Beranda / Romansa / DOSA TERINDAH / Bab 341 - Bab 350

Semua Bab DOSA TERINDAH: Bab 341 - Bab 350

476 Bab

Bab 58

“Tolong atur Ivan biar nggak gegabah ngambil keputusan, Aya. Jangan sampai kejadian ini bikin kalian berantem. Nggak gampang perjuangan kalian bisa sampai di titik ini, mungkin ada yang nggak suka dengan kebahagiaan kalian. Perusahaan bisa dirintis kembali, aku dan Bang Malik siap bantu kalian kapan saja. Tapi kebahagiaan kalian nggak bisa dibeli dengan apapun. Tolong kendalikan Ivan agar tak menyakiti banyak hati.” Seperti itu pesan Kak Dian padaku hari ini sebelum pulang ke kotanya.Sebuah pesan yang sarat makna bagiku. Kak Dian adalah saksi jatuh bangunnya hubungan kami. Kak Dian satu-satunya orang yang waktu itu memahami meski tetap tak suka dengan hubungan kami. Kak Dian pula satu-satunya orang yang tahu semua tentang adiknya, yang padanya Ivan selalu cerita semuanya. Kak Dian yang sengaja menunda kepulangannya ke Surabaya ketika pagi itu mengetahui Ivan pergi tanpa pamit bahkan semalam sebelumnya sengaja menghindariku.Kak Dian ... sosok yang selalu ada dan menormalkan hubungank
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-06
Baca selengkapnya

Bab 59

Pagi ini, aku kembali duduk berhadapan dengan Nindya di kantin rumah sakit. Aku datang ke sini tadi setelah menerima pesan darinya dan mengajak bertemu. Bagiku, Nindya juga adalah salah satu PR. Banyak hal yang membuatku tiba-tiba saja peduli pada wanita itu padahal dulu aku sudah berniat tak peduli.Menatap wajah sendu wanita itu, aku seperti melihat diriku beberapa tahun silam. Atau mungkin justru Nindya mengalami situasi yang lebih tak mengenakkan. Karena dulu aku masih punya Mama Indah, dan Nindya sepertinya tak memiliki perhatian dari Mama seperti padaku dulu.Nindya masih sama dengan saat bertemu kemarin di tempat ini, masih berkelu kesah tentang kesepian dan kehilangannya.“Jangan menyerah, Nindya. Kamu punya cinta Mas Adam, bahkan jauh sebelum kalian menikah. Temukan kembali dirimu yang dulu membuatnya jatuh cinta.”Wanita itu menggeleng. “Aku bahkan sudah kehilangan diriku sendiri, Aya. Aku tak punya apa-apa.”Kutatap kembali wajah wanita yang dulu selalu terlihat energik itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-06
Baca selengkapnya

Bab 60

“Maafin aku.” Hanya kata itu yang terucap lirih untuk menggambarkan penyesalanku.Sayangnya kata maafku tak membuat langkah Ivan berhenti, tetapi pria itu justru gegas menyusul Tari dengan langkah lebarnya. Aku terpaku menatap punggungnya, tetapi aku tak mampu menghentikan langkahnya.“Dia siapa, Ay? Siapa yang kejang-kejang?”Ah, aku baru menyadari bahwa Nindya sedang mengantarku ke parkiran tadi. Dan kurasa ia bisa mendengar pembicaraanku dengan suamiku tadi, juga melihat langkah lebar Ivan yang pergi meninggalkanku.“Bukan siapa-siapa, Nin.”“Are u okay, Aya?”Terlambat sudah. Kurasa Nindya mulai mencium ada yang aneh dengan pembicaranku dan Ivan tadi. Padahal selama ini keberadaan Wira hanya menjadi rahasia di keluarga kami, banyak pertimbangan yang membuat Ivan membiarkan Tari memilih tetap menggunakan identitas mantan suaminya sebagai ayah kandung Wira. Maka Wira akan tetap menjadi orang lain secara hukum meski Ivan menanggung seluruh biaya hidup dan biaya pengobatan anak itu me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-07
Baca selengkapnya

Bab 61

Sesekali masih kulirik wajah tampan yang memang terlihat sangat lelah itu sambil mengendara. Beberapa kali masih kudengar embusan napas kasarnya sebelum kemudian tergantikan oleh dengkuran halusnya.Kubiarkan pria itu terlelap sepanjang perjalanan dari rumah sakit menuju rumah kami.***“Kak,” panggilku menepuk lembut pipinya. “Udah sampai rumah,” ucapku lagi.“Hmmm.” Pria itu hanya menggeliat sebentar, lalu kemudian kembali terlelap.Kubiarkan dia terlelap, sementara aku menikmati dengan menatap wajah lelahnya.“Maafin aku,” desisku sambil mengusap lembut pipinya yang terasa kasar oleh rambut-rambut halus yang tumbuh di sana.Entah sudah berapa kali kata maaf itu terucap dari bibirku, karena sungguh aku merasa bersalah atas kejadian hari ini.“Hmmmmhhh.” Pria itu kembali menggeliat pada usapanku yang kesekian.“Aya?” matanya membuka.“Kita udah sampai rumah,” ucapku.“Kita dari mana emang, Ay?”Rupanya ia masih sedang mengumpulkan kesadarannya.“Dari rumah sakit,” kataku.Matanya mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-07
Baca selengkapnya

Bab 62

[Gimana kabarmu, Dek? Kata Ibu lama nggak pulang ke rumah.]Sebuah pesan kembali kukirimkan ke nomor Candra meski deretan pesanku sebelumnya masih saja bertanda centang satu. Entah di mana adik bungsuku itu berada. Semalam aku sudah mendengar banyak hal dari Ivan.“Aku nggak main-main, Aya. Candra terlibat terlalu jauh.”“Kalau saja dia bukan adikmu, kalau saja dia bukan walimu yang waktu itu memberikan tanganmu untuk kunikahi, mungkin aku sudah membuatnya membayar pengkhianatannya.”“Kalau saja nggak mikirin Ibu, mungkin Candra sudah berada di dunia lain sekarang.”Dari deretan kalimat-kalimat penuh emosi Ivan semalam, aku menyadari bahwa situasi ini memang tak mudah. Aku percaya Ivan, dia tak mungkin mengada-ada dengan semua ini, tetapi aku juga percaya Candra, percaya bahwa adik laki-lakiku satu-satunya itu tak mungkin seserakah itu.“Ck!” Aku membanting ponsel dengan kesal ketika lagi-lagi tak bisa terhubung ke nomor Candra.“Kenapa?” Ivan rupanya melihatku membanting ponsel.“Can
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-09
Baca selengkapnya

Bab 63

Tiba-tiba saja lelaki itu menarik tubuhku, lalu menenggelamkanku ke dalam dekapannya. Kami berdua berpelukan, sambil memperhatikan bagaimana Tari dengan hati-hati memposisikan putranya untuk duduk di ranjang pasien. Dekapan Ivan padaku terurai, ia melepas tubuhku kemudian menghampiri Tari dan membantu wanita itu memindahkan Wira ke kursi roda, dibantu seorang petugas medis lagi.Aku berdiri mematung melihat mereka berdua bersiap mendorong kursi roda Wira ditemani seorang petugas. Kuremas map di tangan kanan ketika mereka bergerak perlahan ke arah pintu.“Tolong urus administrasinya, Sayang.” Ivan melabuhkan kecupan ringan di keningku saat ia melewatiku. Petugas yang ikut membantu dan mengiringi Wira berkali-kali menatap padaku dan Ivan lalu Tari bergantian, kurasa ia bingung melihat interaksi kami bertiga di sana.Mereka semua sudah menghilang di balik pintu menyisakan aku dan Bude di ruang perawatan ketika aku baru saja menyadari satu hal. Ada aroma yang tak asing yang tertangkap ind
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-09
Baca selengkapnya

Bab 64

Aku terbelalak ketika petugas kantin mengantarkan lima gelas milo hangat di atas meja bersama segelas kopi kental dan dua mangkuk soto ayam, sementara Ivan hanya menatap datar tanpa ekspresi. Tadi memang dia yang berjalan ke arah lemari kaca yang berisi makanan tanpa menunggu pelayan yang datang menanyakan pesanan pada kami. Gerakan gesitnya memesan makanan tadi kuanggap sebagai upayanya untuk segera menuntaskan rasa lapar setelah tadi perutnya berbunyi keroncongan.“Kok sebanyak ini, Kak?” protesku masih melotot.“Biar nggak kepikiran milo dari mantan tadi.” Ia menjawab dengan tawa kecil. Kurasa bukan saja karena ekspresi kagetku, tetapi ia memang selalu tertawa saat mendengarku memanggilnya Kak.Jawaban yang sebenarnya ingin kubalas, ingin sekali kubahas tentang pelukan Tari padanya tadi yang kurasa jauh lebih keterlaluan dari pada sekadar segelas milo dari Mas Adam yang bahkan tak kusentuh sama sekali. Namun aku menahan diri untuk tak membuat keributan, kondisi Wira kurasa sudah c
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-10
Baca selengkapnya

Bab 65

Langkahku mengarah kembali ke ruang rawat Wira setelah menyelesaikan semuanya. Di sepanjang koridor rumah sakit yang terlihat lengang, aku berdoa agar tak bertemu Mas Adam lagi seperti tadi ketika ia tiba-tiba saja berada di ruang administrasi karena kurasa ia juga masih ada di rumah sakit ini. Di ujung koridor terakhir, aku menghentikan langkah ketika mendengar dua orang saling bicara. “Mengertilah Tari, apa yang kamu lalukan tadi itu sudah keterlaluan. Aku nggak mau kejadian seperti itu terulang kembali.” Itu suara Ivan, aku menajamkan pendengaran. “Aya marah?” Suara Tari. “Ini bukan tentang Aya, Tari. Ini tentang etikamu. Nggak pantes kamu ngelakuin hal seperti tadi.” “Hebat sekali dia, Kak. Bisa bikin kamu berubah gini.” “Apa maksudmu.” “Kak Ivan tau gimana deketnya kita dulu. Kita udah temenan dari kecil, Kak. Udah biasa dengan pelukan pelukan biasa seperti tadi. Apalagi aku ngelakuin itu bukan tanpa sebab, aku sungguh kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kepanikanku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-10
Baca selengkapnya

Bab 66

“Mampir nengok Tante Indah dulu, Ay.”Kami sudah menyusuri koridor rumah sakit untuk kembali ke rumah siang ini setelah Ivan menemani putranya menjalani pemeriksaan laboratorium.Langkahku seketika terhenti. “Kenapa ke sana?” Kurasa ia bisa melihat dengan jelas ekspresi tak sukaku.Bukan karena Mama Indah, aku selalu merindukan wanita penyayang itu. Bahkan beberapa kali aku menelepon Hana – kerabat yang setia menjaga Mama Indah selama di rumah sakit demi mengetahui kabarnya.“Supri dan yang lain lagi di sana nengokin Tante Indah. Mereka sekalian mau diskusi tentang Pak Dito.”“Pak Dito?” Keningku mengeryit.“Bapak pelatih basket itu loh, Ay. Yang selalu ikut kalo dulu kita bikin acara di villa. Yang dulu jodoh-jodohin kita padahal kamu istri orang.” Ia tertawa.“Ish! Nggak lucu, ah!” Aku mencubit pinggangnya. Mengenang masa-masa itu selalu menghadirkan banyak rasa di dalam dadaku. Salah satunya perasaan bersalah.“Eh ... jangan marah dong, Sayang.” Sebuah rengkuhan hangat lagi-lagi te
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-11
Baca selengkapnya

Bab 67

Segelas straeberry smoothie sudah tersaji di hadapanku, minuman yang dulu pernah direkomendasikan Iin saat pertama kali mengajakku ke sini. Sementara gadis yang dulu menjadi karyawan kepercayaanku di butik itu sudah berkali-kali menyeruput minuman yang sama.“Siapa yang memecatmu, Iin? Sejak kapan kamu dipecat?” Aku memajukan wajah, menatap mata Iin yang terlihat takut-takut.“Jangan takut, kamu pelanggan di kafe ini,” ucapku ketika menyadari arah pandangan Iin adalah ke arah suamiku.“Bu-bukan takut, Mbak Aya.” Gadis itu masih saja gugup.“Tapi?”“Ng ... itu. Pak Ivan masih seperti dulu.”“Hah?” Aku dan Ivan bersamaan.“Masih bikin gugup kalo ditatap Pak Ivan.”Meski sedikit jengkel, tak urung aku menertawakannya. Teringat bagaimana gugupnya Iin dulu saat pertama kali mengajakku ke sini lalu pemilik Twin House yang dikaguminya ternyata mengenalku.“Astaga Iin! Itu udah bertahun-tahun berlalu dan kamu masih begini? Ingat, ya. Pemilik Twin House yang sangat kamu kagumi ini sekarang ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3334353637
...
48
DMCA.com Protection Status