Share

Bab 170

Penulis: Aina D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kalo aku yang bikin, Papi nggak suka, ya?” tanyaku ketika melihat Ivan sibuk meracik kopi, minuman kesukaannya.

Dia menoleh lalu tersenyum manis, khas Ivan banget.

“Bukan nggak suka, Sayang. Cuma nggak mau ngerepotin kamu aja.” Dia meraih pinggangku. “Gimana Kia?” tanyanya, sebab aku memang baru saja keluar dari kamar putri kami lalu menujunya.

“Masih tidur lelap, Pi. Tapi kata Mbak Ri semalam nggak rewel, nggak nyariin juga.”

Dia masih tersenyum. “Kayaknya Kia tau Papi Maminya lagi usaha bikinin adik, makanya nggak rewel.”

“Bikin mulu! Jadi juga nggak!” Suara dari arah belakang kami, aku dan Ivan sudah tahu persis itu suara siapa.

“Good morning, Kak Dian yang cantik.” Ivan melepas pelukannya di pinggangku, lalu menghampiri kakaknya. Aku tersenyum menyaksikan Ivan yang ternyata bukan hanya bermanja padaku tapi juga pada kakak kandungnya. Dia menunduk mencium bahu Kak Dian hingga ke lengannya.

“Dih! Sana! Udah punya istri masih kek gitu ke gue aja lu!” Kak Dian menegur, tetapi Ivan ju
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Isabella
bang Malik ini bisa aja ikut Ivan bucin
goodnovel comment avatar
Kim Soo Hyun
senang banget ama 2 pasangan ini... langgeng selaluu semua ...
goodnovel comment avatar
Samudra Lestari
trimakasih thoorr...yg dtggu2 up jg akhirnya nmbh smngt pagii
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DOSA TERINDAH   Bab 171

    “Cahaya!” Aku baru saja hendak meninggalkan butik ketika sebuah panggilan yang sudah sangat kukenali terdengar dari arah parkiran.“Eh, Hendra!”Aku menoleh dan mendapati pria yang baru saja memanggil namanya dengan ciri khasnya itu melangkah menujuku. “Mau ke butik?” tanyaku lagi.“Bisa iya, bisa nggak sih.” Pria itu menjawab.Aku menautkan alis. “Kok gitu?”“Tergantung majikanku hari ini, Cahaya.” Hendra tertawa sambil menunjuk ke arah lain.“Oh, hai ... ada Rubby juga?” Aku segera menyapa gadis yang baru saja ditunjuknya.“Hmm. Dia jadi majikanku hari ini, jadi harus nurutin semua kemauannya.”“Kok gitu?” Aku tertawa.“Kemarin dia dapat juara satu lomba fashion show tingkat nasional, makanya hari ini ngebajak seharian nemanin dia.”Aku tersenyum lalu memberi selamat pada gadis muda penerus Rubby Agency itu.“Wah, enak dong jadi majikan seharian ini. Tapi kok malah ke sini? Kalo aku jadi Rubby sih seharian ini kuajak ke Mall ngeborong semua.”Hendra dan putrinya sama-sama tertawa.“N

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DOSA TERINDAH   Bab 172

    “Ck! Berlebihan!” Aku mencubit pinggangnya.Akan tetapi, cerita Rubby tadi sedikit banyak mempengaruhiku, sebab saat ayah dan anak itu berpamitan padaku dan Ivan, aku menatap mata Hendra lebih seksama. Ya, seperti ada yang ingin disampaikannya lewat tatapan itu, tetapi tentu saja dia hanya sebatas menatap mataku lalu berpamitan dan mengucapkan terima kasih karena Rubby sudah mulai melanjutkan cita-cita mamanya.***“Sejak kapan ada di sini, Pi?” tanyaku sesaat setelah Hendra dan Rubby berlalu.“Sejak kamu dan anak ingusan itu ngobrolin bapaknya.”Duh! Orang ini lagi mode kesal rupanya.“Ayo ke ruangan.” Dia menarikku.Buru-buru kuberikan perintah pada Iin untuk mengemas pesanan Rubby tadi lalu mengikuti langkah Ivan ke bangunan utama.“Kopi hitam dan strawberry smoothie antar ke ruanganku,” katanya saat melintasi kafe yang tengah ramai-ramainya, memberi perintah pada salah satu karyawannya di sana.Lalu saat tiba di depan pintu ruang kerjanya, Ivan menarik setengah menyeret, ini juga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DOSA TERINDAH   Bab 173

    Tangan yang baru saja membelai rambutku itu kupegang dan kutahan sekuat tenaga. Beberapa menit yang lalu Ivan sudah membuat tamunya yang baru saja muncul di depan pintu babak belur oleh kepalan tinjunya. Membuat suasana di Twin House menjadi ramai ketika beberapa karyawan datang menghampiri ketika mendengar keributan kecil di sana. Beruntung Byan – salah satu karyawan andalan Twin House dengan cekatan meredam suasana agar tidak bertambah ramai. Sementara Candra datang dan dengan sigap berusaha melerai keributan. Sepuluh menit yang lalu, ketika Ivan membuka pintu. Imelda dan ayahnya berdiri di sana dan membuat lelakiku itu tak dapat menahan emosinya. Entah berapa kali pukulan tinju diarahkan pria itu ke wajah lelaki paruh baya yang datang bersama putrinya, lalu kemudian Ivan meninju dinding tepat di samping Imelda ketika mengarahkan tinjunya pada gadis itu. Berkali-kali pula aku berteriak histeris dan meminta Candra menahan tubuh Ivan, tetapi postur Byan yang jauh di bawah Ivan tentu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DOSA TERINDAH   Bab 174

    Apa pun alasannya, yang dilakukan Imelda memang sebuah kesalahan. Aku bisa memahami mengapa sorot mata tajam Ivan penuh kemarahan saat berbicara pada ayah gadis itu, bahkan ia berapi-api saat menatap wajah pucat pasi Imelda.Tentu tak mudah menerima kenyataan bahwa tubuh kita menjadi bahan fantasi orang lain yang jelas-jelas tak disukai. Itu pula yang kudengar dari Bang Malik saat menanggapi kejadian ini. Akan tetapi, aku masih mengakui penguasaan diri Ivan ketika memilih mengarahkan beberapa kali tinjunya ke tembok dan tak membuat Imelda babak belur seperti ayahnya.“Pergi kalian dari sini!”Ini sudah kesekian kalinya kudengar Ivan mengusir kedua tamu itu.“Aku nggak mau ngeliat muka kalian lagi. Dan kamu ....” Ia menunjuk wajah Imelda. “Jangan pernah datang lagi ke sini dengan alasan apa pun! Twin House tak butuh pelanggan yang punya niat khusus sepertimu!”Aku menghela napas. Teringat bagaimana pertemuan pertamaku dengan Imelda di tempat ini waktu itu. Teringat bagaimana Imelda ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DOSA TERINDAH   Bab 175

    “Kita udah keterlaluan nggak sih ke Imelda?”Aku sudah terlibat dengan urusan pijat memijat saat ini, meski tak ada ilmu sedikit pun tentang pijat, tetapi Ivan bersikeras menyodorkan lengannya padaku untuk kusentuh.“Dia yang udah keterlaluan ke kita, Aya.”“Tapi gimana kalo dia beneran sakit”Ivan menghela napas. “Dia emang beneran sakit jiwa, Ay. Dengan atau tidak diakui sendiri oleh Papanya, bagiku Imel itu sakit jiwa!”Aku tak ingin meneruskannya lagi. Kurasa ini pasti menjadi hari yang melelahkan baginya, karena setelah kedatangan Hendra dan Rubby di butik tadi, ia kembali harus menata hatinya setelah kedatangan Imelda dan ayahnya.[Kak Aya baik-baik saja?]Sebuah pesan masuk ke nomorku dari Candra. Adik bungsuku itu pasti mengkhawatirkanku setelah tadi menyaksikan bagaimana Ivan memukul tamu-tamunya.[Aku nggak apa, Dek. Cuma Papinya Kia yang luka di tangan, untungnya cuma luka ringan.]“Chat dengan siapa, Aya?” Ivan bertanya saat aku berkonsentrasi mengetik pesan.Tak ingin mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DOSA TERINDAH   Bab 176

    “Bayi besarmu bikin masalah apa lagi, Aya?” Pertanyaan spontan dari Kak Dian sore ini ketika aku dan Ivan pulang ke rumah. Di beberapa bagian punggung tangannya memang ada bekas luka yang terlihat jelas.“Berantem tadi, Kak.” Aku menjawab.Kak Dian tak lagi bertanya, tetapi lebih memperlihatkan wajah khawatirnya. Wanita itu memilih mengikuti langkah adiknya hingga ke ruang tengah.“Imelda dan Papanya tadi datang ke Twin House, Kak. Dan ... ya ... gitulah. Ada adegan berantemnya.” Aku kembali menjelaskan.“Wah, dugaan Bang Malik bener. Mereka datangin kalian, tapi nggak nyangka langsung datang secepat itu.” Kak Dian menanggapi. “Terus ... gimana tadi, Aya?”“Ya berantem, Kak.”“Dia nggak luka-luka, kan?”“Nggak, Kak. Cuma luka di tangan yang Kak Dian liat itu. Itu juga karena Ivan mukul dinding.”“Lah, ngapain mukul dinding kalo sasarannya udah datang sendiri?”Dari tempatku berdiri, kulihat Ivan melirik kesal pada sang kakak. Kuceritakan semua kejadian di Twin House tadi agar Kak Dian

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DOSA TERINDAH   Bab 177

    “Temen kantor dia di sini. Rasanya sakit kalo ingat itu, tapi untungnya Bang Malik tetap milih aku dan ngelanjutin pernikahan kami. Kejadian itu yang bikin aku dan Bang Malik minta pindah ke Surabaya, kami mau memulai lagi dari awal.”“Kok bisa, Kak?” Aku masih tak percaya.“Karena rasa nyaman itu tadi, Aya. Waktu itu aku terlalu sibuk dengan duniaku pekerjaan dan anakku, jarang ngasih perhatian ke Bang Malik. Dia mulai ngerasa nggak nyaman, dan menemukan kenyamanan lain di luar sana.”“Terus, Kak?”“Terus aku tau kalo dia punya WIL. Aku nanya ke Abang udah sampai di mana hubungan mereka, karena kalo udah sampai ke hubungan fisik, aku nggak akan bisa maafin dia. Tapi Abang mengaku cuma cari teman bicara, karena aku selalu sibuk dengan kerjaan, pulang ke rumah sibuk dengan anak. Akhirnya aku maafin dengan syarat harus pindah ke kota lain supaya aku bisa ngelupain pengkhianatannya, Bang Malik juga ajukan syarat aku resign dan fokus ke keluarga aja.”“Huhh!” Lega rasanya.“Sejak pindah k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • DOSA TERINDAH   Bab 178

    “Ini pesanan siapa, Aya?” Kak Dian muncul ke Twin House hari ini setelah tadi pagi minta diantarkan Ivan ke kantor pusat Bang Malik di Jakarta untuk urusan arisan.“Pesanan pelanggan baru, Kak.”Wanita itu memperhatikan dengan seksama gaun yang terpajang paling depan di butik. “Wah, desain-desain kamu banyak kemajuan, Aya.” Kak Dian memuji.“Ini ide yang terkumpul di kepala selama nggak aktif desain, Kak.”Kak Dian manggut-manggut. “Kurasa mantan kamu itu kerja sana dengan butik ini bukan karena kamu, Aya. Tapi karena emang desain-desainmu semakin bagus. Ini nggak kalah loh dengan sentuhan desainer-desainer yang udah punya nama.”“Ah, Kak Dian berlebihan. Tapi kalo urusan kerja sama dengan Hendra itu emang bener, Kak. Waktu dia tertarik dengan produk-produk kami yang dipamerkan Iin di media sosial, Hendra emamg nggak tau kalo butik ini punyaku, Kak.” Ingatanku melayang pada malam launching kantor baru Ivan dan butikku, pada malam itulah Hendra baru menyadari bahwa aku adalah pemilik b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • DOSA TERINDAH   Extra Part 2

    “Kalian ini ya ... sama aja dua-duanya! Bucin gak ada obat emang!” Tak kupedulikan suara Kak Dian. Aku segera memeluk Aya sebisaku, membuatnya senyaman mungkin.“Untung bayimu nggak kembar, Ay. Kamu bayangin deh kalo dapat bayi kembar, punya tiga bayi kamu di rumah. Sanggup?” Kak Dian kembali bicara. “Kurasa yang paling ngerepotin sih bayi raksasamu yang ini, Ay.” Telunjuk Kak Dian mengarah padaku.“Jangan bikin Aya ketawa, Kak! Kakak nggak tau kan gimana rasanya ketawa pasca operasi lahiran?” Aku mengulangi kata-kata Kak Dian.“Oiya, sanggup puasa nggak lu, Bro! Empat puluh hari loh.” Kak Dian menekankan kata empat puluh. “Nggak bisa bikin anak orang keramas tiap hari lagi lu.” Suara kekehan Kak Dian terdengar mengejek.“Nak Dian dan Ivan di sana. Biar Ibu yang di sini.” Sebuah perintah lain membuatku dan Kak Dian tak bisa membantah lagi. Ibu mengambil alih posisiku, mengusap lembut kening putri sulungnya dan memberi bisikan-bisikan yang kurasa berisi banyak makna, sebab setelahnya k

  • DOSA TERINDAH   Extra Part 1

    PoV IvanAku seperti berada di sebuah ruangan sempit, terkunci rapat dan membuatku tak bisa bernapas. Kilasan-kilasan kebersamaan selama lima tahun lebih pernikahanku dengan Aya berputar kembali di kepala seperti adegan film yang membuat dadaku semakin sesak terhimpit.Tahun-tahun bersama Cahaya adalah tahun-tahun terbaik dalam kehidupanku. Tentu saja jika ini adalah film, seharusnya ini adalah film romantis, bukan film sedih yang membuat dadaku sesak seperti ini. Akan tetapi, sesak ini semakin tak dapat kutahan saja. Tak kupeduikan lagi bagaimana rupaku sekarang. Aku terisak ketika sudah tak dapat menahan sesak, lalu kembali menghirup udara ketika merasa sudah hampir kehilangan napasku.Ruangan ini tentu saja bukanlah ruangan yang sempit mengingat aku sedang berada di ruang VIP salah satu rumah sakit ternama. Di ruangan ini aku juga tak sendirian, ada ibu, Candra dan kembarannya, Kak Dian dan Bang Malik, namun meski banyak orang di ruangan ini, tak ada satu pun di antara kami yang be

  • DOSA TERINDAH   Bab 191

    “Terima kasih buat keluarga dan teman-teman yang udah hadir malam ini.” Ivan mengambil momen, menghentikan alunan music akustik yang sedari tadi mengisi pendengaran. Pria itu mengucapkan terima kasih yang tulus pada keluarga kami yang hadir malam ini, lalu pada teman-teman dekat yang diundang khusus olehnya. Aku menatapnya dari tempatku duduk tepat di depan panggung kecil di mana ia berdiri. “Malam ini kami merayakan tahun kelima pernikahan. Aku dan Cahaya Kirana, istriku, sudah lima tahun bersama-sama.” Dia menatapku dari depan sana, dan tatapan itu selalu membuatku merasa dicintai. Ivan masih menatapku sambil bicara. “Aku jatuh cinta pada wanita ini sejak kami masih memakai almamater yang sama, lalu Tuhan begitu baik mempertemukanku kembali dengannya belasan tahun kemudian hingga kami menikah. Dan sejak menikahinya, aku masih jatuh cinta padanya setiap hari, masih saja jatuh cinta padanya berulang kali. Malam ini saya meminta doa pada kalian semua agar kami tetap dikuatkan dalam

  • DOSA TERINDAH   Bab 190

    “Terima kasih buat keluarga dan teman-teman yang udah hadir malam ini.” Ivan mengambil momen, menghentikan alunan music akustik yang sedari tadi mengisi pendengaran. Pria itu mengucapkan terima kasih yang tulus pada keluarga kami yang hadir malam ini, lalu pada teman-teman dekat yang diundang khusus olehnya. Aku menatapnya dari tempatku duduk tepat di depan panggung kecil di mana ia berdiri. “Malam ini kami merayakan tahun kelima pernikahan. Aku dan Cahaya Kirana, istriku, sudah lima tahun bersama-sama.” Dia menatapku dari depan sana, dan tatapan itu selalu membuatku merasa dicintai. Ivan masih menatapku sambil bicara. “Aku jatuh cinta pada wanita ini sejak kami masih memakai almamater yang sama, lalu Tuhan begitu baik mempertemukanku kembali dengannya belasan tahun kemudian hingga kami menikah. Dan sejak menikahinya, aku masih jatuh cinta padanya setiap hari, masih saja jatuh cinta padanya berulang kali. Malam ini saya meminta doa pada kalian semua agar kami tetap dikuatkan dalam

  • DOSA TERINDAH   Bab 189

    Lima tahun bersamanya, lima tahun penuh bahagia meski tak sedikit pula ombak kecil yang menghantam. Lima tahun bisa menjadi diriku sendiri setelah tahun-tahun sebelumnya terjebak dalam hubungan yang membuatku nyaris kehilangan kepercayaan diri. Malam ini Twin House ditutup untuk umum demi merayakan lima tahun pernikahan ku dan Ivan.Dekorasi anniversary sudah menghiasi Twin House, deretan-deretan makanan pun sudah tertata rapi di sana. Aku sendiri tak terlibat sedikit pun mempersiapkan malam ini, aku hanya memperhatikan kesibukan Iin yang berlalu lalang mengatur venue, lalu Byan yang mondar mandir menyusun catering. Sepasang kekasih itu kini benar-benar menjadi orang kepercayaanku dan Ivan.Aku juga sama sekali tak terlibat mengatur siapa saja undangan malam ini, sebab beberapa hari terakhir aku benar-benar hanya fokus pada diriku sendiri. Setelah siang itu di mana aku berbincang dengan Nindya dan baru menyadari ada yang aneh pada diriku, aku benar-benar melakukan pemeriksaan demi mem

  • DOSA TERINDAH   Bab 188

    “Emang akunya yang kecepatan sih, Ay. Sebenarnya janjinya agak sorean, tapi karena tadi kebetulan Mas Adam juga pas mau keluar, ya udah aku ikut aja. Aku nggak apa kan nunggu di sini?”“Nggak apa, Nin.”“Oiya, Aya. Aku tadi bareng Mas Adam,” katanya lagi tepat di saat sosok yang dibicarakannya itu muncul dari arah parkiran.“Hai, Aya. Gimana kabarmu?” Kaku sekali, pria itu menyapa.“Baik, Mas. Mas Adam gimana kabarnya?” Akupun menjawab sama kakunya. Kini aku mengerti mengapa Ivan berusaha menghindarkan pertemuan seperti ini. Aku dan dia pernah punya cerita, dan meski selalu berusaha untuk saling biasa saja, namun tak bisa dipungkiri akan ada kekakuan seperti ini saat berinteraksi.“Aku juga baik. Oiya, Ivan ada?”Kembali kujelaskan bahwa suamiku baru saja keluar.“Kalo gitu aku titip Nindya ya, Ay. Dia ada urusan dikit sama Ivan untuk urusan pekerjaan.” Mas Adam menjelaskan dengan detail urusan pekerjaan antara Nindya dan Ivan padaku.Aku kembali mengangguk setuju.“Ya udah, kutinggal

  • DOSA TERINDAH   Bab 187

    “Hari ini ikut ke Twin House, ya.”Ini sudah sebulan sejak kami kembali dari Bali setelah seminggu menikmati kebersamaan di sana. Dan untuk memenuhi permintaannya waktu itu agar aku mengurangi waktuku di butik, aku juga sudah mulai beradaptasi. Tentu tak ada alasan bagiku untuk tak mengikuti inginnya, apalagi alasan yang mendasari keinginannya sangat masuk akal.“Adam akan lebih sering datang ke kantorku, dan tentu saja akan lebih sering bertemu kamu juga. Bagaimanapun juga, kalian pernah memiliki cerita, aku hanya ingin menjagamu lebih baik lagi.”“Aku juga bakalan banyak pekerjaan, Aya. Dan keberadaanmu di sekitarku hanya akan membuatku tak bisa berkonsentrasi. Yang ada bukannya kerja, tapi malah ngerjain kamu.”Itu dua alasan yang membuatku menerima keingingannya, karena sejujurnya memang seperti inilah kebersamaan yang sejak dulu kuinginkan. Bertukar pendapat dengan pasangan, saling mendengarkan isi hati, saling memahami apa yang pasangan inginkan. Pernikahanku dengan Ivan adalah

  • DOSA TERINDAH   Bab 186

    “Dari mana, Pi?” Rasanya tak dapat kutahan kekesalanku hari ini. Bagaimana tidak? Kami tiba di villa sejak beberapa jam yang lalu, dan beristirahat sebentar. Lalu saat aku terjaga, tak kutemui pria itu di sudut mana pun sementara ponselnya tergeletak begitu saja di atas meja.“Udah bangun, Sayang? Gimana istirahatnya udah cukup belum?”Dan kesalnya lagi, Ivan justru menanggapi santai dengan kecupan di keningku.“Dari mana aja? Ponsel ditinggal nggak bisa dihubungi, tadi kan cuma mau istirahat bentar abis itu kita jalan-jalan. Kenapa malah ditinggalin berjam-jam gini?” Aku benar-benar kesal kali ini. Yang ada dalam pikiranku tadi, setelah tiba di villa, kami hanya perlu beristirahat sebentar lalu keluar dan menikmati liburan ini.Villa yang disewa Ivan kurasa bukan villa sembarangan. Lokasinya tepat menghadap ke pantai Jimbaran yang terkenal dengan keindahan sunset-nya. Bukan hanya aku, Kia dan Mbak Ri pun terlihat begitu antusias ketika tiba di villa ini tadi. Pemandangan pantai yang

  • DOSA TERINDAH   Bab 185

    Dari sini aku bisa melihat seperti apa hubungan kekeluargaan mereka di masa lalu yang sering Kak Dian ceritakan. Mungkin seperti inilah hubungan akrab mereka dulu di masa lalu sebelum semua hancur karena sebuah kesalahan. Tak ada yang perlu disesali, karena jika menyesali masa lalu, maka mungkin kehadiran Wira juga akan menjadi penyesalan. Padahal bocah yang memiliki banyak keisitimewaan itulah yang menjadi pemersatu kebersamaan kami ini.Tangan Ivan pun tak lagi selalu tertaut padaku. Kurasa dia juga sudah mulai menyadari bahwa Tari sudah berubah, setidaknya berusaha sangat keras untuk berubah.Dan hingga kebersamaan itu berakhir, kami semua seperti sedang menemukan kebahagiaan baru. Aku, Ivan dan Kia serta pengasuhnya melanjutkan liburan kami ke Bali, meninggalkan Tari dan anak-anaknya di rumah Kak Dian.“Aku bangga punya kamu, Aya.” Dan genggaman tangan itu kembali tertaut saat kami dalam perjalanan melanjutkan trip liburan. “Kalo bukan karena kebesaran hatimu, nggak akan ada keber

DMCA.com Protection Status