Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 411 - Chapter 420

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 411 - Chapter 420

476 Chapters

Bab 128

Sejak Twin House menjadi tempatku dan Ivan beraktifitas, aku tak pernah lagi membawa mobil sendiri dan lebih memilih ikut dengannya. Selalu ada hikmah di balik musibah, mungkin hikmah itu lah yang kini sedang kami rasakan berdua. Momen berangkat dari rumah bersama-sama menjadi salah satu momen yang selalu kunanti. Selalu ada keseruan dan keromantisan saat bersamanya. Alunan musik dari tape mobilnya yang terkadang membuat kami saling menatap, caranya bersenandung sambil sesekali melirik seolah sedang berbicara padaku, genggaman lembut dari tangan kirinya saat kendaraan berhenti, atau gurauan absurd darinya saat kami berhenti di lampu merah mengingat kami punya momen tak terlupakan di lampu merah. Itu semua kini bisa kunikmati setiap hari bersamanya.Lalu dengan semua dukungannya atas kegiatanku, rasanya tak pernah absen kuhadiahkan sebuah kecupan di pipinya yang terkadang membuat matanya meredup mendamba lebih.Hingga hampir dua minggu butikku sudah beroperasi, tetapi kantor Ivan masih
last updateLast Updated : 2023-07-27
Read more

Bab 129

Kelelahan hingga demam ternyata membuatku harus beristirahat selama tiga hari di rumah, meski sebenarnya aku menolak karena merasa masih sanggup untuk beraktifitas. Akan tetapi, Ivan yang sore itu segera membawaku ke dokter setelah inisiatif skin to skin yang dilakukannya di ruangaan khusus di Twin hanya mengizinkanku memantau pekerjaan Iin dari rumah.“Kalo kamu nggak nurut, kita tutup lagi aja butiknya.”“Iin pasti bisa mengatasi, kalo nggak bisa pecat aja.”“Diam di rumah sampai saatnya launching kantor di Twin. Aku nggak mau kamu kelihatan kelelahan, nanti dikira orang aku nggak becur ngurusin.”Seperti itu beberapa ultimatum yang akhirnya membuatku mengalah dan memilih beristirahat di rumah.Pagi ini, ia sudah mengizinkanku kembali bekerja, maka dari pagi aku sudah bersemangat kembali menyiapkan diri.“Ceria sekali pagi ini, Mbak.” Bik Jum menyapa ketika aku sudah bersiap dengan setelan pakaian kerja.“Iya dong, Bi. Mau pacaran dia.”Halah! Tak lain dan tak bukan yang menjawab pa
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

Bab 130

“Perfect!” katanya takjub saat aku berhasil menuang minuman itu di gelas dengan bentuk hati di atasnya. “Keren kamu, cepet banget belajarnya.” Dia mengacak acak rambutku.“Lah, kan tinggak di campur gitu aja, Pi.”“Itu ada seninya, Aya. Bahkan beberapa barista rela membayar mahal untuk mempelajari caranya, dari menakar hingga menyajikan, supaya kopi yang disajikan bukan hanya dibuat asal-asalan tapi ada seni di dalamnya.”Ah, meski aku sulit memahami itu, tetapi aku selalu suka melihatnya bersemangat berbicara tentang hobinya.“Sana, yuk!” Dia menunjuk meja di sudut.“Aku tadi ngeliat kamu serius sekali berkutat dengan alat-alat itu,” ucapku setelah kami duduk berhadapan.“Hmm. Dulu aku lebih sering ada di sini atau di House of Coffee kalo lagi nggak di kantor. Bagiku mesin mesin itu bukan hanya sekadar alat, tapi hobi, hiburan dan mainan yang sangat menyenangkan.”“Iya, aku tadi ngeliat kamu enjoy banget. Dan oiya ...” Aku memajukan wajah. “Sini aku bisikin,” kataku.Ivan turut memaj
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

Bab 131

Kalau biasanya hari minggu akan menjadi hari bersantai, namun sejak beberapa proyek Event Organizer juga diterima Iin, hari minggu justru menjadi hari sibuk bagiku. Seperti hari minggu ini, aku meninggalkan rumah sejak pagi dan baru kembali menjelang sore, rasanya tak nyaman melepas Iin begitu saja tanpa pengawasan, apalagi ini adalah pekerjaan yang kuterima di awal kembalinya butik dan usahaku.“Hai.” Hal yang pertama kulakukan ketika tiba di rumah adalah mencari dan menyapa anak dan suami.Keduanya tengah berada di kamar Kia ketika aku pulang. Kia langsung menghambur ke pelukanku, sementara tidak seperti yang kubayangkan, ayahnya justru hanya menatap kami berdua saat berpelukan.“Mommy mandi dulu, ya. Nanti ke sini lagi.”Lagi lagi, tak seperti yang kubayangkan, Ivan hanya berdiri di sana tanpa bereaksi. Padahal biasanya dia selalu punya pikiran usil ketika mengetahui aku mau mandi. Guyuran air shower membuat keletihanku perlahan-lahan menghilang. Entah berapa lama aku berdiri menca
last updateLast Updated : 2023-07-29
Read more

Bab 132

Embun di balik jendela kamar membawa udara dingin menyerbu masuk ke dalam kamar.“Sshhh! Dingin, Aya,” keluh Ivan yang masih bergelung dalam selimut.“Tapi seger, Pi. Lebih seger dingin alami gini dari pada udara dingin dari AC.” Aku bebicara sambil meraih remote AC lalu menekan tombol off.“Hari ini aku boleh berangkat duluan, ya, Pi. Ada desain yang mau segera dituntaskan.”“Hmm, boleh.” Dia hanya menggumam dari balik selimut.Aku menghampiri lalu mencium pipinya. “Makasih. Aku bantuin Bibik di dapur dulu, ya.”“Dingiinnnn,” keluhnya lagi. “Tadi nyium pipi langsung anget pipiku. Kalo nyium yang laen juga pasti tambah anget kan, Ay?”Aku segera menepis tangannya. “Nggak usah modus!”Akan tetapi, aku pun merasakan pagi ini dinginnya terasa sampai ke tulang. “Semalem hujan, ya?” tanyaku sambil melihat titik titik embun di jendela.“Nggak tau, nggak denger apa apa.” Ia masih berusaha menarik tanganku. “Semalem aku cuma dengar suara kamu panggil panggil namaku.”“Ck!” Kucubit tangannya y
last updateLast Updated : 2023-07-30
Read more

Bab 133

“Itu nama kantornya, Kak. Kayaknya di daerah ....”Aku tak lagi menyimak dengan jelas penjelasan Candra.My Freya! Sempurna sudah hancurnya mood-ku hari ini.Hingga sore hari, aku belum jua ingin beranjak pulang. Keberadaan Imelda bahkan sudah tak kupedulikan lagi. Saat Iin mengabari bahwa wanita itu kembali mencariku ke butik, aku justru meminta Iin untuk memberi alasan bahwa aku sedang berada di luar.Ivan mengirim pesan tepat di waktu waktu di mana biasanya kami sudah pulang ke rumah tadi.[Udah pulang, Ay? Hati-hati berkendara, ya. Aku pulang agak malem kayaknya. Abis ini mau lembur dikit di kantor.]Aku memilih tak membalas pesannya. Padahal rasa ingin tahuku justru membuatku tadi mengirim pesan ke Candra.[Udah nemu alamat My Freya, Dek?][Udah, Kak. Udah ketemu Kak Ivan juga ini.]Rupanya tak membalas pesannya membuat Ivan melakukan panggilan ke nomorku. Meski ragu, aku tetap menerima panggilannya.“Udah di rumah? Kok nggak bales pesan?”“Belum.”“Loh, masih di kantor, Ay? Kan
last updateLast Updated : 2023-07-30
Read more

Bab 134

“Yank.” Dengan mata terpejam Ivan menggumam di kursi penumpang depan. Dia memang akhirnya menumpang mobilku untuk pulang hari ini dan meninggalkan mobilnya terparkir di Twin House.“Ya.” Aku melirik sekilas, wajahnya terlihat lelah, dan mungkin saja memang jauh lebih lelah lagi setelah macam-macam tuduhan dan sangkaanku padanya tadi.“Kamu beneran lagi PMS ato gimana sih? Bisa bisanya hari ini jelaousnya segitu banget.”Duh! Dibahas lagi. Padahal aku merasa malu sendiri dengan tingkah lakuku hari ini.“Kenapa emang?”“Ya kalo beneran PMS ....” Dia membuka mata. “Sebelum kejadian, sebelum libur panjang lagi, kita nginep di luar, yuk.”Aku kembali melirik sekilas, kali ini dengan tatapan sinis.“Nggak jauh-jauh dari situ ya isi pikiran, Papi!”Dia tertawa, lalu kembali memejamkan mata. “Nggak tau, udah merem biar tidur. Ehh malah otaknya ke situ lagi ke situ lagi. Kayaknya kalo belum kesampaian belum bisa merem aku.”“Terus kenapa harus nginep di luar?”Dia memposisikan duduknya menghad
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

Bab 135

“Meski semewah ini, aku belum pernah berpikir bakal ngelakuin apa di kamar ini, Aya.”Ah, aku lupa. Selain pintar menghipnotisku, Ivan juga sangat ahli membaca isi pikiranku.“Bahkan waktu beli rumah ini, aku selalu bayangin gimana nantinya tinggal di sini sementara hatiku di sana, di rumah kita, bersama seluruh rasa tentangmu.”“Dih! Berlebihan. Kalo waktu itu jadi nikahin Gina terus tinggal di sini mana mungkin masih mikirin aku.”“Iya juga sih. Ngapain mikirin orang yang nggak konsisten. Katanya mau cerai, tapi ternyata balik lagi.”“Ck!”“Haha! Makanya jangan mancing. Aku ngajakin ke sini bukan buat bahas siapa pemilik rumah ini atau siapa yang milih rumah ini. Aku ngajakin ke sini karena aku tau kamar ini juga selera kamu banget, Ay. Malem ini nginep di sini, ya.”“Nggak, ah. Takut.”“Kan ada aku.”“Nggak mau. Kamar ini bukan milikku, dan aku nggak mau ngambil milik orang lain. Begitu pun yang udah jadi milikku, aku nggak mau diambil orang lain.”“Rumah ini aku yang beli, dan ata
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

Bab 136

“Loh, udah selesai, Sayang?”Ivan tengah asyik dengan ponsel di tangan ketika aku menyusulnya ke ruang tengah. Kami akan memenuhi undangan makan malam Imelda malam ini dan Ivan sedang menungguku selesai berdandan di sofa ruang tengah. Pria dengan setelan pakaian resmi itu segera berdiri begitu melihatku datang menghampiri.“Wow! Cantik. Selalu cantik, Aya.” Dia berbisik di dekat telinga.Dan aku ... momen-momen seperti ini selalu saja membuatku melow. Dalam hidpuku, aku pernah berada dalam situasi yang sebaliknya. Waktu itu, cara Mas Adam menghina setelah menungguku dengan tak sabaran.“Nah, kan! Kamu ini selalu aja gini kalo dipuji. Ck!” Jemari Ivan bergerak menyentuh sudut mataku, kurasa ada tangis yang tak dapat kusembunyikan di sana. “Aku nggak suka ngeliat kamu gini, Aya. Aku tulus muji kamu, bukan untuk bikin kamu ingat hal-hal yang nggak enak, yang bikin kamu nangis.”“Maaf, Pi. Aku Cuma terbawa suasana.”Hal seperti ini memang sudah beberapa kali terulang dalam kebersamaan kam
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more

Bab 137

Hampir sepanjang pesta, Ivan terus saja menggandeng tanganku. Sementara aku tahu persis bahwa Imelda – sang pemilik pesta ini juga terus saja memperhatikan kami. Jangan lupakan tatapan dari sudut lain, Mas Adam yang sepertinya datang dengan rekan kerjanya, karena aku bisa mengenali salah satu dari mereka.Pesta ini rupanya digelar untuk metayakan kembalinya Imelda ke Indonesia setelah lama menetap dan membangun bisnis di luar negeri, itu yang terucap dari ayah Imelda saat bersulang dengan tamu-tamunya. Dan entah hanya perasaanku saja, aku merasa ayah Imelda pun berkali-kali melirik ke arah kami, atau mungkin saja hanya ke arah Ivan.“Udah bilang ke Imel, belum?” tanyaku ketika mulai merasa risih berada di tengah pesta.“Belum. Nggak enak lah ajakin ngobrol pas papinya lagi ngomong tuh.” Ivan menjawab. “Kenapa, Sayang?” tanyanya, kurasa ia melihat kegelisahanku.“Aku nggak nyaman di sini.”Kurasakan pria ini meremas tanganku di bawah meja. “Sebentar aja. Abis ini kita pulang. Kalo ngga
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more
PREV
1
...
4041424344
...
48
DMCA.com Protection Status