Beranda / Romansa / Tawanan Tuan Mafia / 14. Bukan Milik Siapapun

Share

14. Bukan Milik Siapapun

Penulis: Noona R
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 10:06:55

Sebuah perpustakaan kecil.

Terdapat banyak buku di dalamnya yang tertata dengan rapi di rak. Perpustakaan kecil yang bersih. Dan Bella menyukainya. Sudah lama dia tidak membaca buku lantaran sibuk bekerja setiap hari.

Bella mengangkat tangan menggapai salah satu novel yang rilis beberapa tahun lalu.

Love in Sunset

Seketika mata Bella melebar dan bibirnya terbuka untuk tersenyum senang.

Ini novel yang selama ini dicarinya!

Setelah sekian lama dia putus asa karena tidak menemukan novel yang telah lama di nanti-nanti karena kehabisan stok. Akhirnya ada di salah satu dari sekian banyak novel di sini.

Hatinya benar-benar bahagia.

Namun, ada yang aneh dari perpustakaan ini. Apakah Stev gemar membaca novel? Jika dilihat dari wajah seramnya itu rasanya tidak mungkin. Namun, dia juga tidak tahu. Mungkin saja pria berwajah kejam itu senang membaca novel romantis. Semua orang tidak lepas dari membaca.

Entahlah, Bella tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan Stev dengan wajah datarnya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tawanan Tuan Mafia   15. Pengganggu

    "Apa?!" Sementara Stev tersenyum mesum, "Aku. Ingin. Memilikimu. Sekarang." Pria itu menekankan setiap kata-katanya. Terdapat seringai kejam yang terpatri di wajah tampan pria itu.Belum sempat Bella mencerna ucapan Stev, pria itu telah membawa bibirnya untuk menempel pada bibir Bella. Gadis itu terkejut tentu saja. "Stev, lepaskan," ujar Bella di sela-sela perbuatan pria itu. Ia sangat kaget dengan perlakuan Stev yang tiba-tiba. Dengan sekuat tenaga Bella mendorong dada Stev agar menjauh. Namun, rupanya tenaga Stev lebih besar dan tidak setara dengannya. Membuat Bella tidak bisa berbuat apa-apa.Dan hal itu hanya bisa membuat Bella meringis dalam hati.Pria itu tidak peduli seberapa besar usaha Bella untuk mendorongnya menjauh. Bella seperti kucing kecil yang tengah melepaskan diri dari jeratan serigala. Dan Stev terus memaksakan lidahnya agar bisa masuk pada Bella yang tidak mau membuka mulut. Karena kesal, pria itu menggigit keras bibir bawah Bella hingga gadis itu mengerang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tawanan Tuan Mafia   16. Kabur?

    Bella mendesah lega saat ia berhasil kabur dari serigala kejam, Stev. Entah apa yang di pikirkan pria itu hingga mau melepaskannya. Mungkin dewi fortuna sedang berpihak pada Bella saat ini. Bella memasuki kamarnya dan menguncinya rapat-rapat. Tidak ada tempat aman untuk ia bersembunyi selain kamarnya. Ia segera berjalan menuju ranjang dan membanting diri pada kasur empuk di sana. Mata indahnya menatap langit-langit kamar dengan beberapa ukiran mewah yang khas. "Apa aku akan tetap berada di sini selamanya?" ucap Bella dengan sedih. Ia merasa senang di sini karena bisa tidur dengan nyaman pada ranjang yang mewah. Namun, ia merasa seperti burung dalam sangkar yang tidak bisa pergi kemana-mana lantaran pintu sangkar itu terkunci dengan rapat. Ponselnya yang terletak di atas meja berdering menandakan suatu panggilan masuk. Dan Bella segera meraih ponsel itu dengan tangan kanannya sebelum menggeser layar untuk menjawab."Kylie!" seru Bella dengan riang. Kesedihannya tiba-tiba menguap sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Tawanan Tuan Mafia   17. Mata yang Tidak Bisa Terpejam

    Malamnya. Bella turun ke lantai bawah untuk mengambil air minum. Tenggorokannya berkali-kali lipat terasa lebih kering saat malam hari. Dan ia tidak bisa menahannya. Saat menuruni tangga. Ia dapat melihat Stev yang sedang menonton televisi dengan Ellen yang merangkul lengan pria itu dengan erat. Bella hanya bisa memutar bola matanya bosan saat melihat itu. Bella bergidik jijik saat itu juga. Ia tidak heran lagi dengan sikap Stev. Pria itu playboy. Pekerjaannya mungkin hanya meniduri wanita dan setelah itu meninggalkannya. Dan ia bisa membayangkan jika salah satu dari wanita itu adalah Ellen. Dilihat dari sifat wanita itu yang selalu menempel dan menggoda Stev. "Bella," panggil Stev pelan saat ia melihat Bella tengah berjalan ke dapur. Tanpa menyapa padanya. "Apa?" tanya gadis itu malas. Ia dapat melihat Ellen yang menyeringai padanya, dan ia sama sekali tidak peduli dengan itu. Hidupnya bukan untuk mengurusi wanita menyebalkan itu."Apa saja yang kau lakukan di kamar? Kenapa tida

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Tawanan Tuan Mafia   18. Hanya Berdua

    "A ... aku sedang memasak," balas Bella dengan gugup. Jantungnya berdetak lebih kencang karena perlakuan Stev padanya. Pria itu mengerti jika Bella saat ini tengah gugup. Dan dia malah menyeringai dibalik wajah tampannya. Semakin mengeratkan pelukannya pada Bella, membuat gadis itu membulatkan matanya tidak percaya. "Stev ... lepaskan aku. Aku ingin makan." "Oh, kau membuat mie? Apa kau lapar? Kenapa tadi tidak ikut memakan pizza bersama kami?" ucap pria itu. Dan Bella dapat merasakan napas hangat Stev berhembus melewati lehernya. Menggelikan sekali.Sementara Bella, wanita itu sedang sibuk mencari alasan yang tepat untuk pertanyaan Stev. Tidak mungkin kan' dia akan mengatakan jika tidak ingin ikut bergabung bersama mereka karena ada kehadiran Ellen di sana. Itu hanya akan membuat Stev tertawa mengejeknya. Dan mengatakan jika Bella takut pada Ellen. Padahal sebenarnya tidak, gadis itu sama sekali tidak takut dengan Ellen. Hanya saja, melihat wajah sombong Ellen membuat Bella malas.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Tawanan Tuan Mafia   19. Hingga Dini Hari

    "Cukup!" Bella segera berdiri dan melotot pada pria itu. Berbeda dengan Stev. Pria itu malah menyeringai senang ketika melihat wajah Bella yang merah padam karena perlakuannya. "Kenapa berhenti? Kau juga menikmatinya," ucap Stev. Ia kemudian menyenderkan kepala pada sofa yang didudukinya. Menatap Bella dengan sudut bibir yang terangkat naik. Sementara Bella hanya memutar bola matanya saat melihat Stev yang terlalu santai. Tidak tahukah pria itu jika perlakuaannya barusan membuat jantung Bella nyaris copot dari tempatnya? "Kenapa otakmu hanya terisi dengan hal-hal yang mesum saja?" tanya Bella sinis dan Stev hanya terkekeh mendengar itu. Bella lalu menyahut mangkok kosong yang berada di meja dan membawanya menuju dapur untuk di cuci. "Ini sudah malam, besok saja mencucinya." Gadis itu menghela napas panjang, tidak mengerti kenapa Stev terus mengekor di belakangnya seperti anak ayam. "Tidak butuh waktu lama untuk mencuci satu mangkok, Stev," ucap Bella. Gadis itu kemudian menyala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Tawanan Tuan Mafia   20. Sisi Lain Stev

    Sepasang manik indah itu terbuka perlahan. Mengerjap menatap sisi ranjangnya. Dan ia tidak menemukan Stev berada di sana. Entahlah, mungkin pria itu telah kembali ke kamarnya sendiri. Mata Bella mengedar, dan berhenti tepat pada jam dinding berbentuk kotak yang menggantung dengan indah pada dinding kamarnya. Matanya melotot saat melihat waktu yang tertera di sana sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih. Sialan. Apa dirinya bangun kesiangan? Kenapa Stev tidak membangunkannya? Tak menunda waktu lagi Bella segera beranjak dari tempat tidurnya, kemudian berjalan dengan cepat menuju kamar mandi. Karena terburu-buru, tidak sengaja kaki sebelah kanan wanita itu terkatuk ujung meja yang lancip. Membuat Bella meringis dan menahan sakit. Sialan.Terlihat darah segar mengalir dari betisnya, meski tidak begitu parah. Namun, rasa sakitnya bukan main-main. Bella rasa ia baru saja mendapatkan kesialan karena bangun siang."Aww ... ini sakit sekali," ringis gadis itu sembari memegang sekitar kakiny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Tawanan Tuan Mafia   21. Pengkhianat

    Stev meletakkan laptop yang dibawanya ke atas meja, kemudian membuka benda persegi empat itu pelan dan mulai mengetikkan sesuatu di atas keyboard. Tangannya bergerak lincah seolah dia sudah terbiasa dengan benda tersebut."Apa yang kau lakukan dengan laptop itu, Stev?" tanya Bella yang penasaran. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Mulutnya terasa gatal jika ia tidak berucap. Pria tampan itu menoleh sekilas pada Bella. Sekedar mempertemukan onyx miliknya dengan emerald Bella yang teduh. Sebelum kemudian kembali memalingkan wajahnya menghadap laptop. Membiarkan Bella mendengus kesal karena dia tidak menjawab pertanyaan gadis itu. "Aku akan naik ke kamar saja," ujar Bella dengan malas. Ia tidak suka jika seseorang mengacuhkannya seperti ini. Stev terlalu kaku dan tidak bisa diajak ngobrol dengan santai. "Duduk di sini." Pria itu menahan pergelangan tangan Bella saat wanita itu berdiri untuk berniat pergi. "Aku bosan," balas Bella.Sementara Stev. Pria itu menatap Bella

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Tawanan Tuan Mafia   22. Keluar Bersama

    "Kenapa Bella? Kau terlihat tidak tenang," tanya Stev. Ia ingin tertawa saat melihat ekspresi Bella yang menahan napas.Wanita itu tentu saja mendengar dengan jelas apa yang Stev bicarakan dengan seseorang bernama Daren tadi. Ia tahu betul jika Stev kejam. Tapi tidak menyangka pria itu akan sekejam melebihi dugaannya. Bella meneguk ludah dengan susah payah. Stev akan meninggalkan semua wanita jika ia telah selesai menidurinya. Apakah dirinya juga akan berakhir seperti itu?Bella menggeleng pelan sembari menepuk kedua pipinya. Tidak ingin membayangkan hal yang tidak-tidak."Aku tidak apa-apa Stev. Hanya saja ingin kembali ke kamar," ucap Bella. Wanita itu berdiri dan ingin kembali ke kamarnya. Sebelum tangan Stev terulur untuk meraih perut Bella dan membuat gadis itu jatuh terduduk pada pangkuannya. "S—Stev. Lepaskan aku," ucap Bella dengan gemetar. Stev tidak mempedulikan itu. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada perut Bella yang ramping tanpa lemak. Sesekali mengendus leher Bell

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Tawanan Tuan Mafia   64. Basah Bersama

    Bella dengan cepat menjauhkan dirinya dari Stev. Wanita itu memandang pria itu dengan waspada. Kalau-kalau pria ini berani berbuat macam-macam padanya. "Apa-apaan kau," ucap Bella dengan sebal. Wanita itu mengambil gelas yang tadi di hidangkan oleh salah satu pelayan di sini."Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Stev. Membuat Bella yang sedang minum itu menatap Stev dengan tatapan bertanya. "Apa?" tanya wanita itu. Dan Stev hanya mendesah pelan. Ia terlalu malas untuk mengulang perkataannya. Namun kali ini sepertinya ia harus kembali mengatakannya pada Bella. Pikiran wanita itu berjalan seperti siput, lambat sekali. "Kau tidak ingin bertanya mengapa aku membawamu kemari?" tanya Stev. Dan Bella yang menyadari jika Stev tadi juga berkata seperti itu hanya mendesah pelan. "Apakah aku harus bertanya seperti itu?" Wanita itu tidak membalas ucapan Stev dan malah balik bertanya.Stev tidak percaya jika Bella akan berkata seperti itu. Padahal wanita itu selalu ingin ikut campur urusan

  • Tawanan Tuan Mafia   63. Mansion Selatan

    ..."Wow! Ini menakjubkan, kurasa mansion ini lebih indah dari yang saat ini kau tinggali Stev," ucap Bella. Wanita itu menatap bangunan besar yang ada di hadapannya. Di setiap sisi mansion itu terlihat beberapa pohon besar tumbuh dengan taman di depan mansion tersebut, terlihat rindang dan menyejukkan mata.Tampak lebih hidup daripada mansion yang juga digunakan sebagai tempat tinggalnya. "Kau suka?" tanya pria itu masih dengan wajah datarnya yang membuat Bella mendengus pelan. "Tentu saja aku suka. Siapa yang tidak akan suka tinggal di tempat cantik seperti ini? Ini seperti sebuah cerita dalam novel. Hanya saja ini nyata dan bukan fiksi," balas Bella. "Kalau begitu ayo masuk," ucap Stev sembari berjalan. Membiarkan Bella mengikutinya dari belakang. "Apa di sini ada orang?" tanya Bella pada pria yang berjalan di sebelahnya itu. Akhirnya Bella berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Stev. "Ada." Pria itu membalas singkat. "Apa mereka keluargamu?" tanya Bella lagi. Dan pria it

  • Tawanan Tuan Mafia   62. Rencana Ellen

    Stev mendesah pelan saat pria itu melihat Bella masih terbaring di atas ranjang dengan nyamannya. Tanpa tahu jika dirinya sudah memandang penuh ke arah wanita itu lebih dari sepuluh menit. Ia melihat jam yang ada pada pergelangan tangan besarnya. Padahal waktu yang tertera masih setengah lima pagi, dan Stev sudah siap dengan pakaiannya yang rapi. Ia melesak masuk ke dalam kamar Bella tanpa permisi, dan dengan gerakan cepat tangannya menyingkap selimut yang Bella kenakan hingga membuat gadis itu menggigil kedinginan. "Bangun," ucap Stev pada wanita itu. Dan bukannya bangun, Bella malah berbalik memunggungi Stev dengan tangan yang terus menggapai-gapai di mana selimutnya berada. "Bangun atau aku akan memakanmu saat ini juga," ucap Stev sekali lagi. Dan anehnya, Bella langsung membuka kedua matanya. Gadis itu seperti mendengar suara Stev di kamarnya. Bella berpikir jika itu pasti mimpi. Dia tidak mempedulikan hal ini dan kembali menutup mata, tubuhnya begitu lelah karena ia tidur te

  • Tawanan Tuan Mafia   61. Bukan Tipe Penurut

    "Lucy akan kembali besok. Kita akan berangkat pagi-pagi sekali. Menggunakan helikopter," balas Stev. Membiarkan Bella membulatkan bibirnya tak percaya. "Apa? Jangan bilang kau belum pernah naik helikopter," ucap Stev yang ternyata tepat. Gadis itu memang belum pernah menaiki helikopter, namun ia pernah melihat benda terbang itu. "Aku memang belum pernah," ucap Bella sembari terkekeh pelan. Dan Stev hanya mendecih mendengar perkataan wanita itu. "Dasar miskin.""Ck! Kau tidak boleh bicara seperti itu meski pun kau orang kaya, Stev! Akan ada saatnya kau di bawah nanti. Lihat saja," balas Bella."Kau sedang mengancamku atau mendoakan aku?" "Terserah kau mau menganggapnya apa," balas Bella. Wanita itu kini lebih memfokuskan diri untuk memasak daripada berbicara dengan Stev yang tidak terlalu penting itu. "Kau membuat apa?" tanya Stev. Pria itu berdiri tepat di belakang Bella, membuat wanita itu menghela napas pelan. "Jauhkan wajahmu dari sana, sebelum aku menyiram wajahmu denga air

  • Tawanan Tuan Mafia   60. Diam-diam

    Stev menaikkan salah satu alisnya ke atas saat ia melihat Bella menghentikan langkahnya. Wanita itu seperti ragu untuk untuk melangkah masuk ke kamar Ellen. Jadi, yang dilakukannya saat ini hanyalah diam di tempat berdirinya. "Kau tidak mau masuk?" tanya Stev. Pria itu mendekat ke arah Bella dengan langkah kakinya yang lebar-lebar."Apakah dia akan memperbolehkan masuk ke sana?" tanya Bella. Ia tidak yakin jika Ellen akan baik-baik saja dan menerima dirinya. Wanita itu pasti akan langsung mengusir Bella saat Bella hanya baru satu kali melangkah ke dalam kamar wanita itu. Sementara Stev hanya mengendikkan bahunya acuh. "Entahlah. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Bukankah kau sendiri yang bilang jika ingin ke kamarnya?" tanya Stev. Dan tidak ada yang Bella lakukan selain hanya menghela napas pelan sembari mengangguk."Baiklah," balas wanita itu dengan yakin. Ya, setidaknya ia harus mencoba terlebih dahulu. Dan jika Ellen mengusirnya Bella hanya bisa menuruti permintaan wanita itu.

  • Tawanan Tuan Mafia   59. Melebihi Ekspektasi

    Bella mengerutkan dahi saat dirinya hanya mendapati Lucy yang sendirian."Di mana dua sahabatmu itu?" tanya Bella sembari berjalan masuk ke dalam. Sementara Lucy hanya mendengus pelan mendengar pertanyaan Bella. "Yang kau maksud itu mereka berdua atau hanya Stev saja?" tanya Lucy. Pria itu sedikit tidak yakin jika Bella benar-benar bertanya di mana Ellen berada. Dan Bella hanya memutar kedua bola matanya dengan malas. "Aku tidak peduli dengan pria arogan itu," balas Bella. Tampaknya wanita itu langsung berubah mood menjadi buruk saat mendengar nama Stev yang Lucy ucapkan."Siapa yang kau sebut pria arogan?" ucap suara baritone di belakang Bella. Membuat Bella melotot seketika. Ia menoleh ke belakang, dan menemukan Stev sedang berdiri di belakangnya dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Pria itu menaikkan sedikit dagunya dengan angkuh. Membuat Bella yang melihat itu mendengus. "Kau tidak perlu tahu siapa pria itu," balas Bella dengan nada suara yang sedikit ketus. Memb

  • Tawanan Tuan Mafia   58. Gadis Lily

    "Hati-hati di jalan, Bella!" ucap Freya. Wanita itu melambai ke arah Bella dengan senyum manis yang tersemat di bibir.Sementara Bella hanya mengangguk singkat pada wanita itu. Ia lalu keluar dari Jenjay dengan langit yang sudah mulai berganti warna.Saat dirinya berjalan hendak pulang, tiba-tiba saja seorang anak kecil berwajah manis menghampirinya dengan keranjang bunga yang menggantung di lengan anak kecil itu. "Kakak. Belilah bunga ini, ini sangat cocok dengan kakak yang cantik," ucap gadis kecil itu sembari menyodorkan setangkai bunga lily pada Bella disertai senyum yang menggemaskan.Bella terpaku di tempat. Ia tidak menyangka jika gadis kecil itu menjual bunga sendirian di sini. Tanpa seseorang yang mendampinginya. Apa anak kecil itu tidak takut tersesat? "Bunga yang cantik, aku akan membelinya beberapa tangkai," balas Bella. Ia pun berjongkok, menyetarakan tinggi badannya dengan tinggi badan gadis kecil tersebut. Sementara gadis kecil itu tiba-tiba mengerjap senang. "Benar

  • Tawanan Tuan Mafia   57. Segalanya di Masa Lalu

    "Dia benar-benar hebat, Bos. Kemampuannya dalam meretas keamanan dan membuat strategi tidak main-main. Aku pernah sekali menghadapinya. Saat itu aku yakin jika aku bisa mengalahkan wanita itu karena dia yang terdesak sendirian tanpa Stev dan Lucy di sana. Namun, dia berhasil membalikkan keadaan dan balas menyerangku dengan beberapa orang yang aku bawa. Aku beruntung, aku tidak mati saat itu juga karena dia yang membiarkanku pergi," ucap pria itu. Sementara bosnya itu hanya mengangguk-angukkan kepala sembari mendesis pelan. "Wanita itu ... aku ingin mendapatkannya," ucapnya dingin.Membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu membelalakkan mata. "Tapi, Bos. Itu sepertinya tidak mungkin, dia adalah musuh kita." Satu-satunya wanita yang ada di sana menolak keras keinginan bosnya itu. "Apa kau takut jika dia akan mengalahkanmu, Vivie?" tanya pria itu sembari menatap datar pada wanita di hadapannya. Ia tahu dengan persis apa yang sedang di pikirkan wanita itu. Vivie menggeleng pe

  • Tawanan Tuan Mafia   56. Harapan Kecil

    "Terima kasih, Stev."Stev tidak menjawab. Melainkan hanya mengangguk pelan pada gadis itu tanpa berniat membuka mulut untuk mengeluarkan suara. Sementara Bella yang sudah hafal dengan persis kebiasaan Stev itu hanya bisa tersenyum masam. Ia maklum dengan pria yang menurutnya sangat irit bicara itu. Namun, jika sekali saja Stev berucap. Suara pria itu akan terdengar sangat seksi hingga membuat orang yang mendengarnya merasa tergoda untuk mendekat.Mobil pria itu kembali berjalan. Meninggalkan Bella di depan gedung tempat kerja gadis itu. Bella hanya mendesah pelan sembari menatap kepergian mobil Stev yang semakin lama semakin menjauh. Gadis itu kemudian membalikkan badannya dan memasuki tempat kerjanya dengan langkah senang. Tanpa tahu, jika orang yang sedari tadi berdiri di dalam Jenjay mengamati Bella yang sedang berbicara dengan Stev. Ia dapat melihat Bella yang tersenyum dengan manis pada seseorang yang ada di dalam mobil tersebut. "Ada apa, Ketua?" tanya seseorang yang kini

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status