Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 421 - Chapter 430

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 421 - Chapter 430

476 Chapters

Bab 138

[Ay, ke sini bentar dong. Mau minta pendapat venue buat lauching besok.]Begitu isi pesan yang kuterima dari pria yang sebenarnya hanya berjarak beberapa meter dari tempatku sekarang ini. Aku memang lagi tak sedang berada di kantor, karena menemani Iin memilah-milah gaun yang akan dipajang.[Bentar, Pi. Masih bantuin Iin.]Balasan pesanku yang rupanya tak bisa diterima oleh Ivan, karena setelah itu dia kembali mengirim pesan.[Percuma aja bikinin kantor sebelahan, nggak bisa didatengin juga setiap saat.]Tak dapat kutahan tawaku membaca pesannya. [Kerja, Pak. Kerja!]“Mbak Aya sejak kita di sini bawaannya senyum terus, senang terus. Beda banget dengan Mbak Aya di butik yang dulu, ngelamuuun aja.” Iin yang memang sudah sangat akrab denganku mengimentari. Entah sudah komentar yang kesekian juga dari gadis itu tentang keseharianku sekarang.“Bahagia banget, ya, Mbak,” kata Iin lagi.Aku mengangguk.“Dulu aku nggak kepikiran mau nikah, waktu ngeliat Mbak Aya dulu disia-siakan. Tapi sekara
last updateLast Updated : 2023-08-03
Read more

Bab 139

“Cantik banget kamu, Aya ....” Sebuah lengan kekar memelukku dari belakang setelah gaun yang berwarna hitam yang kupilih untuk kugunakan malam ini melekat di tubuhku. Cermin di depanku memantulkan bayangan Ivan sedang memeluk erat, sementara ujung hidungnya bergerak-gerak mencium bahuku.“Jangan digigit,” keluhku saat merasakan gigitannya di bahu, namun pria yang juga sudah siap dalam penampilan terbaiknya itu justru semakin menjadi hingga ujung hidungnya kini menyentuh leherku.“Aku selalu suka lehermu, Aya.” Ada perasaan basah ketika Ivan justru menyesap lembut di sana.“Jangan!” Aku masih berusaha menghindar. Malam ini kami berdua tentu akan menjadi orang penting di acara launching kantornya, dan pria yang masih memelukku erat ini justru sedang melakukan hal berbahaya seperti ini.“Pii ...,” panggilku memohon. “Jangan ... semua nungguin kita malam ini.” Rasanya aku perlu mengingatkannya agar pria ini tak semakin menjadi.“Panggil apa, Aya?” Dia menggumam di dekat telingaku.“Sayang
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

Bab 140

Kursi yang kududuki ini sebenarnya kursi yang empuk, tetapi kini terasa tak nyaman sama sekali. Pria dengan pakaian casual yang duduk di depanku adalah penyebab ketidaknyamananku, belum lagi tanganku yang terasa diremas kuat oleh Ivan yang juga duduk di sebelahku.“Ini tamu yang saya bilang tadi, Mbak Aya.”Paling tidak suara Iin mengisi keheningan yang tercipta di tengah keramaian malam ini di Twin House.“Ini Mbak Aya, pemilik butik. Sepertinya Pak Hendra tak salah orang, ya.” Masih suara Iin, karena kurasa ia pun mendengar tadi ketika aku terkejut melihat tamu yang sedang bersamanya.“Iya, Mbak Iin. Saya nggak salah orang ternyata. Tadi cuma dengar namanya, dan ternyata orangnya memang orang yang sama dengan pemilik nama yang saya kenal.” Pria di hadapanku berbicara menjawab pertanyaan Iin, tetapi ia tak lepas menatap padaku.“Hai, Cahaya Kirana. Apa kabarmu?” Pria berkulit putih itu menyapaku, dan aku tak mungkin berkelit untuk tak mengenalinya.“Hai, Hendra. Ehm ... aku baik. Dan
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

Bab 141

“Aku balik ke dalam dulu, Ay.” Ivan kembali berpamitan padaku sepeninggal Tari dan Wira.Dari sisi lain, aku bisa merasakan bahwa ibuku sejak tadi tak lepas menatap ke arah kami. Kurasa ibu memperhatikan semua interaksi kami malam ini, sebab saat kembali bergabung, dengan lembut ibu menepuk pundakku.“Aya hebat, Nak. Pandai menempatkan diri. Kita memang tak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa memperbaiki masa depan dengan belajar pada kesalahan di masa lalu.”Sebuah nasihat yang memang sangat pas untuk kehidupanku dan Ivan sekarang. Kami berdua sama-sama memiliki masa lalu yang di dalamnya banyak sekali pembelajaran hidup.***[Ke sini bentar.]Sebuah pesan dengan foto ruangan yang tentunya kukenali masuk di ponselku. Itu foto ruang pribadi Ivan di Twin House. Ruangan kita, begitu ia menyebutnya belakangan ini.Gegas kulangkahkan kaki ke sana. Seperti gaya khas Ivan saat menungguku, pria itu segera menarik tanganku setelah aku membuka pintu. Ivan mendorongkui ke dinding, menatapku
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

Bab 142

“Rumah itu kemarin ditawar temannya Bang Malik, Dek. Tapi belum deal juga, katanya nunggu salah satu rumahnya terjual baru bisa beli.”Pembicaraan kami berlanjut di rumah setelah pulang dari Twin House. Besok pagi Kak Dian dan Malik harus kembali ke Surabaya sehingga keduanya meminta bicara malam ini.“Eh ... jangan ditawarin dulu, Kak.” Ivan menanggapi. “Tadi pas ngobrol dengan Imelda di Twin, dia bilang pengen ngeliat rumah itu. Jadi kalo tertarik nggak usah dijual dan tinggal hitung-hitungan sama ganti rugi yang harus kubayar.”Aku segera melirik pria itu. Tadi ngobrol dengan Imelda katanya? Bukannya selama di Twin House aku terus saja di sampingnya?“Tadi, Ay. Pas kamu lagi nemenin ibu di gazebo. Pas Imel gabung dengan temen-temen basket.”Aku buru-buru melempar pandang ketika Ivan bisa membaca pikiranku dengan sangat tepat.“Siapa yang nanya elu, wei!” Kak Dian mencibir ke adiknya.“Tuh! Aya.”“Emang tadi nanya, Ay?” Kak Dian bertanya padaku kali ini.“Ehm ... iya, Kak. Nanya dal
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

Bab 143

Entah ada hubungannya atau tidak, tetapi mimpi Ivan dan arti mimpi yang kuucapkan asal-asalan subuh tadi ternyata memang terjadi hari ini. Pagi tadi aku menerima beberapa tawaran kontak kerja dari beberapa agency yang ingin memakai produk butik kami, selain itu juga ada beberapa proposal penawaran Event Organizer dari klien-klien yang tak bisa kuanggap sepele.Dari beberapa tumpuk tawaran kerja sama tadi, ada map berlogo “Rubby Models and Talent” yang kuketahui adalah merk dagang yang dibawa Hendra kemarin. Namun di penawaran kontrak, tak ada sama sekali nama pria itu di sana, melainkan dua nama lain, termasuk salah satunya Rubby – yang menjadi brand mereka.‘Mungkin Rubby adalah istri Hendra.’ Tentu saja pikiran itu yang melintas di otakku.Banyaknya tawaran kerja dan proposal kerja sama EO membuatku mau tak mau berpikir untuk menambah karyawan. Lalu perusahaan penyalur tenaga kerja My Freya terlintas di benakku. Kurasa mungkin lebih baik aku merekrut karyawan dari sana sebab karyawa
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

Bab 144

Mataku tak lepas menatap gadis beranjak remaja yang terlihat malu-malu. Aliyah Rubyy, begitu gadis remaja itu tadi memperkenalkan diri padaku dan Iin. Seorang wanita dewasa di sebelahnya terus mendampinginya sedari tadi. Hal yang kemudian kusadari bahwa ternyata nama gadis inilah yang menjadi brand bisnis mereka, mematahkan dugaanku semula yang mengira bahwa Rubby adalah nama istri Hendra.Rubby anak kandung Hendra, ibunya meninggal setahun yang lalu setelah melahirkan anak keduanya. Itu informasi yang kuterima dari wanita muda yang dari tadi mendampingi Rubby, wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai adik kandung dari ibunya Rubby.“Usaha ini adalah peninggalan kakak saya, Mbak Aya. Sebelum berpulang, dia sudah menitip pesan ke Mas Hendra supaya kantor agency ini tetap jalan.” Wanita yang bernama Erina menjelaskan padaku.Kantor Rubby Models and Agency terletak di sebuah gedung perkantoran modern yang hanya dengan melihatnya saja aku bisa meraba bahwa kantor ini sudah berkembang ba
last updateLast Updated : 2023-08-08
Read more

Bab 145

Ivan tak lagi menanggapi dan lebih memilih menunjukkan pada Candra pada bagian-bagian yang mana ia menginginkan perubahan, juga di bagian yang mana yang diinginkan Imelda untuk diubah.“Wih! Hebat kamu, Van. Aku tadi cuma ngomong sekilas aja tapi kamu udah ngertiin banget apa mauku.”Alisku bertaut ketika mendengar Imelda memuji Ivan yang sedang menjelaskan pada Candra.“Maksudku mengerti aku maunya diubah di bagian mana,” katanya lagi.***Ketika akan pulang, kami bertiga kebingungan siapa yang akan mengantar Imelda. Gadis itu tanpa segan meminta Ivan mengantarnya pulang, tetapi pria yang sedang menggenggam tanganku itu tak memberi jawaban“Dia tadi diantar supirnya dan aku nggak tau kalo supirnya langsung pulang tadi.” Ivan berbisik di telingaku, tepat ketika aku sedang memikirkan dengan siapa gadis itu tadi datang ke sini.Akhirnya aku memutuskan menyerahkan kunci mobil pada Candra, lalu ikut ke mobil Ivan karena tak mungkin membiarkan Imelda ikut dan berduaan dengannya.“Where to,
last updateLast Updated : 2023-08-08
Read more

Bab 146

Kenyataan bahwa suamiku baru saja menenggak minuman yang kami berdua mencurigai ada campuran lain di dalamnya membuatku malam ini tak pernah lepas mengamatinya. Kuikuti langkahnya ketika Ivan masuk ke kamar putrinya seperti biasa lalu bermain di sana, bahkan aku tetap mengekori saat ia duduk di kursi taman belakang dan menerima panggilan selama beberapa menit.Ponsel Ivan memang tak pernah berhenti berdering sejak tadi, dan karena terus saja mengikutinya aku pun bisa menyimak dengan siapa saja ia tadi berbicara. Lalu kami sudah kembali berada di ruang tengah ketika sebuah panggilan kembali masuk.“Imelda.” Gerakan bibirnya menyebut nama itu. Telunjuk yang diletakannya di bibir memintaku untuk diam.“Vaann!” Suara Imelda terdengar begitu Ivan mengaktifkan speaker.Alisku bertaut, suara itu begitu mendayu untuk seseorang yang sedang membahas pekerjaan, karena setelah panggilan mendayu itu, aku mendengar suara Imelda membahas pekerjaan yang tentu saja tak begitu kumengerti. Di sebelahku,
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Bab 147

“Papi ini!!” Aku memprotes. Dia menatapku heran. “Aku nanya serius, Aya. Besok ultah Kia, kan? Jadi dirayain?” “Ish! Kalo orang ngomong serius aja, suka mancing. Giliran ditanggapin isengnya, malah ngomong serius.” Aku masih dongkol, beruntung pria ini sedang tidak dalam mode isengnya. “Bukan gitu maksudnya, Sayang. Ini serius nanya, ultah Kia jadi apa nggak?” “Ya jadilah, Pi. Aku udah nyuruh anak-anak dekor, yang sederhana aja, palingan juga Cuma undang anak tetangga. Kenapa emang?” Dia menghela napas. “Besok itu aku mau nemenin Wira dulu ke dokter. Aku juga nggak nyangka kalo jadwalnya benturan sama ultah Kia. Kamu nggak keberatan, kan?” “Jam berapa?” “Janjian pagi sama dokternya, soalnya besok beliau udah balik ke Singapura.” “Ya udah, nggak apa. Nunggu Papi balik aja baru mulai, soalnya Kia pasti nyariin kamu.” “Hm, oke. Makasih, Sayang.” Dia mengecup pipiku. “Ngomong-ngomong yang tadi ....” Ivan menggantung kalimatnya. “Yang tadi apa?” “Kenapa kamu jadi mikirnya aku nan
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more
PREV
1
...
4142434445
...
48
DMCA.com Protection Status