“Perfect!” katanya takjub saat aku berhasil menuang minuman itu di gelas dengan bentuk hati di atasnya. “Keren kamu, cepet banget belajarnya.” Dia mengacak acak rambutku.“Lah, kan tinggak di campur gitu aja, Pi.”“Itu ada seninya, Aya. Bahkan beberapa barista rela membayar mahal untuk mempelajari caranya, dari menakar hingga menyajikan, supaya kopi yang disajikan bukan hanya dibuat asal-asalan tapi ada seni di dalamnya.”Ah, meski aku sulit memahami itu, tetapi aku selalu suka melihatnya bersemangat berbicara tentang hobinya.“Sana, yuk!” Dia menunjuk meja di sudut.“Aku tadi ngeliat kamu serius sekali berkutat dengan alat-alat itu,” ucapku setelah kami duduk berhadapan.“Hmm. Dulu aku lebih sering ada di sini atau di House of Coffee kalo lagi nggak di kantor. Bagiku mesin mesin itu bukan hanya sekadar alat, tapi hobi, hiburan dan mainan yang sangat menyenangkan.”“Iya, aku tadi ngeliat kamu enjoy banget. Dan oiya ...” Aku memajukan wajah. “Sini aku bisikin,” kataku.Ivan turut memaj
Last Updated : 2023-07-28 Read more