Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 451 - Chapter 460

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 451 - Chapter 460

476 Chapters

Bab 168

“Ya ampun pasangan bucin ini bikin susah orang aja. Subuh-subuh udah bangunin orang.” Kak Dian membuka pintu dengan ekspresi kesal subuh ini.“Sorry, Kak.” Aku menanggapi setelah berbalas salam dengan kakak iparku itu.“Ini satu, kenapa masam gini mukanya?” Kak Dian menunjuk adiknya.“Masih ngantuk dia, Kak,” jawabku.“Lah, kalo ngantuk ngapain pulang subuh-subuh gini? Ganggu orang aja.” Kak Dian kembali memprotes.“Tuh! Aya.” Ivan menunjukku. “Ngotot minta pulang, katanya nggak bisa mandi air dingin.” Suaranya serak khas orang baru bangun tidur. Pria itu melewati Kak Dian begitu saja dan melangkah ke dalam rumah.“Mandi air dingin? Kalian dari mana emangnya?”Aku baru menyadari jika semalam hanya memberi kabar bahwa kami akan menginap di luar dan tak pulang ke rumah. Kak Dian yang semalam kutitipin Kia pun tentu saja menyetujui, apalagi setelah insiden di rumah Imelda semalam yang kurasa masih membuat wanita itu penasaran.“Dari House of Coffee, Kak,” jawabku lagi.Di depanku, Kak Di
last updateLast Updated : 2023-08-30
Read more

Bab 169

Di atas ranjang, Ivan masih tidur dengan sangat lelap. Napasnya naik turun dengan teratur. Perlahan aku menghampiri. Wajahnya terlihat menenangkan saat sedang terlelap seperti ini, dan memang pria ini selalu menenangkan. Ivan menggeliat sebentar saat aku mengusap pipinya.“Bangun, Pi. Udah subuh,” bisikku di telinganya, tetapi Ivan hanya menggeliat kecil.Kembali kutatap wajah menenangkan itu, wajah dari pria yang ternyata begitu diinginkan Imelda. Membeli rumah mewah Ivan dengan harga yang fantastis lalu mengkondisikan kamar utama di sana dengan Ivan di setiap sudutnya menggambarkan bagaimana besarnya keinginan Imelda untuk memiliki pria ini.“Kenapa kamu malah milih aku, Ivan?” Tanpa bisa kutahan, aku menggumam. Begitu banyak pilihan di sekitarnya, begitu banyak wanita yang menginginkannya, dan aku tak mengerti mengapa dia justru memilihku.“Padahal aku bukan siapa-siapa, tak ada satu pun yang membuatku lebih dibanding wanita-wanita di sekitarmu.” Aku kembali membelai pipinya, dan s
last updateLast Updated : 2023-08-30
Read more

Bab 170

“Kalo aku yang bikin, Papi nggak suka, ya?” tanyaku ketika melihat Ivan sibuk meracik kopi, minuman kesukaannya.Dia menoleh lalu tersenyum manis, khas Ivan banget.“Bukan nggak suka, Sayang. Cuma nggak mau ngerepotin kamu aja.” Dia meraih pinggangku. “Gimana Kia?” tanyanya, sebab aku memang baru saja keluar dari kamar putri kami lalu menujunya.“Masih tidur lelap, Pi. Tapi kata Mbak Ri semalam nggak rewel, nggak nyariin juga.”Dia masih tersenyum. “Kayaknya Kia tau Papi Maminya lagi usaha bikinin adik, makanya nggak rewel.”“Bikin mulu! Jadi juga nggak!” Suara dari arah belakang kami, aku dan Ivan sudah tahu persis itu suara siapa.“Good morning, Kak Dian yang cantik.” Ivan melepas pelukannya di pinggangku, lalu menghampiri kakaknya. Aku tersenyum menyaksikan Ivan yang ternyata bukan hanya bermanja padaku tapi juga pada kakak kandungnya. Dia menunduk mencium bahu Kak Dian hingga ke lengannya.“Dih! Sana! Udah punya istri masih kek gitu ke gue aja lu!” Kak Dian menegur, tetapi Ivan ju
last updateLast Updated : 2023-09-02
Read more

Bab 171

“Cahaya!” Aku baru saja hendak meninggalkan butik ketika sebuah panggilan yang sudah sangat kukenali terdengar dari arah parkiran.“Eh, Hendra!”Aku menoleh dan mendapati pria yang baru saja memanggil namanya dengan ciri khasnya itu melangkah menujuku. “Mau ke butik?” tanyaku lagi.“Bisa iya, bisa nggak sih.” Pria itu menjawab.Aku menautkan alis. “Kok gitu?”“Tergantung majikanku hari ini, Cahaya.” Hendra tertawa sambil menunjuk ke arah lain.“Oh, hai ... ada Rubby juga?” Aku segera menyapa gadis yang baru saja ditunjuknya.“Hmm. Dia jadi majikanku hari ini, jadi harus nurutin semua kemauannya.”“Kok gitu?” Aku tertawa.“Kemarin dia dapat juara satu lomba fashion show tingkat nasional, makanya hari ini ngebajak seharian nemanin dia.”Aku tersenyum lalu memberi selamat pada gadis muda penerus Rubby Agency itu.“Wah, enak dong jadi majikan seharian ini. Tapi kok malah ke sini? Kalo aku jadi Rubby sih seharian ini kuajak ke Mall ngeborong semua.”Hendra dan putrinya sama-sama tertawa.“N
last updateLast Updated : 2023-09-03
Read more

Bab 172

“Ck! Berlebihan!” Aku mencubit pinggangnya.Akan tetapi, cerita Rubby tadi sedikit banyak mempengaruhiku, sebab saat ayah dan anak itu berpamitan padaku dan Ivan, aku menatap mata Hendra lebih seksama. Ya, seperti ada yang ingin disampaikannya lewat tatapan itu, tetapi tentu saja dia hanya sebatas menatap mataku lalu berpamitan dan mengucapkan terima kasih karena Rubby sudah mulai melanjutkan cita-cita mamanya.***“Sejak kapan ada di sini, Pi?” tanyaku sesaat setelah Hendra dan Rubby berlalu.“Sejak kamu dan anak ingusan itu ngobrolin bapaknya.”Duh! Orang ini lagi mode kesal rupanya.“Ayo ke ruangan.” Dia menarikku.Buru-buru kuberikan perintah pada Iin untuk mengemas pesanan Rubby tadi lalu mengikuti langkah Ivan ke bangunan utama.“Kopi hitam dan strawberry smoothie antar ke ruanganku,” katanya saat melintasi kafe yang tengah ramai-ramainya, memberi perintah pada salah satu karyawannya di sana.Lalu saat tiba di depan pintu ruang kerjanya, Ivan menarik setengah menyeret, ini juga
last updateLast Updated : 2023-09-03
Read more

Bab 173

Tangan yang baru saja membelai rambutku itu kupegang dan kutahan sekuat tenaga. Beberapa menit yang lalu Ivan sudah membuat tamunya yang baru saja muncul di depan pintu babak belur oleh kepalan tinjunya. Membuat suasana di Twin House menjadi ramai ketika beberapa karyawan datang menghampiri ketika mendengar keributan kecil di sana. Beruntung Byan – salah satu karyawan andalan Twin House dengan cekatan meredam suasana agar tidak bertambah ramai. Sementara Candra datang dan dengan sigap berusaha melerai keributan. Sepuluh menit yang lalu, ketika Ivan membuka pintu. Imelda dan ayahnya berdiri di sana dan membuat lelakiku itu tak dapat menahan emosinya. Entah berapa kali pukulan tinju diarahkan pria itu ke wajah lelaki paruh baya yang datang bersama putrinya, lalu kemudian Ivan meninju dinding tepat di samping Imelda ketika mengarahkan tinjunya pada gadis itu. Berkali-kali pula aku berteriak histeris dan meminta Candra menahan tubuh Ivan, tetapi postur Byan yang jauh di bawah Ivan tentu
last updateLast Updated : 2023-09-03
Read more

Bab 174

Apa pun alasannya, yang dilakukan Imelda memang sebuah kesalahan. Aku bisa memahami mengapa sorot mata tajam Ivan penuh kemarahan saat berbicara pada ayah gadis itu, bahkan ia berapi-api saat menatap wajah pucat pasi Imelda.Tentu tak mudah menerima kenyataan bahwa tubuh kita menjadi bahan fantasi orang lain yang jelas-jelas tak disukai. Itu pula yang kudengar dari Bang Malik saat menanggapi kejadian ini. Akan tetapi, aku masih mengakui penguasaan diri Ivan ketika memilih mengarahkan beberapa kali tinjunya ke tembok dan tak membuat Imelda babak belur seperti ayahnya.“Pergi kalian dari sini!”Ini sudah kesekian kalinya kudengar Ivan mengusir kedua tamu itu.“Aku nggak mau ngeliat muka kalian lagi. Dan kamu ....” Ia menunjuk wajah Imelda. “Jangan pernah datang lagi ke sini dengan alasan apa pun! Twin House tak butuh pelanggan yang punya niat khusus sepertimu!”Aku menghela napas. Teringat bagaimana pertemuan pertamaku dengan Imelda di tempat ini waktu itu. Teringat bagaimana Imelda ber
last updateLast Updated : 2023-09-05
Read more

Bab 175

“Kita udah keterlaluan nggak sih ke Imelda?”Aku sudah terlibat dengan urusan pijat memijat saat ini, meski tak ada ilmu sedikit pun tentang pijat, tetapi Ivan bersikeras menyodorkan lengannya padaku untuk kusentuh.“Dia yang udah keterlaluan ke kita, Aya.”“Tapi gimana kalo dia beneran sakit”Ivan menghela napas. “Dia emang beneran sakit jiwa, Ay. Dengan atau tidak diakui sendiri oleh Papanya, bagiku Imel itu sakit jiwa!”Aku tak ingin meneruskannya lagi. Kurasa ini pasti menjadi hari yang melelahkan baginya, karena setelah kedatangan Hendra dan Rubby di butik tadi, ia kembali harus menata hatinya setelah kedatangan Imelda dan ayahnya.[Kak Aya baik-baik saja?]Sebuah pesan masuk ke nomorku dari Candra. Adik bungsuku itu pasti mengkhawatirkanku setelah tadi menyaksikan bagaimana Ivan memukul tamu-tamunya.[Aku nggak apa, Dek. Cuma Papinya Kia yang luka di tangan, untungnya cuma luka ringan.]“Chat dengan siapa, Aya?” Ivan bertanya saat aku berkonsentrasi mengetik pesan.Tak ingin mem
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more

Bab 176

“Bayi besarmu bikin masalah apa lagi, Aya?” Pertanyaan spontan dari Kak Dian sore ini ketika aku dan Ivan pulang ke rumah. Di beberapa bagian punggung tangannya memang ada bekas luka yang terlihat jelas.“Berantem tadi, Kak.” Aku menjawab.Kak Dian tak lagi bertanya, tetapi lebih memperlihatkan wajah khawatirnya. Wanita itu memilih mengikuti langkah adiknya hingga ke ruang tengah.“Imelda dan Papanya tadi datang ke Twin House, Kak. Dan ... ya ... gitulah. Ada adegan berantemnya.” Aku kembali menjelaskan.“Wah, dugaan Bang Malik bener. Mereka datangin kalian, tapi nggak nyangka langsung datang secepat itu.” Kak Dian menanggapi. “Terus ... gimana tadi, Aya?”“Ya berantem, Kak.”“Dia nggak luka-luka, kan?”“Nggak, Kak. Cuma luka di tangan yang Kak Dian liat itu. Itu juga karena Ivan mukul dinding.”“Lah, ngapain mukul dinding kalo sasarannya udah datang sendiri?”Dari tempatku berdiri, kulihat Ivan melirik kesal pada sang kakak. Kuceritakan semua kejadian di Twin House tadi agar Kak Dian
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

Bab 177

“Temen kantor dia di sini. Rasanya sakit kalo ingat itu, tapi untungnya Bang Malik tetap milih aku dan ngelanjutin pernikahan kami. Kejadian itu yang bikin aku dan Bang Malik minta pindah ke Surabaya, kami mau memulai lagi dari awal.”“Kok bisa, Kak?” Aku masih tak percaya.“Karena rasa nyaman itu tadi, Aya. Waktu itu aku terlalu sibuk dengan duniaku pekerjaan dan anakku, jarang ngasih perhatian ke Bang Malik. Dia mulai ngerasa nggak nyaman, dan menemukan kenyamanan lain di luar sana.”“Terus, Kak?”“Terus aku tau kalo dia punya WIL. Aku nanya ke Abang udah sampai di mana hubungan mereka, karena kalo udah sampai ke hubungan fisik, aku nggak akan bisa maafin dia. Tapi Abang mengaku cuma cari teman bicara, karena aku selalu sibuk dengan kerjaan, pulang ke rumah sibuk dengan anak. Akhirnya aku maafin dengan syarat harus pindah ke kota lain supaya aku bisa ngelupain pengkhianatannya, Bang Malik juga ajukan syarat aku resign dan fokus ke keluarga aja.”“Huhh!” Lega rasanya.“Sejak pindah k
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more
PREV
1
...
434445464748
DMCA.com Protection Status