Bangkit aku dari sujud lalu duduk kembali di kursi, tak hentinya tangan ini menyapu mata yang terus berair. Aku terharu, bahagia, campur aduk rasanya di dalam dada ini."M-makasih, Lian.""Iya, Syim. Aku yang seharusnya berterima kasih, kamu datang di saat yang tepat.""Begitu juga denganmu.""Pak, terima kasih banyak." Aku menoleh ke Ayah Berlian."Keputusan ini sepenuhnya mutlak Berlian yang tentukan. Bapak hanya sekadar memberi saran saja. Ternyata ia memutuskan untuk menerimamu. Alhamdulillah.""Insya Allah aku akan pulang mengabarkan pada orang tua, kemungkinannya hari ini juga. Ada speedboat yang bisa disewa untuk balik nanti, tidak mesti menunggu jadwal perahu besok.""Oh, iya. Speedboat milik juragan ikan di sini, kapasitasnya hanya empat orang.""Iya, Pak. Waktu kunjungan kedua aku naik itu karena sudah ketinggalan perahu dompengnya.""Syim, sampaikan salamku sama Mamak dan Bapak.""Iya. Salam dari calon mantu. Begitu?" Berlian langsung menunduk. Mungkin malu. Tapi, mengapa p
Read more