"Waktu itu, Pak. Pas baju Bapak basah dan Bapak menolong Pak Bima yang mau jatuh." Vanilla menreka ulang menurut sudut pandangnya. Sepanjang berceloteh. Ia menunjukkan sisi polos dan cerobohnya, sedang Kala tercenang. Cuman karena dia duduk setengah membuka kemeja menghadap Bima. Dia sudah dikira yang enggak-enggak sama Vanilla. Ya Tuhan, tobat.Kala menaiki tangan. Vanilla tak perlu lagi melanjutkan kisah yang pasti gak ada betulnya sama sekali. Sedikit senyum smirk tersinggul di wajah tampannya. Kala mendekatkan wajahnya ke Vanilla."Eeh, Bapak mau ngapain?!" "Saya mau membuktikan kalau saya gak seperti yang kamu duga," ujar Kala menatap jail pada Vanilla. Vanilla manyun, gimana caranya. Dengan kurang ajar Kala menuntun tangan Vanilla ke pangkal pahanya. "Kamu bisa rasakan. Ini(?) sudah tegak. Bahkan saat kita masih di restoran." Kala terang-terang menggoda. Dan sekarang Vanilla tahu apa arti kata, 'Kamu sudah menguji kesabaran saya.' Seharusnya itu sudah jadi sinyal yang cukup.
Baca selengkapnya