Semua Bab Dosenku Suamiku: Bab 11 - Bab 20

42 Bab

Bab 11 Menyebalkan

Bab 11 MenyebalkanMasih dengan perasaan dongkol, Rania menarik napas panjang. Netranya memicing ke arah meja di sudut ruangan, ada papan nama, Dr. Abimanyu Nareswara. Namanya seperti tidak asing di benaknya. Setelah kepergian laki-laki yang dipanggil Abi itu, Rania fix menaruh dendam padanya. Bisa-bisanya laki-laki itu tidak bisa membaca bahasa tubuhnya.Benar adanya, bagi laki-laki, perempuan seringkali dipandang tidak jelas atau suka berputar-putar daripada langsung mengarah ke apa yang dimaksud. Kadang-kadang seorang laki-laki merasa seakan-akan dia disuruh menebak-nebak apa yang diinginkan si perempuan, atau dia diminta menjadi seorang pembaca pikiran.Ya, sepertinya Rania sia-sia saja mengandalkan kontak matanya untuk meminta pertolongan laki-laki yang baru pertama kali ditemuinya semalam di kafe. Pertemuan pertama yang buruk, karena terjadi adu pandang dan adu mulut dengan Agha.Satu-satunya harapan kini hanyalah membela diri sekuat tenaga jika monster di hadapannya kini mengaun
Baca selengkapnya

Bab 12 Memuaskan

Bab 12 Memuaskan"Aku dengar kamu ada job baru sekarang?" cibir Almira."Apa maksudmu?" Rania bertanya balik dengan sorot mata mengharap jawaban."Apa sepupuku juga salah satu korbanmu, huh?" Rania tercengang mendengarnya. Dia menoleh ke kanan kiri berharap tidak ada orang lain yang menangkap pembicaraan mereka."Jaga bicaramu, Al! Kalian tidak punya bukti apa-apa hingga menuduhku seperti itu.""Haha, bukti?! Jelas-jelas Sherly dan Manda lihat malam akhir pekan lalu kamu diantar Pak Herman. Benar begitu, bukan? Tidak usah mengelak, kalian sama-sama menjalin hubungan mutualisme. Ada yang butuh uang dan ada yang butuh kesenangan."Memilih pergi, Rania tidak ingin meladeni mereka yang berujung ricuh. Merasa Rania tak acuh, Almira kesal setengah mati. Dia tidak rela kalau sepupunya memberi perhatian lebih pada gadis yang dianggapnya pesaing dalam hal prestasi sejak.di bangku sekolah hingga di kampus."Lihat saja, Nia. Aku akan membuktikan kalau kamu wanita yang tidak pantas untuk sepupuku.
Baca selengkapnya

Bab 13 Gunjingan

Bab 13"Kamu bekerja melayani saya!" "Hah?" Mata Rania membola, kenapa tidak di kampus atau di luar kampus tawaran macam ini yang didapatnya. "Saya bisa memberi berapa yang kamu butuhkan, bahkan saya bisa memberi bonus tambahan jika pelayanannya memuaskan." Rania tercengang mendengarnya."Tapi, Pak. Saya....""Saya yakin kamu tidak akan menolaknya kalau sudah memulainya." Rania heran kenapa bosnya begitu yakin dirinya mau menerima pekerjaan ekstra itu. Apa boleh buat, Rania sedang dalam keadaan sulit dan tertekan. Memilih merenungkan dalam sehari, dia berharap keputusannya tidak buruk. Bekerja dengan bos yang sudah dikenalnya tidak lebih buruk dibanding memuaskan Pak Herman yang belum dikenalnya."Beri saya waktu sehari untuk memutuskannya, Pak!""Ya, saya tunggu jawabannya besok. Jika kamu siap, maka kita mulai besok malam."Rania tertegun, secepat itukah dia akan bekerja dan mendapatkan uang yang diinginkan. Namun, pikiran warasnya masih bekerja. Bagaimana dengan orang tuanya jika
Baca selengkapnya

Bab 14 Gadis Pemberani

Bab 14Mentari bersinar menyambut pagi yang cerah. Secerah hati Rania hari ini yang sejenak melupakan panggilan dari Sari semalam. Gegas dia mematut diri di cermin dengan stelan andalan ke kampusnya, apalagi kalau bukan tunik floral. Sampai detik ini, Rania bernapas lega sudah menjadi mahasiswi menginjak semester 4. Sudah setengah perjalanan meraih impiannya.Rania menjadi salah satu mahasiswi yang aktif di kelas dan juga sering ikut event lomba seperti lomba menulis. Belum banyak memang predikat juara yang diperolehnya. Namun, dia tetap semangat dengan impiannya menjadi pengajar sekaligus penulis. Sederhana saja, alasan Rania masih sama yakni termotivasi oleh seseorang di masa lalunya. Ares seorang mahasiswa yang dulu KKN di kampungnya, kini tidak diketahui di mana keberadaannya.Meskipun sekarang sedang dekat dengan Agha, Rania tetap menyimpan nama Ares di lubuk hati terdalamnya. Laki-laki sederhana yang mampu mengubah hidupnya. Semangat yang diberikannya membuat kepercayaan diri Ran
Baca selengkapnya

Bab 15 Amplop berisi Uang

Bab 15 Amplop berisi uang"Eh apa ini?!" Rasa penasaran menghinggapi wajah Sherly dan Manda saat melihat benda jatuh.Sebuah amplop coklat yang terselip di dalam berkas jatuh ke lantai.Semua mata tertuju pada benda itu. Sherly segera memungutnya dan penasaran dia mengeluarkan isinya. Rania tercengang, jantungnya seakan ingin meloncat keluar.Gegas dia berusaha merebut benda itu. Namun Sherly menghindar dan bersembunyi di balik punggung Manda."Lihatlah, apa yang kita khawatirkan kemarin teman-teman. Ini bukti nyata Rania mendapat uang banyak dari siapa?!"Gelak tawa mengiringi teriakan Sherly. Senyum mengejek pun hadir dari bibir Manda. Jelas-jelas keduanya puas membuat Rania terpojok. "Hentikan, Sher! Kalian berdua tidak tahu apa-apa." Rania berusaha membela diri dibantu Cika dengan menenangkan teman-teman yang seketika memandang sinis keduanya. Beberapa pasang mata berbisik-bisik. Tak sedikit dari mereka mengumbar celaan yang ditujukan ke Rania."Dasar perempuan tak tahu diri. Men
Baca selengkapnya

Bab 16 Aroma Mint

Bab 16Berusaha membuang muka ke samping asal tidak tertangkap mata oleh dosennya, Rania justru memancing rasa penasaran Abi. Melangkah semakin dekat, Abi curiga kalau perempuan yang sedang duduk menyendiri di tribun mengenalnya."Permisi, Mbak mau main di sini atau cuma menonton?" pancing Abi."Ya, Pak. Saya cuma menonton," balas Rania lirih. Mendengar jawaban Rania, Abi justru tertegun. Tidak biasanya ada pengunjung di gedung olahraga memanggilnya dengan sebutan pak."Saya belum pernah melihat Mbak di sini?""Demi apa coba Pak Abi nanya kayak gitu?" batin Rania kesal. Ponsel yang dipegangnya tiba-tiba lepas dari genggaman."Ponselnya, Mbak.""Eh." Terpaksa Rania menoleh untuk mengambil ponselnya."Rania?! Ngapain di sini?""Hmm, memangnya nggak boleh ya, Pak?" jawabnya tersenyum, menampakkan deretan gigi putihnya."Tahu gitu tadi saya bawa uan..." Reflek Rania mendekat dan menutup mulut Abi yang duduk berjongkok di sebelahnya. Posisi yang terlalu dekat membuat aroma parfum Abi mengua
Baca selengkapnya

Bab 17 Kerja Sampingan

Bab 17Senja menampakkan semburat jingga di ufuk barat menambah indahnya perjalanan Rania. Selesai bertanding, Agha mengajak Rania makan bersama bertiga dengan Adam. Namun, Rania menolaknya dengan halus. Pasalnya dia sudah berjanji pada bosnya untuk datang ke rumahnya Isya. Masih cukup waktu sekitar satu jam untuknya menyiapkan diri."Maaf ya, Mas. Aku ada kerjaan tambahan di kafe," tutur Rania tak ingin membuat Agha khawatir. Mendengar ucapan Rania justru menambah kegundahan Agha. Dia teringat kata-kata Abi di depan toilet tadi. Apa ini kerjaan yang dimaksudnya."Ra, jangan memporsir tenaga! Fokus saja dengan kuliahmu!" Rania mengulas senyum canggung, sedikit melirik dari kaca spion. Ada makhluk di belakang sana yang membuang pandangan keluar menahan tawa. Bisa jadi dia merasa bagai obat nyamuk diantara dirinya dan Agha. Namun Rania masih bersyukur dengan keberadaan Adam. Setidaknya dia tidak berduaan saja dengan Agha. Demi menghindari perkataan buruk jika teman di kampus melihatnya.
Baca selengkapnya

Bab 18 Remuk Jiwa dan Raga

Bab 18 Remuk Jiwa dan RagaSinar mentari menelisik dari jendela kamar berhasil membangunkan Rania. Seakan terbangun dari mimpi buruk, Rania merasakan sebagian tubuhnya bagian bawah sakit, bahkan punggung terasa nyeri. Dia tidak yakin bisa berjalan dengan normal, padahal pagi ini ada kuliah. Semalam dia sudah mengirim pesan pada Cika kalau harus menginap.Beberapa kali mengerjapkan mata, Rania mencoba mengumpulkan nyawanya. Dia mencoba menggerakkan badan supaya tidak kaku."Nona sudah bangun? Ini saya bawakan sarapannya." Rania merasa malu diperlakukan berlebihan oleh asisten RT Pak Aldo yang bernama Bi Surti."Bi, panggil saja Rania atau Nia! Jangan panggil Nona, saya jadi nggak enak." Bi Surti hanya mengulas senyum sambil meletakkan nampan berisi sepiring nasi goreng dan segelas susu. Aromanya menguar sampai ke indra penciuman Rania hingga menggelitik perutnya. Terdengar bunyi perut keroncongan, nyaring sekali membuat keduanya menahan tawa. Rania pun tersipu malu."Sepertinya sarapann
Baca selengkapnya

Bab 19 Perdebatan

Bab 19Rania bergegas melihat papan pengumuman. Tidak disangka langkah tertatihnya tersandung kaki yang sengaja dijulurkan oleh Manda."Aargh.""Kasian sekali. Kalau jalan pakai mata, jangan cuma dipakai untuk mengincar pria kaya, huh." "Ada apa kalian ribut-ribut?" Semua mata tertuju pada sumber suara. Bukannya lega jantung Rania justru berdegup kencang.Ada security datang menghampiri kerumunan. Tak hanya itu dari jarak sekitar tiga puluh meter dekan dan dosen yang dikenal Rania berjalan menuju ke arahnya."Mampus, sekalian ketahuan dekan aja tuh cewek!" Lontaran sinis keluar dari salah satu mahasiswa yang berada di sana. Trio Sherly, Manda, dan Almira tersenyum penuh kemenangan. Namun senyum mereka reflek memudar saat dekan bersuara memanggil nama siapa saja yang terlibat peristiwa heboh itu. Tak pelak nama ketiganya beserta nama Rania lah yang disuarakan oleh saksi mata security kampus."Pak Abi, tolong tangani masalah ini!" titah Pak Dekan yang diangguki Abi. Rania menunduk malu
Baca selengkapnya

Bab 20 Berkas Hilang

Bab 20Setelah kembali dari klinik, Rania bergegas menuju ruang kelasnya di lantai dua. Sudah ketar-ketir karena telat masuk kuliah dosen Linguistik, ternyata sampai di kelas teman-temannya berdiskusi dalam kelompok. Rania dan Cika merasa lega karena tidak ketinggalan pelajaran. Namun rasa kesalnya yang sempat hilang mencuat kembali saat mengetahui dosen yang mengajar adalah Pak Abi. Ternyata beliau menggantikan dosen senior yang sedang ada tugas dari universitas."Bisa-bisanya Pak Abi ngerjain kita, Ci." "Iya, pantesan di mobil tadi, kita kelimpungan memikirkan gimana caranya beralasan kalau ditanya dosen Linguistik, Pak Abi justru menahan tawa." Rania mengangguk tanda mengiyakan pendapat Cika.Lima menit kemudian, sosok yang dibicarakan telah datang dan berdiri dengan gagah di depan kelas."Baiklah mari kita mulai presentasinya! Silakan kelompok siapa yang sudah siap?" tawar Pak Abi. Kelompok Rania yang mengacungkan tangan. Melihat Rania yang pertama mengajukan diri membuat Sherly
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status