Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 331 - Chapter 340

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 331 - Chapter 340

476 Chapters

Bab 48

Sepanjang jalan pulang dari rumah ibu, tak henti-hentinya Ivan meringis sambil mengibas-ngibaskan tangan kirinya.“Kenapa perihnya nggak ilang ilang juga, sih, Ay?” tanyanya mengeluh.Sepanjang perjalanan pula tawaku terus berderai meski sesekali merasa iba dan merasa berdosa telah menertawakannya. Di belakang, Kia dan Mbak pengasuh pun sama, tertawa mengikik melihat pria di balik kemudi itu terus menerus meringis.“Lagian sok-sok-an pake bilang jago menggoreng bakwan, nyalain kompor aja buka youtube dulu.” Aku kembali mengomelinya. “Coba sini, biar kuolesi obat lagi.”Bekas luka di tangannya kini telah berubah warna menjadi coklat kemerahan. Bisa kubayangkan betapa perihnya luka itu tadi hingga membuat Ivan berteriak sekeras mungkin membuatku dan Kia serta yang lainnya segera berlari ke dapur saat mendengar teriakannya tadi.Di dapur ibu, pria itu sedang meloncat-loncat sambil mengibaskan tangan kirinya ketika kami menyerbu masuk. Sementara ibuku dengan sigap bergerak mendorong sendi
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Bab 49

Itu alasan yang membuatku dan Ivan harus menelan kecewa. Apalagi ibu kemudian mengabarkan bahwa Cindar – adikku yang bekerja di luar kota tengah mengajukan permohonan untuk pindah tugas kembali ke Jakarta. Sementara Candra – kembaranya sudah punya rumah sendiri dari hasilnya selama bekerja di perusahaan Ivan.“Kenapa menginginkan ibu kembali ke rumah kita, Kak?” tanyaku pelan. Sebuah pertanyaan yang sejak tadi ingin kutanyakan sebab menurut pengakuan Ivan ia belum mengingat banyak tentang ibu.“Karena aku pernah melihat Kak Dian merebahkan kepalanya di pangkuan ibu seperti caramu tadi. Karena aku menyaksikan bagaimana harunya Kak Dian saat ibu memeluknya dengan hangat. Aku dan Kak Dian ... kami yatim piatu dan hanya memiliki satu sama lain. Dari cara Kak Dian memperlakukan ibu, kurasa seperti itu pula lah aku dulu pada ibu, karena aku dan Kak Dian itu sama.”Aku terdiam dalam keharuan setelah sepanjang jalan tadi hanya menertawakan luka bakarnya.“Dan aku tak ingin nantinya menyesal k
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Bab 50

[Aku lembur hari ini. Tidur duluan aja nggak usah nungguin aku.]Sebuah pesan dari nomor Ivan masuk ke ponselku siang ini. Belakangan ia memang menjadi sering lembur, dan aku akan selalu menunggunya bahkan kadang sampai terlelap di ruang tamu. Kondisi perusaannya yang sedang carut marut membuatnya belakangan ini lebih banyak menghabiskan waktu di kantor.Sejujurnya aku khawatir, bulan hanya tentang kesehatannya saat ia harus bekerja keras sementara sistem syaraf di kepalanya masih bermasalah. Tapi, juga karena aku tahu selain Tiara yang selalu setia menemani, di sana juga pasti ada Tari mengingat wanita itu sekarang adalah salah satu orang kepercayaannya.Apalagi sebulanan ini di saat perusahaannya sedang goyah, Ivan justru memintaku menambah jumlah transferan nafkah untuk Wira – putranya, karena sejak semula semua urusan yang menyangkut bocah itu memang melalui aku.“Aku banyak menyita waktu Tari dengan memintanya lembur atau mengaudit keuangan di cabang, dia juga pasti butuh pengelu
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 51

“Harusnya dan biasanya sama Mbak Tari, Bu.”Kuhela napas panjang. “Tari-nya ke mana?”“Masih di Makassar, Bu.”Ah, aku baru ingat. Rupanya kemarin Ivan hanya pulang sendirian dan meninggalkan wanita itu di sana. Entah aku harus sedih atau senang mendengar kabar ini. Karena menurut penjelasan Tiara berikutnya, Tari yang mulai membuka laporan fiktif perusahaan pada Ivan hingga akhirnya mereka menemukan banyak manipulasi data, dan sejak saat itu Tari akan menjadi bagian penting dari rapat-rapat intern perusahaan karena dia menjadi orang kepercayaan Ivan.Tapi tak dapat kupungkiri hati kecilku bersorak senang karena aku tak perlu melihat keberadaannya di sekitar suamiku hari ini.“Kalo gitu aku nunggu di dalam saja, Tiara.”Aroma maskulin khas suamiku segera menguar di penciuman saat kubuka pintu ruangannya. Beberapa tumpuk berkas terlihat berserakan di meja kerjanya. Aku hanya menghampiri lalu membereskan gelas berisi air putih di sana, tak berani merapikan berkasnya karena takut akan me
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 52

Bayi besar itu memintaku untuk menunggunya di kantor saja ketika aku sudah berniat untuk pulang.“Bukannya tadi katanya mau lembur? Aku nggak mungkin nemanin sampai malam di sini. Kia pasti nyariin,” kataku memberi alasan untuk pulang.Tapi ia tetap tak setuju dan tetap memintaku menunggu hingga akhirnya aku harus kembali duduk berdiam di sofa dengan aroma lembut parfum wanita yang entah milik siapa. Beberapa kali Ivan keluar masuk ke ruangannya melewatiku dengan wajah seriusnya, lalu beberapa kali pula kudengar helaan napas beratnya saat memeriksa tumpukan berkas di atas meja kerjanya.Aku tak mau mengganggunya di saat ia sedang sangat serius seperti itu. Hingga akhirnya aku tertidur di sofa karena bosan menunggunya. Aroma lembut parfum wanita itu seolah masuk ke dalam alam bawah sadarku dan membawaku memimpikan pemilik parfum itu.Tari. Ya, Tari lah yang masuk ke dalam alam bawah sadarku sebagai pemilik aroma itu. Dan mimpiku di siang itu sungguh mimpi yang paling tak kuinginkan. Di
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Bab 53

“Mas Adam bukan nelpon aku, dia cuma bilang mama dan papanya nyariin aku. Kamu udah baca isi pesannya tadi, kan?”Dalam hati aku memohon, semoga saja ia menerima penjelasanku. Kurasa ini akan lebih masuk akal dari pada kuceritakan mimpiku yang menyebalkan tadi.Tapi, ternyata dugaanku salah.“Kamu belain dia, Aya?” Tatapannya padaku menyiratkan kekecewaan.Ivan kemudian melangkah meninggalkanku sendirian di sofa dan memilih kembali duduk di kursi kerjanya.Napasku terembus berat. Gara-gara penasaran dengan aroma parfum di sofa ini membawaku memimpikan orang yang kucurigai sebagai pemiliknya. Dari sofa, kutatap wajah Ivan yang sangat jelas menampakkan kekecewaan dan kemarahan di sana. Aku harus menyudahi salah paham ini. Aku berdiri dan menghampirinya.“Kakk,” panggilku.Ia bergeming.“Nggak seperti yang ada dalam pikiranmu.”Ia tak menjawab.“Aku tadi cuma mimpi.”“Dan nyebut namanya?” Ia menoleh, masih dengan tatapan tak suka. “Aku cemburu, Aya!”“Cemburumu nggak beralasan.”“Tapi ka
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Bab 54

Lelaki yang memintaku untuk menemaninya memungut kenangan yang tercecer tiba-tiba saja menjadi pendiam setelah Kak Dian dan suaminya pulang. Lelaki yang perlahan-lahan mulai kembali sebucin itu tiba-tiba saja menepiskan tanganku ketika tadi aku penasaran mendengarnya menyebut nama adik bungsuku dan hendak melihat map yang disodorkan Kak Dian ke hadapannya.Hatiku menjerit. Cobaan apa lagi ini, Ya Allah! Baru saja aku menemukan Ivan-ku yang dulu, baru saja ia kembali mengingatku sebagai Cahaya-nya. Tapi kini aku kembali harus dihadapkan pada sebuah kenyataan, Candra – adikku terlibat dalam penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan perusahaan. Candra, adik bungsuku yang kini telah menjelma menjadi pemuda beranjak dewasa dan bertanggungjawab, adik laki-laki yang waktu itu mengambil keputusan besar saat berani memutuskan menajdi wali nikahku lalu dengan gugup menjabat tangan Ivan saat menyerahkan kakak sulungnya pada pria yang belum direstui oleh ibuku.Bagaimana bisa kupercaya bahwa adik
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Bab 55

Sudah hampir gelap, aku dan Ivan tiba di rumah sakit di mana Mama Indah dirawat setelah beberapa menit tadi ia menghentikan kendaraannya demi menikmati alunan air hujan yang turun. Sejujurnya ada naluri tak nyaman yang sedang menguasai pikiranku sejak Ivan memarkirkan kendaraannya tadi dan lalu mengajakku mengenang ingatan yang melintas di kepalanya. Tentang hujan ... tentang perkebunan ... tentang ciumannya.Dia memang menatap hujan lalu mengajakku bernostalgia, dia memang membahas banyak kemungkinan yang terjadi, tetapi aku tahu dia juga sedang mencari-cari sesuatu dari tatapan mataku.Ya, aku menyadari bahwa Ivan, bahwa suamiku sendiri pun tengah mencari kejujuran dari tatapan mataku meski ia tak bertanya secara langsung. Aku tahu, dugaan keterlibatan Candra dan bukti yang ada di tangan Kak Dian tadi membuatnya sedikit menaruh curiga yang sama kepadaku.“Bukannya itu Nindya?” Suara Ivan membuat lamunanku buyar.Benar saja, beberapa meter dari tempat Ivan memarkirkan kendaraannya, a
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 56

“Dari mana, Sayang?” Kuarasa Ivan sengaja semesra itu menyapa ketika aku menyusulnya ke ruang perawatan Mama Indah. Dan seperti dugaanku, pria yang paling kuhindari itu juga ada di sana dan sedang menatap padaku.‘Aku kuat, aku bisa!’ Terus kuteriakkan kata itu demi menyemangati diriku sendiri. Kerena sepertinya keadaan ke depan akan membuatku akan sering bertemu dengan pria itu.“Dari kantin, tadi nemanin Nindya sebelum pulang.” Sengaja kuperjelas nama Nindya demi melihat reaksi Mas Adam.Dan benar saja, napas pria itu terhembus berat saat mendengarku menyebut nama istrinya.‘Hey! Laki-laki macam apa kamu? Dulu memuja dan sekarang mengabaikannya!’Rasanya aku ingin berteriak senyaring mungkin tepat di depannya.“Aya ... itu kamu, Nak?” Sambutan Mama Indah masih sama seperti saat aku dan ibuku datang ke sini. Dan wanita yang menurut Nindya tadi terus memanggil namaku itu memang terlihat begitu gembira dengan kehadiranku.Petang menjelang malam itu, ruang rawat rumah sakit Mama Indah m
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

Bab 57

Bang Malik menjadi maju paling depan mengingat Ivan masih bergelut dengan sebagian ingatannya yang belum kembali. Sementara Kak Dian lebih mengusulkan langkah persuasif, terutama ketika nama Candra ikut terbawa.“Aku kenal ibu, aku kenal Aya. Aku yakin cara ibu mendidik Candra sama dengan cara ibu mendidik Aya. Firasatku sama dengan Aya, rasanya nggak mungkin Candra ngelakuin hal serendah itu. Dia terlihat sangat peduli pada kakaknya, pada keluarganya, termasuk pada hubungan kalian. Hati-hati ngambil langkah, karena sekali kamu salah langkah maka kamu akan nyakitin banyak orang.”Itu yang dinasehatkan Kak Dian pada adiknya sebelum kami bubar dan masuk ke kamar masing-masing.***“Pi.”Aku menyentuh lengan Ivan ketika pria itu belum berbicara sepatah kata pun sejak kami masuk ke kamar.“Hmmm.” Ia hanya menjawab dengan gumaman.Aku membicarakan hal-hal remeh, tentang Kia yang tadi sepertinya protes karena beberapa waktu belakangan ini aku jarang menemaninya di rumah, tentang laporan Bi
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more
PREV
1
...
3233343536
...
48
DMCA.com Protection Status