“Maafin aku, Kak. Aku nggak ....”“Maaf, Tari. Aku udah nggak butuh penjelasan apa pun. Aku sudah mengambil keputusan ini, jadi nggak perlu lagi membahasnya.”Tari menunduk.“Sebaiknya kamu pulang.”“Aku janji akan bantu Kak Ivan bangkit kembali untuk menebus semua kesalahanku kemarin.”“Nggak, Tari. Kalo mau bantu, aku hanya minta satu hal ke kamu. Jaga Wira baik-baik, karena tanganku nggak bisa selalu sampai ke dia. Aku nggak bisa selalu ada untuk dia.”Wanita di depanku kembali menggigit bibirnya.“Oiya, satu lagi. Salam untuk Wica, dia anak yang lucu.”Ingatanku melayang pada sosok anak bungsu Tari. Saat menjenguknya di rumah sakit bersama Ivan waktu itu, anak kecil itu memang terlihat nyaman di dekat Ivan.Kurasa ada senyum di bibir Tari. “Wica juga sering nanyain Kak Ivan, katanya Om yang waktu itu bawa ke dokter, yang dipanggil ayah sama abangnya. Kayaknya dia ingat pas kita video call waktu itu.”Aku terbelalak menatap wajah penuh perban yang terbaring di ranjang. Dengan spont
Last Updated : 2023-07-23 Read more