Beranda / Romansa / DOSA TERINDAH / Bab 441 - Bab 450

Semua Bab DOSA TERINDAH: Bab 441 - Bab 450

476 Bab

Bab 158

“Freya emang deket sama anak-anak Twin dulu. Beberapa karyawan Twin kan udah lama kerja di sini, Ay. Mungkin karena itu Freya jadi sering ke sini.” Ivan masih menjelaskan.“Dulu berapa lama sama dia?”“Aku lupa. Nggak pengen ngitungin juga. Dulu itu kayak ... ya udah dijalanin aja. Nggak mau nuntut apa-apa, nggak mau dituntut macam-macam.”Ah, mengingat pria kesayangan ini ternyata memiliki beberapa kisah di masa lalunya selalu saja membuatku merasa kesal.“Tapi baru ke sini lagi setelah bertahun-tahun, kan?”Ia mengangguk.“Pas abis ketemu di mini market waktu itu, kan?”Dahinya mengerut sebentar. “Mungkin. Atau mungkin juga sejak aku kerja sama dengan ... My Freya.”“Dih! Tumben banget ragu-ragu nyebut namanya.”“Itu bukan namanya, itu nama salah satu usahanya. Namanya masih Freya, nggak pake ‘My’.”“Iya ... iya. Trus jadi sering ke sini nongkrong sampai malem?”“Kalo itu aku nggak tau. Cuma dengar dari anak-anak.”“Terus ....”“Udah ah, Aya. Aku capek dicemburuin terus. Kamu kalo k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-19
Baca selengkapnya

Bab 159

Iin berdiri di depan pintu tepat di saat Ivan membuka pintu ruang kerjaku. Di sana ia tak hanya berdiri dengan Erina, tetapi juga Hendra. Dan aku tentu sudah tahu persis reaksi Ivan yang baru saja membuka pintu. Jangan ditanya lagi reaksi pria itu, tentu saja kembali masuk dan duduk tepat di sampingku.“Silakan masuk Pak Hendra, Mbak Erina.” Tak ingin membuat hatinya semakin tak karuan, aku memilih sapaan resmi meski kulihat Hendra seperti kaget menatapku, tetapi ia tentu saja tak ingin memprotes karena ini adalah kantorku.“Ruangan ini kamu banget ya, Cahaya Kirana. Aku ingat kamu penyuka lebih suka desain desain alami semacam ini ketimbang desain modern yang kaku.” Hendra mengomentari ruang kerjaku yang memang tertata dengan konsep natural.Baru saja ingin menjawab, aku terpaksa melirik saat Ivan berdehem. Dengan sengaja tentunya. “Ini semua ide dan desain suami saya, Pak.”Aku baru saja mengalami hal semacam ini tadi ketika aku membahas Freya pada Ivan, dan merasa terganggu dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-19
Baca selengkapnya

Bab 160

Setelah Ivan kembali meninggalkan ruangan, aku kembali memanggil Iin. Karyawan yang sduah kuanggap sahabat baikku itu adalah satu-satunya orang yang paling mengerti setiap instruksiku saat ini. Terkadang aku bahkan meminta Iin mengambil keputusan mengenai pekerjaan kami karena aku sudah percaya dan membuktikan hasil kerjanya.Bersama Iin, aku berdiskusi menyusun rencana seperti apa yang bisa kamu lakukan untuk mewujudkan keinginan Hendra yang ingin menghadirkan lebih banyak tentang istrinya di acara besok. Dan benar saja, ide-ide Iin selalu masuk akal dan menambah nilai dari Event Organizer kamu.“Kalo bisa di salah satu meja, disajikan makanan makanan favorit almarhum, Mbak. Jadi semacam Paula’s corner gitu.” Itu salah satu usul Iin yang membuatku mengacungi jempol pada gadis itu.“Jadi setelah dibawa mengenang beliau dengan deretan-deretan foto di sepanjang jalan masuk ke venue, akan semakin terasa ketika undangan tiba di Paula’s Corner. Orang-orang yang punya kenangan dengan beliau
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-20
Baca selengkapnya

Bab 161

[Masih lama balik ke Twin, Pi?]Pesan dengan pertanyaan serupa sudah dua kali kukirim ke nomor Ivan. Mungkin aku harus menyesali mengapa hari ini tak membawa kendaraan sendiri padahal ada pekerjaan di luar kantor, sehingga aku berharap Ivan segera kembali dan aku bisa meminjam mobilnya. Sayangnya baik Ivan maupun Candra yang belakangan memakai mobil perusahaan ternyata tak kunjung kembali ke Twin House.[Masih di kantor Adam, masih ada meeting final satu jam kedepan.]Huhh! Rasa-rasanya aku tak dapat menunggu selama itu. Beberapa hari belakangan Ivan memang kembali sering terlibat pekerjaan dengan Mas Adam setelah proposal kerja samanya dengan perusahaan tambang tempat Mas Adam kerja diterima oleh perusahaan itu.[Minta antar Candra, Sayang. Kalo nunggu aku masih lama.]Ia kembali mengirimkan pesan, tetapi aku enggan membenaninya lebih banyak lagi dengan membalas bahwa Candra pun sedang tak ada di Twins. Maka aku hanya membalas dengan emotikon senyum dan tak lupa memberinya semangat u
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-22
Baca selengkapnya

Bab 162

“Hai, Sayang!”Sudah kuduga, Ivan muncul di lokasi ketika aku dan Iin masih menyusun beberapa pot bunga sebagai hiasan. Pria itu segera menghampiriku lalu tak lupa memeluk pinggangku.“Kok nyusul, Pi?”“Kamu sih pake nebeng mobil mantan segala.” Dia berbisik di telingaku.Dari caranya bicara, aku tahu bahwa Ivan sebenarnya tak terlalu mempermasalahkan hal ini.“Aku udah dari setengah jam lalu di sini, ngeliatin kamu dan Iin bolak-balik,” katanya.“Loh, kok aku nggak liat?”“Tadi di sana. Ngobrol dengan Hendra lama.” Ivan menunjuk Hendra yang juga sedang menatap pada kami.“Ngobrolin apa aja?”Ivan tertawa, dan dari tawanya aku bisa menangkap ada keisengan di wajah pria itu. “Kamu tau nggak tadi aku bawain dia oleh-oleh apa?”Aku menggeleng penasaran.“Aku bawain coklat Silver Queen.” Dia tersenyum lebar.“Hah? Apa-apan kamu, Pi!”“Kamu mau tau lanjutannya, nggak?”“Apa lanjutannya?”“Hendra heran ngeliat aku bawain SilverQueen, terus aku nanya dia ada ingatan apa tentang benda itu. Da
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-22
Baca selengkapnya

Bab 163

[Mbak Aya, ada kiriman bunga dari Rubby.]Sebuah pesan dari Iin disertai foto buket bunga masuk ke inbox-ku hari ini. Setelah semalam tiba-tiba demam dan menggigil, paginya rasa lelah dan pegal belum juga pergi dari tubuhku. Hal itulah yang membuatku hari ini hanya diam di rumah tak melakukan apa pun, apalagi Ivan memang melarangku beraktifitas dulu karena dia lah yang paling tahu bagaimana semalam aku tiba-tiba saja merasa kehilangan tenaga lalu meringkuk di pelukannya mencari kehangatan.Dari foto yang dikirim Rubby, aku bisa melihat sebuah kartu kecil yang terselip di sana.[Barusan diantar kurir, Mbak. Bunganya mau ditaruh di mana?] Iin kembali mengirim pesan.[Taruh aja ke di ruanganku, In.] Aku membalas disertai beberapa baris pesan lagi yang mengingatkan pekerjaan-pekerjaan penting untuk hari ini.[Cepat sembuh, Mbak. Sepi nggak ada Mbak Aya. Nggak bisa ngeliat pasangan bucin di Twin.]Aku tersenyum membaca balasan terakhir dari Iin, sebelum kembali menarik selimut menutupi tub
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-24
Baca selengkapnya

Bab 164

“Hari ini masih nggak boleh kerja, Aya! Istirahat di rumah sampai bener-bener pulih.” Itu perintah Ivan di hari kedua, padahal aku sudah merasa tak selemah kemarin lagi.Akan tetapi, aku memilih tetap mengikuti keinginannya dengan masih berdiam diri di rumah. Rasanya selama bersamanya, aku memang nyaris tak pernah membatah lelaki ini, bahkan terlalu sering merasa terhipnotis oleh kata-katanya, apalagi perintahnya.Ivan pun seperti itu, kami seolah saling berlomba untuk bisa memenuhi keinginan masing-masing. Seperti kemarin saat dia benar-benar pulang ke rumah saat kukatakan bahwa aku menunggunya menyuapiku. Dia melakukan apa yang kuinginkan, mengabulkan hampir semua keinginanku.“Padahal aku udah ditunggu Iin hari ini, Pi. Banyak yang mau didiskusikan.”“Suruh nanya ke aku, diskusi ke aku.”Jawaban yang tentu saja mengundang cibiranku, tetapi Ivan buru-buru memelukku.“Jangan ngambek. Pokoknya jangan kerja dulu. Hari ini Kak Dian dan Bang Malik datang, kamu temenin mereka dulu aja seb
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-24
Baca selengkapnya

Bab 165

“Eh, tumben banget jemputnya rame-rame ini.” Kak Dian mengomentari kehadiranku dan Ivan lengkap dengan Kia di pintu kedatangan.“Iya, Kak. Kebetulan sempat.” Aku menyambut kakak iparku itu sapaan ala wanita, cipika cipiki.“Nggak kerja, Dek?” Kak Dian menyapa adik kesayangannya.“Iya, Kak. Aya manja banget hari ini, minta ditemenin di rumah.”Aku melirik tak suka, sudah pasti ini adalah salah satu keisengan Ivan.“Loh, emang Aya kenapa?”“Dua hari ini sakit, Kak. Tapi jadinya manja banget, minta ditemenin, minta dipijit, bahkan minta dimandiin.”“Ck! Papi! Jangan mengada-ada!”Meski aku merasa kesal, tetapi aku tahu bahwa Kak Dian pasti sudah sangat memahami keisengan adiknya ini.“Jangan-jangan Aya hamil ya, Kak? Lagi manja banget soalnya, sampai mau jemput Kak Dian aja minta ikut.”Kak Dian tertawa, lalu menatapku sekilas.“Bukannya emang lagi hamil, Ay?”“Ng-nggak, Kak. Ivan lagi iseng aja tuh.” Aku menjawab.“Tapi Tari percaya banget loh kalo kamu lagi hamil, Ay.”“Kok Kak Dian ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-26
Baca selengkapnya

Bab 166

“A-apa ini?” Aku meggumam sendirian. Kamar mewah yang luas dengan semua fasilitas eksklusif di alamnya ini terlihat berbeda dengan saat pertama Ivan membawaku melihat rumah ini. Dan tentu saja hal utama yang membuatnya berbeda adalah gambar suamiku di hampir setiap sudutnya.Kakiku bergetar, tak sanggup lagi rasanya menahan tubuh ini menyaksikan deretan foto-foto Ivan dengan berbagai pose di dinding. Aku ingin berteriak, tapi lidahku rasanya sudah kelu. Di salah satu sudut kamar di dekat private pool, masih sempat kulihat sosok yang tadi membuatku penasaran dan akhirnya mengikutinya ke kamar ini.“Aya! Apa-apan kamu?! Masuk kamar orang tanpa permisi!” Dan suara nyaring itu membuatku mendongak. Imelda berdiri menjulang di depanku yang terduduk lesu di lantai karena kakiku sudah tak sanggup lagi menopang tubuh.“Kamu udah ngelewatin batasmu, Aya! Masuk kamar pribadiku tanpa permisi!”Apa katanya? Aku melewati batas? Lalu bagaimana dengan deretan foto suamiku di dinding kamar yang diakui
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-27
Baca selengkapnya

Bab 167

“Sampai kapan kita seperti ini?” tanyaku ketika kami akhirnya hanya saling diam tenggelam dalam pikiran masing-masing. “Sampai kamu tenang, sampai kamu nggak nangisin ulah murahan Imelda.” Ivan menatap tepat di mataku. “Dan sampai kamu nggak menatapku seperti itu, Aya.” Aku menautkan alis. “Menatap seperti itu? Seperti apa?” “Iya, jangan menatapku seperti ini.” Ia mengusap mataku. “Aku ngerasa nggak nyaman, Aya. Aku ngerasa dicurigai, aku memang nggak liat apa yang kamu liat di sana tadi, tapi aku bisa ngebayangin itu. Kamu nggak curiga aku yang ngasih foto-fotoku ke Imelda, kan?” Astaga! Aku baru menyadari bahwa Ivan-lah korban sesungguhnya dari ulah Imelda ini. Hanya dengan mendengar ceritaku saja dia sudah setidaknyaman ini, bahkan menyalah artikan tatapan mataku. Dia lah korbannya, korban dari obsesi Imelda, korban dari konspirasi Toni, dan kini korban dari tatapanku yang membuatnya merasa dicurigai. “Nggak, Pi.” Aku bergerak memeluknya. “Aku nggak pernah curiga ke kamu. Nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
434445464748
DMCA.com Protection Status