“Aya.” Lelaki itu masih memeluk pinggangku setelah melakukan apa yang ingin dilakukannya.“Iya.”Mataku yang tadinya terpejam kubuka dengan paksa lalu menoleh ke arahnya ketika ia tak jua meneruskan kalimatnya.“Banyak sekali yang ingin kuketahui, tapi semakin aku menggali ingatan, semakin sakit rasanya kepalaku.”“Jangan dipaksa, Pi. Dokter juga bilang gitu, kan?”Lelaki itu menghela napasnya, tatapan tajamnya menggambarkan ada sesuatu yang sedang dipikirkannya. "Ada apa, Sayang?” bisikku.“Huhhh! Bagiamana aku menjelaskan ini, Aya. Aku kehilangan potongan ingatanku tentangmu, aku mendapati keadaan di mana aku memiliki seorang anak dari masa laluku, tapi meski tak mengingatmu, aku seolah jatuh ke dalam kamu. Semakin aku bertanya-tanya kenapa kamu yang dulunya milik sahabatku yang sekarang ada di sisiku, semakin jatuh hatiku padamu. Aku yakin ada kisah tentang kita yang terlalu sayang untuk kulupakan.”Rentetan kalimat seperti itu bukan sekali ini saja kudengar dari seorang Ivan, tapi
Last Updated : 2023-05-17 Read more