“Papi ini!!” Aku memprotes. Dia menatapku heran. “Aku nanya serius, Aya. Besok ultah Kia, kan? Jadi dirayain?” “Ish! Kalo orang ngomong serius aja, suka mancing. Giliran ditanggapin isengnya, malah ngomong serius.” Aku masih dongkol, beruntung pria ini sedang tidak dalam mode isengnya. “Bukan gitu maksudnya, Sayang. Ini serius nanya, ultah Kia jadi apa nggak?” “Ya jadilah, Pi. Aku udah nyuruh anak-anak dekor, yang sederhana aja, palingan juga Cuma undang anak tetangga. Kenapa emang?” Dia menghela napas. “Besok itu aku mau nemenin Wira dulu ke dokter. Aku juga nggak nyangka kalo jadwalnya benturan sama ultah Kia. Kamu nggak keberatan, kan?” “Jam berapa?” “Janjian pagi sama dokternya, soalnya besok beliau udah balik ke Singapura.” “Ya udah, nggak apa. Nunggu Papi balik aja baru mulai, soalnya Kia pasti nyariin kamu.” “Hm, oke. Makasih, Sayang.” Dia mengecup pipiku. “Ngomong-ngomong yang tadi ....” Ivan menggantung kalimatnya. “Yang tadi apa?” “Kenapa kamu jadi mikirnya aku nan
Last Updated : 2023-08-09 Read more