Home / Pernikahan / Kubalas Hinaanmu, Mas! / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Kubalas Hinaanmu, Mas!: Chapter 161 - Chapter 170

195 Chapters

BAB 161 MELANJUTKAN MIMPI

MELANJUTKAN MIMPI Sementara di sini, Arini tengah berjuang di tengah kemacetan. Akhir pekan, jalanan ramai oleh kendaraan orang-orang yang ingin menghabiskan waktu dengan bepergian ke tempat hiburan. Wanita itu akhirnya menarik napas lega setelah gerbang tempat usahanya yang baru terlihat. Hampir satu jam dia berjibaku di jalanan.“Panas?” Yovan tertawa melihat wajah Arini yang merah seperti kepiting rebus. “Tadi dijemput nggak mau.” Yovan memberikan sebotol air mineral. Hubungannya dengan Arini sudah tidak sekaku dulu lagi. Walau mereka masih menjalani pernikahan sesuai kontrak, tapi sesekali mereka sudah sering bercanda untuk mencairkan suasana.“Lama kalau nunggu Mas jemput dulu.” Arini langsung duduk sambil memperhatikan bongkar muat peralatan yang dia bawa tadi. Wanita itu langsung menghabiskan setengah botol air minum di tangannya.Tadi, Yovan sudah menawarkan untuk menjemput. Namun, Arini menolak karena akan memakan waktu lebih banyak. Sejak pagi, Arini sibuk mengawasi dan mem
last updateLast Updated : 2022-12-31
Read more

BAB 162 KEHIDUPAN MANTAN

KEHIDUPAN MANTAN “Mas! ini keterlaluan. Aku cuma makan sebentar!” Tepat di sudut kafe yang terletak di pusat berbelanjaan itu terlihat Yuda yang tengah mencekal pergelangan tangan istrinya dengan wajah merah padam. Sementara di sebelah Diandra tampak seorang laki-laki berwajah oriental memandang Yuda dengan raut masa bodoh. Bahkan dengan wajah santainya dia menyeruput segelas orange float tanpa terusik keributan yang dilakukan oleh Yuda. “Kamu bilang ada pekerjaan di akhir pekan waktu kuminta menunggu Ibu yang sakit. Kenapa tiba-tiba ada di sini? Bahkan kau duduk berhimpitan seperti ini seolah kau bukan seorang wanita berstatus istri. Kau kelewatan sekali, Di!” Yuda menarik paksa istrinya hingga membuat wanita itu mengaduh. Laki-laki itu tak peduli kesakitan yang dirasakan istrinya. Dia pun tak peduli dengan tatapan penuh penghakiman dari orang-orang yang melintas. Apalagi akhir pekan seperti ini membuat suasana tempat ini cukup ramai dengan orang-orang yang berniat melepas penat
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more

BAB 163 HADIAH ADIK

HADIAH ADIK Arini mengayunkan langkahnya lebar-lebar. Jadwalnya masuk kuliah bentrok dengan jadwal penerimaan raport anaknya. Dia sudah tak bisa berkonsentrasi sama sekali. Jika saja dia tak ingat mata kuliah ini sangat penting terlebih dengan desas-desus dosen yang pelit sekali memberi nilai, dia pasti memilih bersama sang putra di sekolahnya. Sialnya, sudah dia berusaha untuk hadir tepat waktu, tiba-tiba ada informasi yang mengabarkan bahwa dosen tersebut berhalangan hadir karena mendadak diminta menjadi narasumber sebuah seminar karena narasumber sebelumnya jatuh sakit. Arini benar-benar kesal. Dia segera memesan taksi online guna mengantarkan dirinya ke sekolahh Rafa. Tak mungkin meminta suaminya untuk menjemput. Laki-laki itu sudah berbaik hati meluangkan waktunya yang padat untuk menggantikan Arini. Beruntung Yovan bersedia mengambil laporan hasil belajar Rafa kali ini. Laki-laki itu meminta Arini untuk fokus dengan urusan kuliahnya terlebih dahulu. Yovan pun meyakinkan Arini
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more

BAB 164 TAWARAN BAGUS

TAWARAN BAGUS “Nanti kita ke mall ya, pilih saja adik seperti apa yang Rafa mau.” Yovan tersenyum lebar. Dia melirik Rafa dari kaca mobil. Lelaki itu akhirnya tertawa kencang melihat wajah anak sambungnya yang menggelembung.Sementara Arini menarik napas lega. Dia sempat menahan napas saat mendengar ucapan Rafa tadi. Namun, ternyata Yovan menanggapinya sesantai itu. Yovan ternyata sangat hangat dan menyenangkan setelah hubungan mereka membaik. Tidak seperti saat awal-awal pernikahan dulu, lelaki itu biasa Arini ibaratkan lebih beku dari es batu.“Eh tapi, kita tidak bisa beli adik sekarang. Mama ‘kan harus segera masuk kuliah. Jadi, besok-besok saja ya, Rafa? Nggak apa-apa ‘kan?” Yovan kembali menggoda Rafa. Lelaki itu semakin tertawa terbahak-bahak saat Rafa memukul bahunya pelan. Dia yakin sekali, Rafa seperti ini karena dipengaruhi oleh mamanya.Yovan menggeleng pelan. Mamanya itu kalau sudah ada keinginan, pasti akan melakukan segala cara termasuk memengaruhi cucunya.Setengah jam
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more

BAB 165 MANTAN MATI KUTU

MANTAN MATI KUTU “Hai!” Diandra tersenyum lebar pada beberapa teman yang menyapa. Dia menggandeng tangan Yuda dengan bangga. Itu juga salah satu alasan Diandra bertahan dengan lelaki itu, Yuda berguna kalau sedang reuni begini. Dia bisa berbangga diri karena berhasil mendapatkan lelaki yang semasa kuliah dulu menjadi idola setiap wanita.Reuni ini menjadi ajang pembuktian diri bagi sebagian banyak alumni. Mereka dengan bangga menunjukkan sudah sesukses apa karir, sebahagia apa keluarga mereka sekarang, dan sudah sebanyak apa harta yang mereka punya. Diandra merasa di atas angin, memiliki karir yang bagus dan suami yang menjadi idola membuat dia sangat bersemangat mengikuti setiap acara reuni.“Arini Dafina.” Diandra menautkan alis melihat nama narasumber yang tertulis di layar di depan mereka. Dia memang sudah mengetahui kalau narasumber kali ini adalah alumni-alumni sukses dari perwakilan masing-masing fakultas. Namun, dia tidak menyangka sedikitpun kalau Arini adalah salah satunya.
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more

BAB 166 MENYIAPKAN PERPISAHAN

MENYIAPKAN PERPISAHAN “Hari ini kemungkinan pulang malam. Ada banyak urusan hari ini,” ucap Yovan sesaat setelah melipat sajadahnya. Baru saja dia dan istrinya salat subuh berjamaah. Laki-laki itu sudah tak ragu saat menyodorkan tangannya pada Arini. Begitu pun Arini. Dia pun sudah tak canggung meraih tangan sang suami dan mendaratkan bukti takzimnya dia punggung tangan lelaki itu. Arini mengangguk pelan. Hari ini dia meliburkan segala aktivitasnya. Kegiatan kuliah yang menyita waktu beberapa waktu belakangan membuat kondisi tubuhnya mulai drop. Belum lagi mengurusi kolam yang makin hari membuat jadwal istirahatnya kacau. Undangan dari beberapa lembaga pun datang menghampirinya. Arini sudah harus memilih acara yang berlokasi dekat dengan tempat tinggalnya. Yovan sudah mulai terang-terangan melarang wanita itu untuk terlalu keras memforsir dirinya. “Rin?” “Ya,” jawab Arini saat melepas mukenanya. Yovan sedikit salah tingkah melihat Arini yang tengah menggelung rambut panjangnya. En
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

BAB 167 PERMINTAAN IBU MERTUA

PERMINTAAN IBU MERTUA Perbincangan mereka di pagi itu menemui titik buntu. Arini tak junjung menjawab pertanyaan dari Yovan yang amat penasaran dengan lanjutan kalimat wanita itu. Tetapi laki-laki itu akhirnya mampu menebak arah pembicaraan Arini. Laki-laki itu tercekat hingga tak mampu menanyai Arini macam-macam lagi. “Bilang pada Mama, tak usah menungguku untuk makan malam. Aku ada pertemuan dengan banyak petani lokal. Kurasa ada sedikit masalah dia lapangan,” ucap Yovan saat memakai dasinya. Arini hanya mengangguk. Hubungan mereka yang menghangat tiba-tiba berubah agak dingin karena pembicaraan selepas subuh tadi. Yovan tak suka meminta izin pada ibunya saat di meja makan, karena hal itu akan membuat mood Bu Ningrum memburuk seketika. Dia lebih suka menitip pesan pada Arini seperti ini. “Kuharap kau menepati janjimu untuk istirahat total di rumah hari ini. Wajahmu sudah seperti mayat hidup. Bercerminlah.” Yovan berlalu untuk menuju ke ruang makan. Menyisakan Arini yang terdiam
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

BAB 168 KONDISI BURUK IBU MERTUA

KONDISI BURUK IBU MERTUA Arini menggigit bibir kencang. Hampir satu jam dia di rumah sakit. Itu artinya sudah dua jam lebih Bu Ningrum tidak sadarkan diri. Entah apa yang dilakukan dokter dan perawat di dalam sana. Jujur saja, Arini tidak berani menunggui di samping Bu Ningrum.Melihat mertuanya terpejam dan mengeluarkan suara seperti sedang ngorok membuat Arini merinding. Dia tidak tega melihat Bu Ningrum seperti itu. Sekilas, Bu NIngrum seperti sedang tidur nyenyak dan ngorok. Arini bahkan tidak berhenti menangis saat di perjalanan tadi.“Kamu dimana, Mas?” Arini mendesah pelan. Dia langsung menelepon Yovan tadi. Namun, karena Yovan sudah setengah perjalanan dia tidak bisa bergerak cepat. Rumah sakit ini berlawanan arah dengan kantor hingga harus memutar jauh.Arini menjambak jilbabnya. Setelah mengurus semua administrasi tadi, Arini duduk mendeprok di lantai rumah sakit. Sesekali, dia melirik ke arah lobby, berharap Yovan segera datang. Nihil. Lelaki itu belum juga kelihatan batan
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

BAB 169 KEPERGIAN

KEPERGIAN “Bapak sama Ibu menginap dulu. Mari Yuda antar ke kamar kalau sudah capek.” Suara Yuda bergema di kepala Arini. Wanita itu ingat sekali, itu hari terakhir dia menatap wajah kedua orangtuanya sebelum mereka pergi untuk selamanya.“Kami langsung pulang saja.” Arini menggigit bibir melihat bapaknya yang berkeras ingin langsung pulang setelah pesta resepsi selesai. “Ini pilihanmu, Arini. Bapak hanya bisa berdoa semoga kau bahagia dan selalu rukun dengan suamimu.”Arini hanya mengangguk pelan saat itu. Dia mengerti sekali kenapa kedua orangtuanya seperti ini. Mereka tersinggung dengan perlakuan keluarga Yuda. Apalagi ibu mertuanya sepanjang acara tidak keluar sama sekali dari kamar dengan alasan kurang enak badan.“Kenapa kamu pilih jalan ini, Nak?” Arini terengah mengingat wajah basah ibunya. “Kamu pintar, rezeki pendidikan ada dari beasiswa. Kenapa kamu lepaskan? Apa yang lelaki itu janjikan hingga engkau menjadi bodoh begini??”“Sudah, Bu. Biarlah.” Arini seperti melihat deng
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

BAB 170 PEDIHNYA PERPISAHAN

PEDIHNYA PERPISAHAN Tanah merah di hadapan Arini terasa begitu liat. Aroma dingin menyelimuti suasana pemakaman yang terletak di tepian kota itu. Mentari pagi enggan bersinar, seolah tertutup oleh duka cita yang mendalam dari para pelayat. Arini mengusap perlahan pundak suaminya yang menatap nanar sembari memeluk nisan bertuliskan nama ibunya. Laki-laki itu tak menangis. Air matanya kering saat meratapi kepergian ibunya yang tiba-tiba saat di rumah sakit. Dia meraung, tak merelakan pemilik jiwanya pergi untuk selamanya ke pangkuan sang Pencipta. Arini justru tak bisa membendung air matanya melihat sang suami yang hampir tak berdaya dihajar duka yang amat mendalam. Laki-laki itu tak banyak bercakap, bahkan lebih banyak membisu menemani sang ibu sebelum dimasukkan ke tempat peristirahatan abadinya. "Mas," ucap Arini begitu lirih hampir tak terdengar. Laki-laki itu bergeming. Tak ada hal yang bisa membuatnya semangat setelah ini. Entah bagaimana dia menapaki hari esoknya setelah kepe
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status