidak bisa untuk tidak mencuri-curi pandang pada Stev yang jauh lebih tampan daripada kekasihnya. Sementara kekasih wanita yang tadi Stev panggil Smith itu menatap kekasihnya sejenak."Iya, Sayang. Dia atasanku," jawabnya pelan."Tapi, atasan apa? Bukankah kau adalah pimpinan tertinggi di perusahaan?" tanya wanita berambut merah ia tidak mengerti. Dan yang kekasih wanita itu tampilkan setelahnya adalah wajah dengan ekspresi dingin. Bella tidak mengerti mengapa pria itu menatap kekasihnya sendiri dengan sorot mata yang tajam. Seolah perkataan wanita seksi barusan itu menyinggungnya.Sementara Stev yang melihat kedua anak manusia di depannya itu menyeringai tipis. "Smith, apa kekasihmu itu tidak tahu apa pekerjaanmu yang sebenarnya?" tanya Stev sembari memperhatikan keduanya tanpa berkedip. Ia tidak sabar menunggu reaksi dari sepasang kekasih di depannya itu. Pria

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10

Bab terbaru

  • Tawanan Tuan Mafia   51. Musuh Dalam Pesta

    "Memangnya kenapa?" tanya Stev sembari menoleh pada orang yang baru saja berbicara dengannya. Sementara orang di sebelah Stev itu hanya menghela napas pelan."Aku tahu membunuh adalah hobi mu, Stev. Tapi, dia tidak bersalah apa-apa," ucap pria itu. Ia berusaha untuk menghentikan Stev sehingga pria itu tidak membuat kekacauan di pesta yang tengah dibuatnya. "Berisik.""Ini pesta ulang tahun anakku, Stev. Jangan mengacaukannya," ucap pria itu lagi. Ia mendesah pelan. Ia tahu jika Stev tidak akan berhenti sampai di sini. Pria itu terlalu keras kepala.Stev menipiskan bibirnya dengan perlahan."Benarkah? Ku rasa anakmu nanti akan berterima kasih kepadaku," balas pria tampan itu. Dan tidak lagi menunggu waktu yang lama untuk Stev menarik pelatuk pada pistolnya. DORR!! Satu peluru dengan cepat menembus kaki kanan dari gadis itu. Membuatnya langsung jatuh dari tempat duduknya dan mengaduh kala dirinya menimpa lantai yang keras. Tiba-tiba suasana menjadi hening. Banyak orang terdiam dar

  • Tawanan Tuan Mafia   50. Tidak Selera Bermain

    Bella keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi yang menutupi bagian tubuhnya hingga ke lutut. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian besar yang ada di kamarnya. Kemudian membukanya dan memilih baju yang sekiranya cocok untuk ia gunakan malam ini. Akhirnya, setelah beberapa saat memilih, gadis itu mengambil sebuah sweater berwarna biru muda dengan celana kain hitam yang panjang. Kemudian tanpa berlama-lama lagi, gadis itu segera melepas jubah mandinya dan berganti dengan pakaian yang baru saja ia pilih. Setelah berganti pakaian, Bella kemudian mengambil sisir yang tergeletak di atas meja di kamarnya. Gadis itu dengan pelan menyisir rambut hitam panjangnya di depan cermin. "Kurasa rambutku sudah terlalu panjang, apa aku harus memotongnya?" gumam Bella pada diri sendiri. Wanita itu terkekeh kecil sembari menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis itu menolehkan kepalanya pada jam dinding yang berada di kamarnya, dan waktu di sana sudah menunjukkan pukul delapan l

  • Tawanan Tuan Mafia   49. Menggoda Stev

    Bella menuruni mobil yang ditumpanginya dengan raut wajah masam. Ia menutup pintu mobil berwarna hitam pekat tersebut dengan sedikit bantingan keras. Membuat seorang pria yang menjadi supir dalam mobil tersebut menatap gadis itu dengan pandangan bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang salah darinya? Dia hanya menjalankan perintah bosnya untuk membawa Bella pulang. Gadis itu bahkan kembali dengan selamat tanpa terluka seujung jari pun.Sementara Bella yang kini memasuki mansion Stev itu mendengus pelan. Gadis itu tahu siapa yang melaporkan dirinya pada Stev. Siapa lagi kalau bukan pengawal pria itu yang tadi sudah berada di depan kafe saat gadis itu baru saja melangkah keluar?"Dasar menyebalkan!" gerutu Bella dengan pelan. Gadis itu tentu saja tidak berani memarahi pengawal Stev yang ada di luar mansion itu. Bisa-bisa dirinya nanti dibuang oleh orang-orang yang menjadi anak buah Stev ke tengah hutan. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Bella merinding dibuatnya. Ia tidak akan m

  • Tawanan Tuan Mafia   48. Menaggung Amarah

    Bella melirik pada kedua sahabatnya yang kini sedang menatap ke arahnya dengan raut wajah yang penasaran. Tampaknya mereka berdua tidak mendengar suara orang di balik telepon Bella. "Ada apa, Bella?" tanya Kylie dengan nada setengah berbisik. Wanita itu tidak ingin orang yang ada di balik telepon Bella mendengar suaranya. Sementara Sean, pria itu juga memandang Bella dengan sorot mata yang menyiratkan kekhawatiran. Tampaknya Sean tahu apa yang sedang terjadi pada Bella. Perlakuan gadis itu yang mengedarkan pandangan pada seisi kafe ini sudah menjadi jawaban. Jika kedatangan Bella ke kafe ini sepertinya sudah diketahui dengan tuannya. Sementara Bella hanya bisa menghela napas pendek setelah gadis itu menutup panggilan telepon. "Maaf, Sean, Kylie. Sepertinya aku akan pulang dulu," ucap Bella dengan nada yang sedikit tidak terima. Wanita itu tersenyum pada keduanya, ia kembali memasukkan ponselnya pada tas dan merogoh sesuatu yang lain di sana. "Kali ini aku yang bayar," ucap Bella

  • Tawanan Tuan Mafia   47. Alasan Terjawab

    "Benarkah? Wow, selamat Bella!" ucap Kylie tidak percaya. Wanita itu tentu saja senang saat Bella mendapatkan pekerjaannya lagi, meskipun ia tahu. Jika Bella mencari pekerjaan bukan karena benar-benar ingin bekerja. Namun wanita itu pasti bosan berada di dalam mansion yang megah itu seorang diri. Sementara semua penghuni mansion itu pasti akan pergi jika mereka sedang melakukan pekerjaannya. Dan tidak ada yang Bella lakukan lagi kecuali hanya tersenyum membalas ucapan selamat dari Kylie."Terima kasih, Kylie. Aku sekarang berada di Jenjay, bersama dengan Jennie yang menjadi atasanku di sana," ucap Bella kemudian. Gadis itu dapat melihat jika kedua mata Kylie melebar saat ia mengatakan itu. Tampaknya wanita itu lebih kaget dari yang sebelumnya."Jenjay?! Jenjay yang itu?!" Kylie memekik, dan Sean yang berada di samping gadis itu menaikkan salah satu alisnya dengan heran. Ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh dua gadis yang berada di meja yang sama dengannya itu. Apa katanya

  • Tawanan Tuan Mafia   46. Terawasi

    "Stev ... kita akan sampai sebentar lagi," ucap Lucy tanpa melirik pada seseorang yang diajak bicara. Pria itu sedari tadi hanya fokus pada game yang terdapat dalam ponselnya itu. Semetara Stev yang ada di kursi belakang hanya diam tak menjawab. Tanpa diberi tahu pun dirinya sudah tahu jika mereka akan segera sampai. Lucy menggeram rendah saat game yang ia mainkan berakhir dengan kekalahannya. "Sial," umpat pria itu sembari mematikan layar ponselnya dan kemudian melempar benda tidak bersalah itu pada dash board mobil.Lucy memandang ke arah depan, di mana jalanan sudah hampir menggelap karena matahari yang akan segera tenggelam. Beristirahat untuk kembali memulai aktivitasnya kembali besok pagi, menyinari alam semesta."Apa kau merasa tidak ada yang aneh, Stev?" tanya Lucy, pria itu melirik Stev dari spion dalam mobil. Pria berambut jabrik itu dapat melihat dengan matanya yang berwarna biru secerah langit itu, Ellen kini sedang bersandar di bahu Stev dengan mata yang terpejam.Wani

  • Tawanan Tuan Mafia   45. Kekasih Jennie

    Pria itu berhenti tepat di tempat Bella. Membuat Bella yang kini masih diam di tempat duduknya menahan napas. Ia tidak menyangka jika akan ada manusia yang sesempurna ini di dunia. "Freya, apakah Jennie ada di sini?" tanya pria itu. "Ketua? Dia ada di atas, Tuan," balas Freya sembari menunjuk ruangan Jennie yang berada di lantai atas.Pria yang menurut Bella sangat tampan itu mengangguk, "Oh, dia sedang tidak pergi?"Freya menggeleng sembari tersenyum ramah. "Hari ini tidak ada jadwal perjalanan." "Baiklah, terima kasih Freya," ucap pria itu sembari mengukir senyum pada bibirnya yang tipis."Apa Anda tidak memberi tahu ketua jika Anda akan datang?" tanya Freya dengan tatapan bingung.Pria itu menggeleng pelan, "Tidak. Aku ingin memberikan kejutan padanya," ucap pria tampan itu sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan Bella yang mematung di dekat Freya.Freya menghela napas pelan saat bayangan pria tampan itu sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya."Bukankah setidaknya jika d

  • Tawanan Tuan Mafia   44. Di Balik Temaram

    "Apa kita perlu bergerak, Bos?" tanya seorang pria pada lelaki yang duduk di atas kursi kebesarannya dalam ruangan itu. Sementara orang yang tadi dipanggil bos itu menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. "Jangan terburu-buru," ucap pria itu sembari menyeringai seram. Wajahnya yang tampan namun mengerikan itu menatap datar pada foto berukuran besar yang terpajang di dinding. Saat melihat foto tersebut, raut wajah pria itu berubah sendu tidak dapat di sembunyikan lagi. Terlihat dari matanya yang berwarna biru itu, ada banyak masalah dan masa lalu mengerikan yang tersimpan dengan kelam di sana. Tanpa seseorang pun yang mengetahui. Hanya ia seorang diri, menahan beban dan rasa yang tak pernah dirasakan oleh orang lain di sekitarnya.Pria itu menghela napas pelan, diikuti dengan gerakan tangannya yang menghidupkan korek api untuk membakar sebuah rokok yang terselip di antara bibir tipisnya yang seksi."Kita tidak akan menyerangnya hari ini. Aku akan membuat kematiannya menjadi menges

  • Tawanan Tuan Mafia   43. Hari Pertama di Jenjay

    "Jangan terburu-buru, selesaikan dulu urusan Anda," ucap Bella dengan sopan. Dan ia dapat melihat jika Jennie terkekeh sebentar sebelum akhirnya menutup laptopnya dengan pelan. Ketua desainer Jenjay itu mencari-cari sesuatu yang berada di dalam salah satu lacinya. "Bella. Ini hari pertama kau masuk bukan?" Wanita itu duduk di hadapan Bella, sementara gadis yang ada di depan Jennie itu mengangguk. "Iya Miss," balas Bella."Oh, kau tidak perlu memanggilku Miss, Bella. Mulai sekarang biasakan dirimu untuk memanggilku dengan sebutan ketua, seperti yang lain." Bella terpaku sejenak, namun setelah itu Bella mengangguk sembari tersenyum, "Baik, Ketua.""Itu lebih baik," sahut Jennie. Ia menyodorkan sebuah buku besar sedikit tebal itu pada Bella."Ini adalah buku di mana semua rancanganmu akan tertuang di sini. Aku memberikan buku ini pada semua karyawanku. Dan setiap satu bulan sekali, aku akan memeriksa perkembangan gambaranmu. Dan jika ada yang menurutku bagus, aku akan mengangkatnya me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status