Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 391 - Chapter 400

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 391 - Chapter 400

476 Chapters

Bab 107

PoV CahayaSemalam aku masih ingat tertidur di sofa karena kelelahan menunggu Ivan menjemput Kak Dian sekeluarga. Lalu saat terbangun, ternyata aku sudah berada di tempat tidur empuk nan nyaman, dengan lelaki tercinta yang sedang menatapku.“Aku ngantuk banget.” Meski merasa Ivan sedang menatapku dalam, tetapi aku sudah teralalu lelah dan mengantuk untuk sekadar berbincang atau menanyakan kabar Kak Dian padanya.Lelaki tercinta itu mengusap pipiku, mengecup kening lalu sesaat kemudian membawa tubuhku ke dalam ceruk yang dia buat. Lengan dan kaku yang melingkupiku membuat aku kembali terbuai mimpi. Selalu sangat nyaman berada dalam dekapan lelaki ini.Sayangnya pagi harinya terasa sangat berbeda. Di saat aku dengan bersemangat bangun lebih dulu agar secepatnya bertemu Kak Dian setelah dua minggu mereka semua berada di Singapura, ternyata pagi itu aku mendengarkan kabar yang membuatku harus menelan ludah berkali-kali.“Semalam Tari dan Wira juga nginap di rumah ini, Aya. Mereka ada di k
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more

Bab 108

“Kok basah sih rambutnya? Semalem kan kita nggak ngapa-ngapain,” potesnya.“Tadi keringetan abis joging dengan Kak Dian.”“Ya udah, duduk diem di situ. Biar kukeringkan.”Aku membiarkan saja ketika tangannya mulai mengeringkan rambutku dengan handuk kecil yang dipintanya dari Bik Jum tadi.“Nggak pake hair dryer?”“Lagi males,” jawabku.Kia yang berlarian keluar masuk ke dalam rumah membuatku kewalahan menyuapi gadis kecil itu. Pengasuhnya memang sedang cuti sehingga beberapa hari pengasuhan Kia benar-benar kuurus sendiri. Bocah itu kembali datang padaku beberapa saat kemudian, dengan seorang bocah lain bersamanya.Wira!Bisa kulihat dengan jelas bagaimana mata Ivan berbinar-binar melihat kedua buah hatinya di saat bersamaan. Dia segera meletakkan handuk lalu merentangkan tangan menyambut keduanya, sayangnya hanya Kia yang datang menghambur ke dalam peluknya.Aku membiarkannya menikmati pemandangan pagi ini di taman belakang, membiarkannya menatap bergantian pada anak perempuan dan an
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more

Bab 109

Sebuah restoran yang menyajikan menu makanan timur tengah menjadi tujuan kami semua malam ini. Tak henti-hentinya aku berterima kasih pada Kak Dian karena tahu persis bahwa kakak iparku ini memilih restoran ini demi ibuku. Karena setelah sekian lama turut menjadi ‘anak ibuku’, Kak Dian sudah banyak memahami ibu.Wajah ibuku pun tak kalah semringahnya, berkumpul bersamaku dan kedua adik kembarku malam ini, juga Kak Dian dan keluarga kecilnya, membuat kami malam ini menjadi tim yang lengkap.Dan bayi besarku ... jangan ditanya seperti apa wajahnya malam ini. Selalu memesona meski dia jarang berada di sisiku dan lebih memilih mepet ke ibuku. Momen yang juga kugunakan untuk lebih dekat ke kedua adik kembarku mengingat belakangan ini kami bertiga jarang sekali mengobrol dekat karena kesibukan masing-masing.Dari Cindar, kudengar cerita tentang hubungan seriusnya dengan salah seorang rekan sejawatnya. Hal itu rupanya yang membuatnya kembali ke kota ini setelah pengabdiannya di pedalaman. Da
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Bab 110

“Aya? Ngapain di sini?”Huhh! Aku menelan ludah. Mas Adam tiba-tiba saja muncul di depanku.“L-lagi makan malam,” jawabku gugup, tetapi menatapnya.“Maksudku ngapain di depan toilet? Ini toilet pria.”Ah, iya. Aku lupa.“Aku ....”“Hey! Kenapa nyusul ke sini?” Beruntung Ivan datang dan segera menghampiriku.“Loh ... Adam?!” sapanya kemudian pada sahabatnya. “Di sini juga? Sama siapa?”Kulihat Mas Adam menggaruk tengkuknya. “Iya, lagi dinner bareng Nindya.”“Oh, ya udah. Kita duluan, ya.”“Ayo, Sayang.” Lengan kokoh itu merangkul pundakku, membawaku menjauh dari toilet.“Kita ke mana?” tanyaku saat menyadari bahwa lelaki ini menggiring bukan ke arah meja kami tadi.“Temanin bentar.” Dia merus menggiring langkahku dalam rangkulannya hingga kami berdua tiba di parkiran. Suara remote kunci mobilnya berbunyi. “Masuk.” Senyumnya tipis sekali saat membuka pintu depan untukku.Ragu-ragu, aku tetap mengikuti keinginannya. Tadinya kupikir Ivan akan memutari badan mobil dan duduk di kursinya, te
last updateLast Updated : 2023-07-18
Read more

Bab 112

Ada Mas Adam di meja kami sewaktu aku dan Ivan kembali bergabung. Lelaki itu hanya melirik sekilas saat kami berdua tiba di sana, tentu saja dengan genggaman tangan Ivan yang mencengkram jemariku. Mas Adam terlihat berbincang santai dengan ibu dan Candra.Aku insecure.Kurasa Ivan tak main-main dengan kalimatnya itu, karena jemariku terasa semakin erat dalam genggamannya saat ia melihat keakraban ibu dan adikku dengan Mas Adam. Memang hanya aku yang tahu bagaimana kedekatan keluargaku dulu pada Mas Adam, dan kurasa itu tak berubah meski kami telah bercerai. Sama sepertiku pada Mama Indah. Kejadian di villa waktu itu memang pernah membuat ibuku begitu marah pada Mas Adam, tetapi yang aku tahu, Mas Adam dan Mama Indah pun sudah berkali-kali datang meminta maaf pada ibu meski aku sendiri waktu itu masih trauma.Beberapa kali kulihat Mas Adam tertawa kecil ketika mengobrol dengan ibuku, sebelum kemudian berpamitan pada kami semua lalu kembali ke meja di sudut resto di mana Nindya sedang m
last updateLast Updated : 2023-07-19
Read more

Bab 113

Selesai menyusut tangis, setelah perdebatan ‘seandainya’ tadi, Ivan membuka pintu mobil lalu berjalan memutari badan mobil.“Tukeran lagi, biar aku yang nyetir,” katanya setelah membuka pintu.“Udah nggak mual?” tanyaku.“Masih, tapi bisa ditahan kok.” Dia menarik lenganku lembut, membantuku keluar dari mobil. “Dari pada nyuruh kamu yang nyetir, takut kenapa kenapa.”Aku tertawa lepas ketika merasakan usapannya lagi di perutku.“Terserah,” jawabku sambil memutar bola mata. Rasanya menyesal kenapa tadi pikiran ‘sedang hamil’ itu tiba-tiba muncul di kepalaku, padahal aku tak merasakan perubahan apa pun pada tubuhku layaknya orang yang sedang hamil.“Tidur aja, Sayang. Ntar sampai rumah kubangunin, kamu harus banyak istirahat.”Oke, kurasa lelaki tercinta ini mulai berlebihan. Dan memang sebaiknya aku tidur saja agar tak semakin risih mendengar ucapan ucapan ajaibnya.Udara dingin dari embusan AC mobil dan lantunan music lembut dari tape mobil yang sesekali diiringi siulan atau senandung
last updateLast Updated : 2023-07-20
Read more

Bab 114

“Sedekat apa? Terus apa maksudnya nggak percaya kita udah nikah?” Aku tak membiarkannya menyelesaikan kalimat.“Ayaaa ... tenang deh, Sayang.”“Dih! Gimana mau tenang denger suami disapa mesra sama perempuan cantik, mana tangannya lembut banget lagi.”“Hah?!”“Iya! Tangannya lembuut banget. Kamu pasti tau, kan?”“Loh, kok aku?”“Kan mantan pacar kamu! Pasti udah pernah pegangan tangan, kan?” tanyaku berapi-api.“Pasti udah pernah ciuman juga, kan?” Kali ini suaraku melemah, tak sanggup mendengarkan jawabannya tentu saja.Akan tetapi, lelaki yang tetap berkonsentrasi menyetir itu justru tertawa.“Kamu pikir aku ngapain, Ay? Selama pacaran sama orang lain, aku nggak pernah kepikiran megang tangan, apalagi sampai ciuman. Paling cuma makan bareng, atau teman cerita.”Dia tersenyum tipis. “Sama kamu doang yang bikin aku selalu pengen meluk, curi-curi nyium kening, pura-pura bertamu tengah malam dengan alesan mau nengokin cedera kakimu padahal aslinya pengen ngeliat kamu dan dengar suara ka
last updateLast Updated : 2023-07-20
Read more

Bab 115

“Ay!” Suara itu mengusik tidurku.“Aya!” Aku membuka mata yang rasanya seperti lengket karena masih sangat mengantuk.“Aku nggak bisa tidur.” Ada embusan napas hangat yang menerpa pipiku, disertai dengan pelukan erat dari lengannya yang terbuka tanpa baju.“Ini jam berapa?” Mau tak mau aku memaksa membuka mata, lalu melirik jam digital di atas nakas. Jam tiga pagi, masih terlalu pagi untuk bangun kurasa, tetapi lelaki yang sedang menghimpitku dengan lengannya ini membuatku melawan rasa kantuk.“Nggak bisa tidur, Ay,” keluhnya lagi.“Kenapa, hmm?” Aku menoleh, mengecup pipinya sekilas.“Banyak pikiran.”Aku memutuskan menemaninya, mendengarkan embusan napas beratnya berkali-kali, juga ceritanya tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kedepannya.Tengah malam menjelang subuh, kami berdua tenggelam dalam pembicaraan serius. Berpelukan dalam selimut menerawang masa depan yang terbentang dengan segala tantangannya.“Aku mau buka butik di Twin. Boleh, ya? Iin dan yang lainnya akan
last updateLast Updated : 2023-07-21
Read more

Bab 116

“Eh! Nggak papa kan, Sayang?” Ivan meletakkan handuk lalu mengusap perutku.“Drama apa lagi ini ya Tuhan!” Kak Dian menepuk keningnya.“Aya hamil, Kak. Eh ... maksudnya kemungkinan hamil.”“Hah!?” Kak Dian melotot. “Beneran, Ay?” Wanita itu menghampiriku.“Ngg-nggak, Kak. Ehh ... maksudnya belum tau, tapi kayaknya nggak deh, Nggak ngerasain apa-apa soalnya.”“Lah terus kenapa ni anak tadi bilang Aya hamil?”“Cuma dugaan aja, Kak.” Lalu kuceritakan bagaimana tadi malam Ivan merasa mual lalu tiba-tiba saja pemikiran itu muncul di kepalaku.Lelaki yang sedang kubicarakan itu sendiri sedang menjauh dari kami ketika teleponnya berdering. Dari sofa tempatku duduk, bisa kulihat dia sedang berbicara di telepon dengan ekspresi marah dan tegang, meski aku tak bisa mendengarkan apa yang dibicarakannya.“Waktu baru balik dari Maldives juga Ivan muntah-muntah, Kak.” Aku menjelaskan lagi ke Kak Dian.“Oohh ... kalo itu sih dia emang gitu, Ay. Kalo lagi banyak beban pikiran, lagi stress, ya gitu mua
last updateLast Updated : 2023-07-21
Read more

Bab 117

Selain pesan dari Tari, Candra adikku juga datang ke rumah hari ini setelah tahu keputusan Ivan adalah mundur dari kasus ini. Candra yang datang bersama ibu dan kembarannya membuat rumah kami ramai oleh hebohnya Kia dan Cindar. Kini aku mengerti mengapa Ivan memilih langkah ini, memilih mengorbankan nama baiknya. Karena jika saja kasus ini berlanjut, mungkin akan ada yang berubah dari kehangatan keluargaku.“Kak Ivan sudah banyak sekali berkorban, banyak sekali dirugikan oleh keadaan ini. Aku janji akan bantu Kak Ivan bangkit.”Itu yang dijanjikan Candra padaku. Adik bungsuku yang kini sudah dewasa, yang kabarnya sudah memiliki nama di bidang yang digelutinya. Menurut ibuku, dengan ditutupnya kasus ini, Candra berencana akan melamar Lisa – perawat yang dulu disewa Ivan untuk merawat ibu. Kabar yang belakangan kudengar, Candra dan Lisa menjalin hubungan serius.Sebagai seorang kakak, aku tak serta merta melepaskan Candra dari tanggungjawabnya. Keterlibatannya meski tanpa kesengajaan te
last updateLast Updated : 2023-07-22
Read more
PREV
1
...
3839404142
...
48
DMCA.com Protection Status