Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 401 - Chapter 410

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 401 - Chapter 410

476 Chapters

Bab 118

“Aku nggak bisa jelasin apa-apa. Tapi kamu harus ikut aku sekarang, Aya!”Sisanya, aku hanya mematung melihat Mas Adam menjelaskan sesuatu ke Candra. Lalu kemudian adikku itu membujukku pembicaraan singkat mereka.“Kita ikut Mas Adam, Kak. Kak Aya nggak usah khawatir, aku ada dan akan ngelindungin Kakak dari apa pun.”Mata Candra kutatap penuh harap.“Apa pun.” Candra meyakinkan.***Rumah tanpa pagar yang cukup besar yang letaknya terpisah dari deretan rumah-rumah lainnya menjadi tujuan kami setelah tadi Candra mengajakku ikut ke mobil Mas Adam. Aku masih menerka-nerka untuk apa kami ke sini saat mendengar suara pukulan yang cukup keras disusul suara batuk-batuk dan napas tersengal dari dalam rumah.“Hentikan, Van! Kalo dia mati gimana?”Aku segera masuk demi mendengar seseorang menyebut nama Ivan. Dan pemandangan itu tersaji di depan mataku sesaat setelah pintu kubuka. Seseorang meringkuk di lantai memegangi perut, dengan sudut bibir dan area hidungnya terlihat berdarah.Napasku ber
last updateLast Updated : 2023-07-22
Read more

Bab 119

Luka-luka Ivan tak memang tak memerlukan perawatan intensif, berbeda dengan Toni yang kudengar dari pembicaraannya dengan Supri tadi harus menginap di rumah sakit karena beberapa luka serius di tubuhnya. Membayangkan sosok yang terkapar di lantai saat aku tiba di lokasi kejadian tadi, kurasa sangat wajar Toni mendapatkan perawatan intensif.Beberapa petugas dari kepolisian juga mendatangi kami di rumah sakit dan membuat beberapa pasang mata di ruang UGD terus menatap penuh tanya. Aku sendiri sebenarnya sudah gemetar melihat beberapa petugas berseragam yang datang, namun saat berhadapan dengan Ivan, petugas petugas itu justru terlihat bertanya dengan santai dan justru lebih terlihat seperti bercengkrama dengan Ivan yang masih berada di ranjang pasien.Saat para petugas selesai dengan pekerjaannya dan meninggalkan ruangan, aku buru-buru kembali menutup tirai demi menghindari tatapan mata dari sekitar.“Kenal di mana sama bapak-bapak polisi tadi?” tanyaku penasaran.Ivan yang sedang mena
last updateLast Updated : 2023-07-23
Read more

Bab 120

“Maafin aku, Kak. Aku nggak ....”“Maaf, Tari. Aku udah nggak butuh penjelasan apa pun. Aku sudah mengambil keputusan ini, jadi nggak perlu lagi membahasnya.”Tari menunduk.“Sebaiknya kamu pulang.”“Aku janji akan bantu Kak Ivan bangkit kembali untuk menebus semua kesalahanku kemarin.”“Nggak, Tari. Kalo mau bantu, aku hanya minta satu hal ke kamu. Jaga Wira baik-baik, karena tanganku nggak bisa selalu sampai ke dia. Aku nggak bisa selalu ada untuk dia.”Wanita di depanku kembali menggigit bibirnya.“Oiya, satu lagi. Salam untuk Wica, dia anak yang lucu.”Ingatanku melayang pada sosok anak bungsu Tari. Saat menjenguknya di rumah sakit bersama Ivan waktu itu, anak kecil itu memang terlihat nyaman di dekat Ivan.Kurasa ada senyum di bibir Tari. “Wica juga sering nanyain Kak Ivan, katanya Om yang waktu itu bawa ke dokter, yang dipanggil ayah sama abangnya. Kayaknya dia ingat pas kita video call waktu itu.”Aku terbelalak menatap wajah penuh perban yang terbaring di ranjang. Dengan spont
last updateLast Updated : 2023-07-23
Read more

Bab 121

“Ay, kata Ivan kamu mau buka butik lagi. Bener, nggak?” Kak Dian yang memang meneleponku sepanjang hari ini kembali menelpon setibaku dan Candra di rumah.“Iya, Kak. Rencana mau buka di Twin.”“Oh gitu. Ivan juga mau berkantor di sana sementara, kan?”“Rencananya gitu, Kak.”Ada tawa yang terdengar dari speaker ponselku. “Gue nggak yakin dia bisa kerja maksimal kalo kalian deketan gitu, Ay. Bukannya kerja ntar malah ngerjain kamu mulu.”“Nggak, Kak. Kami janji akan sama-sama profesional.”Kak Dian masih berbasa-basi. Menurutnya hari ini dia sebenarnya ingin terbang dari Surabaya langsung memantau adiknya, tetapi kondisi tak memungkinkan. Sementara ponsel Ivan sedari tadi masih belum bisa dihubungi, makanya Kak Dian terus menerus menelepon ke nomorku untuk memantau adiknya.Aku juga bercerita bahwa Ivan tadi pergi dengan Mas Adam setelah menjalani perawatan di rumah sakit, juga bercerita tentang kekhawatiranku kalau saja malam ini ia harus menginap di kantor polisi karena kasus ini. Ak
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

Bab 122

Sejak kejadian perkelahiannya dengan Toni, Ivan berstatus wajib lapor. Firasat Kak Dian terbukti benar karena adiknya itu memang kembali ke rumah malam itu, meski akhirnya ia menghabiskan malam dengan berdiskusi panjang bersama kedua sahabatnya.Rencana untuk merenovasi Twin juga mulai berjalan. Ivan mulai merancang letak kantor dan butik nantinya. Aku pun mulai kembali menghubungi pelanggan-pelangganku dulu dan memperkenalkan beberapa racangan terbaruku. Sambil menemaninya memulihkan luka-luka, aku mengisi waktu dengan mengamati tren fashion terbaru lalu mencoba mendesainnya sesuai dengan ide yang ada di kepala.Demi membiarkannya beristirahat dan memulihkan kondisi, aku lebih memilih tidur di kamar Kia setelah memastikan bayi besarku itu tertidur pulas. Hal itu membuatnya beberapa hari protes karena terbangun pagi hari tanpaku di sampingnya. Akan tetapi, strategi membiarkannya beristirahat sendirian ini berhasil karena dua malam berturut-turut dia benar-benar memulihkan kondisi deng
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

Bab 123

Hal yang membuat semangat kerjaku kembali berkobar setelah sekian rencana kembali membuka butik adalah, ternyata ada beberapa pelanggan yang mulai aktif bertanya-tanya. Iin juga sudah kembali kurepotkan dengan berbagai persiapan pembukaan butik. Teman-teman Mama Indah yang dulu menjadi pelanggan juga muali aktif menanyakan banyak hal padaku. Koneksi Mama Indah ketika masih berkiprah di dunia politik memang membawa banyak sekali pengaruh bagiku dan butik.Itu jualah yang dulu membuat Mas Adam selalu mencibir karena merasa butikku tanpanya dan Mama Indah tak ada apa-apanya. Aku hanya bisa tersenyum getir ketika mengingat masa itu.Hari ini aku kembali membuka-buka desainku, rasanya ingin mempersembahkan yang terbaik saat nanti butik kembali buka. Dari pagi aku sudah memilih kursi taman belakang yang memang menjadi sudut favoritku di rumah ini untuk berpikir. Bukan saja hanya memikirkan pajangan utama di butik nanti, tetapi pikiranku juga sedang merancang bagaimana mendesain butik dan ka
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

Bab 124

“Ngasal deh, Ay. Waktu itu kan kita berdua juga honeymoon. Jangankan video call, megang hape aja jarang gara-gara megang kamu mulu.”“Lah, itu tadi katanya.”“Cuma sekali. Itu pun nggak sengaja. Kan waktu itu Kak Dian udah bilang kita nggak usah gangguin biar mereka konsen urus Wira di sana.”“Terus?”“Terus waktu nganter adiknya Wira ke rumah sakit, Bude pas nelpon Tari. Ya udah kesambung panggilan video dan aku nyapa mereka pas mereka lagi di rumah sakit waktu itu.”“Terus?”“Terus anaknya Tari denger pas Wira manggil aku ayah. Mungkin anak itu inget sampai sekarang.”“Terus?”“Terus ya udah gitu doang.”Dia menatapku kesal.“Terus kenapa itu dibahas mulu sama Tari?”Tawanya terdengar nyaring. “Udah jangan bahas yang nggak penting.” Lengannya kembali merangkulku.“Kak!!!” Aku memprotesnya ketika ia memeluk dengan kuat hingga posisi Kia sedikit terjepit.“Kamu lucu, Ay!”“Hah?”“Kalo lagi cemburu pasti manggilnya Kak.” Dia kembali tertawa.Meski kesal, tetapi aku tak bisa mengingkari
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

Bab 125

Twin House hari ini lebih ramai dari hari-hari biasa. Selain aku dan Ivan, juga Candra bahkan ibuku juga turut datang ke Twin House hari ini, masih ada beberapa pekerja yang nantinya akan merenovasi.“Nanti kalo sudah aktif bekerja lagi, jangan lupakan kewajibanmu ya, Nak.” Ibu memberi nasihat. “Ibu harap nggak ada badai apa pun lagi dalam hidup Aya, sudah cukup dengan keadaan ini, ibu senang liat Aya bahagia.”Di balik nasihat ibu, aku tahu wanita itu pun masih menyimpan trauma akan perceraianaku dulu. Ibu memang terbilang masih kolot, baginya perceraian adalah aib keluarga. Aku masih ingat bagaimana dulu ibuku begitu menolak kehadiran Ivan dan menutup komunikasi denganku setelah mengetahui rencanaku untuk berpisah dari Mas Adam.“Jangan lagi menampakkan kepalsuan seperti dulu dulu, Nak.”Ini juga nasihat yang tak hanya sekali kudengar dari ibuku. Kebahagiaan semu yang dulu nampak dari pernikahanku dengan Mas Adam ternyata begitu membuat ibu terpukul.“Nggak, Bu. Kali ini Aya bahagia
last updateLast Updated : 2023-07-26
Read more

Bab 126

Namun langkahku ternyata kalah cepat oleh Mas Adam yang juga bangkit menyambut istrinya. “Hai, udah nyampai? Bareng siapa tadi?” Lelaki itu berdiri menyambut.Aku mematung ketika menyaksikannya memeluk pinggang Nindya lalu menuntunnya tepat di hadapanku.“Soal proposal dan gimana teknisnya, kamu bisa nanya istriku, Van.” Mas Adam kembali menyambung pembicaraan setelah kami saling menyapa.“Nindya banyak pengalaman tentang proposal dan kontrak kerja rekanan. Kalau mau mulus jalannya, Nindya solusinya.”Diskusi berlanjut hingga petang. Dari pembicaraan bisnis ini, aku bisa melihat bagaimana kecerdasan Nindya masih mendominasi pembicaraan. Meski sudah resign karena permintaan suaminya, tetapi kecerdasan wanita itu masih sangat kentara. Terlihat sekali bahwa dua lelaki yang sedang mendengarnya bicara sedang terkagum-kagum oleh pemaparan Nindya.Dan aku ... pikiranku kembali terlempar ke masa lalu, ketika wanita itu bertamu ke rumah kami lalu berdiskusi panjang lebar dengan Mas Adam mengen
last updateLast Updated : 2023-07-26
Read more

Bab 127

Tawaku tak dapat kubendung setelah menjawab telepon ibu dari ponsel Ivan, sedangkan sosok yang membuatku terpingkal itu masih saja memasang wajah kekinya.“Ibu bilang apa?” tanyanya, kelihatan sekali dia ragu-ragu.“Katanya itu kenapa Papinya Kia marah marah.”“Ayaaa ... please, jangan bercanda. Aku malu.”Aku tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa melihatnya menggaruk tengkuk yang kuyakini tidak gatal.“Makanya kalo ngomong liat liat dulu. Bukan cuma kamu, aku juga jadi malu sama Ibu!”“Ya maaf, abis ganggu konsentrasi banget tadi itu.”Konsentrasi? Entah konsentrasi seperti apa yang dimaksudnya hanya untuk sebuah ciuman.“Kata Ibu, Kia-nya biar nginap di rumah ibu aja malam ini.”“Ya udah, kalo gitu yang tadi lanjutin di rumah aja. Mau pulang sekarang?”“Nggak! Masih nunggu Iin. Dia hebat banget, udah dapat orderan macem-macem padahal butik belum launching, untungnya pemasok langganan kita dulu juga masih nerima kerja sama. Iin kayakya lebih semangat deh aku buka butik lagi.”“Ya
last updateLast Updated : 2023-07-27
Read more
PREV
1
...
3940414243
...
48
DMCA.com Protection Status