Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 381 - Chapter 390

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 381 - Chapter 390

476 Chapters

Bab 97

Aku bergidik lalu kemudian menetralkan hatiku ketika menyadari Candra sedang menatap ke arah kami.Kuikuti langkah lebarnya setelah mengambil buah-buahan di bagasi mobil Ivan sementara dia menyapa Candra dan terlibat pembicaraan. Wanita yang dipanggil Bude oleh Tari dan anak-anaknya menyambut kami di depan pintu dengan ramah. Aku sendiri tak tahu apa hubungan Tari dengan wanita ini, tetapi aku bisa melihat dari sorot matanya, betapa Bude menyayangi Tari dan anak-anaknya.Kabar yang didengar Ivan ternyata benar, putra bungsu Tari memang sedang sakit. Aku begitu tersentuh ketika melihat bagaimana tubuh mungil itu tak berdaya di atas tempat tidur dengan sehelai kain kompres di keningnya.“Udah berapa hari, Bude? Udah dibawa ke dokter belum?” tanyaku dengan tangan terulus merasakan kulit bocah itu.“Sudah di bawa ke puskesmas terdekat, Bu. Cuma kalo pengaruh obatnya habis ya anaknya demam lagi. Ini sudah hari ketiga.”Aku terenyuh. Tentu saja bocah ini tak mendapatkan fasilitas seperti ya
last updateLast Updated : 2023-07-09
Read more

Bab 98

Kafe Red terasa mencekam bagiku padahal kafe bernuansa modern dan instagmable itu cukup ramai. Berkali-kali aku harus menarik napas panjang, mengisi paru-paruku dengan udara sebelum menghembuskannya kembali dengan berat. Candra pun kulihat berkali-kali melirik dengan ekor matanya.Aku takut, aku masih gemetar. Bayangan Mas Adam dengan jamahan dan suaranya yang menjijikkan di villa masih memenuhi kepalaku, namun sebuah pesan dari Ivan saat dalam perjalanan tadi sedikit membuatku percaya diri.[Semangat, Sayang. Aku nggak suka ngeliat rasa takutmu saat berhadapan dengannya. Cahayaku pasti bisa!]Untuk semua pengorbanannya, rasanya tak adil jika aku masih membawa-bawa rasa takut dan traumaku, meski aku tak tahu bagaimana reaksinya nanti saat kejadian di villa kembali di ingatannya. Karena untuk menghindarkanku dari rasa trauma, ia bahkan rela menjual properti kebanggaannya itu.[Aku nyusul segera.]Dua pesan itu membuat langkahku sedikit lebih ringan. Ivan orang yang selalu ada untukku m
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

Bab 99

“Setelah kita berpisah ... pernah kah sekali saja kamu menyesali perceraian kita, Aya?”“Nggak.” Aku bahkan tak butuh waktu untuk memikirkan jawabannya.Pria di depanku menghela napas kasar.“Penyesalan memang selalu datang belakangan, Aya. Mungkin jika kamu tak memilih pergi dariku, sampai saat ini aku belum menyadari bahwa aku memiliki rasa untukmu. Rasa yang selama ini tertutupi oleh keegoisanku. Tapi bagaimana pun, hal itu harus tetap kusyukuri, bahwa aku akhirnya menyadari perasaanku padamu meski kau bukan lagi milikku.”Mas Adam menjeda kalimatnya, sementara aku merasa tak ada lagi yang perlu kubicarakan dengannya.“Jangan tanya alasanku mencintaimu setelah menyia-nyiakanmu, Aya. Karena cinta tak butuh alasan apa pun.”Keningku bertaut menatapnya. Lelaki ini dulu begitu kuharapkan, merasa ia adalah masa depan dan padanya seluruh restuku berada, tetapi kini takdir berkata lain.“Aku nggak akan pernah bertanya, Mas. Karena sepanjang hidup denganmu dulu aku sudah setiap saat memper
last updateLast Updated : 2023-07-12
Read more

Bab 100

PoV Ivan.Dalam perjalanan ke rumah sakit dengan Bude dan seorang bocah yang sampai sekarang tak kuketahui namanya di kursi belakang, sejujurnya perasaanku sedang tak menentu. Melepas Aya menemui Adam tentu saja menimbulkan rasa ragu di dalam dadaku meski aku telah menyuruh Candra menemani dan sekaligus memastikan agar dia menemani dan mengawasi kakaknya sampai selesai.Banyak hal yang membuatku takut. Terus terang saja masih banyak yang mengganjal dari hubungan kami bertiga. Aku, Aya dan Adam. Hal yang paling membuatku penasaran adalah ekspresi menggigil Aya ketika membicarakan mantan suaminya itu. Maka membiarkannya datang menemui Adam kali ini membuatku terus kepikiran, bagaimana jika nanti Aya menggigil di sana? Apakah Candra benar-benar mengawasi sesuai perintahku tadi? Mungkin aku salah, mungkin seharusnya Candra yang kusuruh mengantar Bude ke rumah sakit tadi.Suara tangisan bocah dari kursi belakang membuatku melirik ke kaca spion di atas kepala, di belakang kulihat Bude sedan
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Bab 101

“Kak ... makasih udah seperhatian itu ke anak-anakku.”Aku menelan ludah, tak menyadari bahwa ponsel Bude masih terhubung dengan panggilan video yang kali ini menampakkan wajah Tari. Huft!Aku hanya menanggapi dengan anggukan sebelum menutup pintu lalu kembali ke belakang kemudi.***Bayangan kebersamaan Tari dan Kak Dian bersama Wira di sana sejenak menguasai pikiranku. Dari layar ponsel Bude tadi sebelum Tari menutup panggilan, aku masih mendengar suara Kak Dian mencandai Wira, juga bertanya beberapa hal pada Tari. Satu hal lagi yang terngiang di telingaku adalah ucapan terima kasih Tari padaku tadi.‘Kak ... Makasih udah seperhatian itu ke anak-anakku.’Kurasa Bude sengaja melaporkan ke Tari tentang hari ini. Tentang kami yang sedang dalam perjalanan memeriksakan anak bungsunya, tentang aku yang datang ke rumahnya tadi untuk menengok anaknya. Karena aku sama sekali tak mengatakan apa-apa tentang kedatanganku ke rumahnya hari ini, bahkan pada Kak Dian sekali pun.Jauh di lubuk hati,
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Bab 102

“Tadi ninggalin Bude gitu aja?” Aya bertanya setelah kami kembali dari toilet wanita di mana aku menungguinya tadi.“Hmmm.”“Kenapa ditinggalin sih? Kalo ada apa-apa gimana?”“Ada Toni, Ay.”“Tapi kan posisinya belum ada di sana tadi. Aku nggak kebayang gimana kebingungannya Bude di sana ditinggal sendirian mana ngurusin anak kecil yang lagi rewel.”Aku menatap matanya, tak ada kebohongan di mata Aya, dia memang terlihat mengkhawatirkan seorang bocah yang sedang sakit dan dijaga oleh wanita paruh baya.“Jangan terlalu perhatian, Aya.” Aku menarik pinggangnya.“Maksud kamu?”“Aku takut ada orang-orang yang menyalah-artikan perhatianmu.”Tidak. Bukan perhatian Aya yang kemungkinan disalahartikan, tetapi perhatianku yang kukhawatirkan yang membuat orang lain salah mengartikan.Bukan. Bukan orang lain, tetapi Tari, ibu dari bocah yang sedang aku dan Aya bicarakan.Ahh ... sungguh cara bicara Tari tadi membuatku merasa tak nyaman sekaligus merasa takut.‘Makasih udah seperhatian itu pada a
last updateLast Updated : 2023-07-14
Read more

Bab 103

“Woww! Aya ....” Aku masih menatapnya redup, tak rela tautan kami terurai begitu saja.Dengan sisa kesadaranku, kulanjutkan laju kendaraan yang kali ini melaju sedikit lebih lambat, karena sebagian pikiranku masih larut dalam ciuman yang memabukkan tadi.“Lunas kan yang di kafe tadi,” katanya.“Hmm. Lunas. Dibayar dengan yang jauh lebih amoral, karena ciumanmu antrean kendaraan di belakang kita jadi tertahan tadi.”Wanita cantik di sampingku tertawa.Dan tawa itu terdengar seperti sebuah lantunan irama yang indah yang tertangkap oleh pendengaranku.“Aku normal nggak sih, Ay?” tanyaku.“Kenapa emang?”“Dengan kamu ketawa aja senang banget rasanya. Bahagiaaa ... ademmmmm ... kayaknya Kak Dian bener, ya. Aku bucin berat sama kamu.”Usapan di rahang sebelah kiri membuatku menoleh sekilas, dan senyuman itu tertangkap oleh mataku.Cantik banget, Tuhan! Dan mahluk cantik ini adalah milikku.Sepanjang perjalanan hingga tiba di rumah sakit, mataku tak pernah lepas menatapnya. Ciuman panasnya d
last updateLast Updated : 2023-07-14
Read more

Bab 104

Meski sudah hampir tengah malam, tetapi ternyata lalu lintas menuju ke rumah dari bandara tetaplah macet. Bang Malik yang duduk di kursi penumpang depan sudah terdengar mendengkur sambil memeluk anak bungsunya. Bisa kupastikan hal yang sama juga terjadi pada penumpang di kursi belakang karena hening menguasai sepanjang perjalanan kami. Sepertinya apa yang dikatakan Bang Malik tadi benar adanya, mereka semua kelelahan setelah tertahan di bandara Changi ber-jam-jam menunggu jadwal penerbangan. Dan kurasa keputusan mengajak Tari dan Wira ke rumah pun adalah keputusan mendesak dari Kak Dian dan Bang Malik.Aku meraih ponsel di atas dashboard saat mobil tengah berhenti di lampu merah, ternyata ada beberapa pesan dari Aya yang masuk satu jam yang lalu, mungkin saat aku dan yang lain masih sibuk memilah bagasi.[Udah landing, Pi?][Kok lama?][Padahal udah kangen Kak Dian pengen berbagi cerita.][Udah di mana, Sayang?][Aku bosan nunggu. Hiks.]Deretan pesan yang masing-masing berjeda bebera
last updateLast Updated : 2023-07-15
Read more

Bab 105

“Ay ....” Aku berbisik di dekat telinganya. Biasanya Aya akan selalu merespon jika seperti ini, namun sepertinya ia benar-benar tertidur pulas, mungkin karea memang kelelahan menungguku pulang menjemput Kak Dian. Apalagi sore tadi dia memang menghabiskan waktu di taman belakang yang menjadi tempatnya menyalurkan hobi berkebunnya.Aku menatapnya lama, menikmati wajah lelap dengan dengkuran halusnya. Anak-anak rambut yang jatuh di kening Aya kembali kurapikan. Huhh! Semoga kehadiran Tari di rumah ini tak membuat wanita kesayanganku ini marah esok hari, karena aku sungguh tak ingin melihatnya marah walau hanya sekadar cemberut. Suara ponselku di atas nakas membuatku menoleh, juga membuat Aya menggeliat sebentar sebelum kembali pulas.Kak Dian? Alisku bertaut, antara heran dan kesal.“Ada apa?!” Aku menjawab telepon.“Yeile! Nih anak minta dislepet emang. Nggak ada sopan sopannya sama yang lebih tua.” Kak Dian mengomel.“Kakak sih, tadi katanya udah kecepean, udah ngantuk berat. Ehh sekar
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

Bab 106

“Aku tau, Pi. Ada tamunya Kak Dian, kan?”Aku mematung menatap matanya.“Aya ...,” panggilku lirih, aku masih menunggu reaksinya takut-takut.“Aku tau, tadi pagi Kak Dian udah cerita banyak ke aku. Bik Jum juga pagi-pagi udah ngejelasin kalo ada tamunya Kak Dian.”Aku terdiam, teringat bagaimana semalam menjelaskan singkat kepada Bik Jum bahwa Tari dan Wira adalah tamu Kak Dian. Rupanya penjelasan asal asalanku ke Bik Jum menjadi salah satu penyelamatku pagi ini. Selamat dari tatapan marah atau cemburu Aya.Aku tersenyum.“Nggak usah senyum-senyum,” katanya.“Makasih, Sayang. Tadi malam itu ....”Aku menghentikan bicara ketika Aya meletakkan telunjuk di bibirku.“Nggak perlu ngejelasin apa-apa. Aku udah dengar semua dari Kak Dian. Semuanya. Dan aku percaya Kak Dian nggak mengarang cerita. Nggak perlu ngejelasin apa-apa lagi supaya kamu nggak terus menerus nyebut nama dia dengan penjelasanmu.”Ah, manisnya mahluk ini.“Sini peluk.” Kurasa pelukan adalah satu-satunya hal yang ingin kula
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more
PREV
1
...
3738394041
...
48
DMCA.com Protection Status