"Ya Habibatii, kenapa wajahmu sekelam malam. Padahal tadi wajahmu masih secerah matahari." Suami tampanku menghentikan jalannya dan memandang penuh rasa khawatir."Orang-orang itu menggunjing kita. Mereka menyanjungmu dan mencemoohku." Aku mengisyaratkan dengan pandangan mataku.Rasanya menyesal mengikuti saran suamiku untuk tak memakai cadar. Coba kalau tetap bercadar seperti kebiasaan di Arab mungkin aku tak akan sakit hati begini."Kamu bilang di Indonesia orang masih menganggap aneh orang bercadar. Tak apa buka saja, yang penting tak ada aurat yang kau perlihatkan," kata beliau saat aku minta pendapatnya saat di pesawat."Apa yang mereka bilang?" suamiku memang belum mengerti Bahasa Indonesia kecuali sedikit saja yang umum seperti terima kasih, tolong, saya, kamu, dan yang seperti itu.Aku mengatakan semua yang kudengar. Sebenarnya aku bukan seorang pengadu, tapi untuk hal yang satu ini rasanya aku ingin beliau menenangkan hatiku."Ucapan mereka tentangmu semuanya salah. Kita lebih
Read more