Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 241 - Chapter 250

476 Chapters

Bab 241

Meski awalnya menolak, namun ibuku akhirnya setuju ikut bersamaku tinggal di rumah Ivan. Kondisi kedua adik perempuanku yang sehari-harinya disibukkan dengan kegiatan kampus, serta Candra yang masih harus membagi waktunya antara kuliah dan kerja membuat ketiganya tak bisa menemani ibu sepanjang hari. Apalagi, ibu sehari-harinya masih memakai kursi roda.Lisa, gadis perawat ibu pun tetap diperpanjang kontraknya. Setiap pagi dia datang ke rumah, membantuku merawat ibu bahkan ikut membantu Bik Jum mengerjakan pekerjaan rumah yang lainnya lalu pulang di waktu sore.Aku pernah meminta izin pada Ivan agar Lisa ikut menginap di rumah saja, tapi di luar dugaanku pria itu justru menolak dengan tegas.“Nggak baik kalau Lisa menginap, Sayang. Sudah bagus seperti ini saja, dia datang pagi melakukan pekerjaannya lalu pulang sore. Kalau kamu mau mencari ART yang menginap, kamu boleh mencarinya di yayasan penyalur ART.”“Kenapa nggak boleh?” tanyaku.“Lisa itu hampir seumuran kamu, Sayang. Hanya beb
last updateLast Updated : 2022-12-31
Read more

Bab 242

“Gini cocok, nggak?” tanyaku. Ajakannya untuk ikut ke kantornya hari ini membuatku kebingungan memilih pakaian.Dia hanya mengangguk, sambil memperhatikan penampilanku dengan dress selutut berwarna cokelat muda.“Tapi rambutnya diurai,” katanya sambil menarik ikatan rambutku.“Yang ini hanya untukku.” Dia menciumi leherku.“Tiara adain acara kecil-kecilan untuk penyambutan. Nanti bicara sepatah dua patah kata. Bisa, kan? Hanya memperkenalkan diri sebagai istriku,” ucapnya saat kami sudah berada di dalam mobilnya.“Harus, ya? Kalau aku gugup gimana?”Dia menoleh sesaat sebelum menyalakan mesin mobilnya.“Kamu Cahaya Kirana, Sayang. Mantan aktivis kampus yang lincah dan cerdas dalam berorganisasi. Kalau hanya untuk kata sambutan singkat kamu pasti bisa. Apalagi kamu istriku, Sayang, nantinya akan selalu tampil di depan umum bersamaku.” Dia mengelus pipiku.“Bangkitkan kembali dirimu yang dulu, aku suka Cahaya yang dulu. Sudah terlalu lama kamu tenggelam dan bersembunyi dibalik ketidakbe
last updateLast Updated : 2022-12-31
Read more

Bab 243

Ruangan Ivan terletak di lantai lima gedung kantornya, dan pria itu kembali menggandeng tanganku dengan wajah datarnya masuk ke dalam lift setelah berpamitan pada seluruh karyawannya. Senyumku tak dapat kutahan ketika kami berdua sudah berada di dalam lift. Dia menaikkan alisnya melihatku tersenyum.“Kamu lucu,” ucapku. Alisnya makin bertaut.“Aku belum pernah melihat ekspresimu seperti tadi, dan itu lucu.”Dia tersenyum, kuarasa mengerti apa yang kumaksud. “Aku hanya menyesuaikan tempat, Sayang.”“Kalau di depanku kenapa wibawa tegasnya tadi hilang? Malah pasang wajah bucin gini.” Aku menggodanya, tanganku mengusap rahangnya.“Jangan cari masalah, Aya. Kamu mau tanggung jawab kalau ada yang bangun?”Dia menjauh, berdiri di sudut lift. Aku tertawa nyaring, tapi tak menyurutkan keisenganku. Kuhampiri pria itu dan berdiri tepat di depannya, melengket erat padanya.“Aya! Minggir!! Bisa kacau jadwalku hari ini kalau kamu seperti ini!”Wajahnya memerah, aku tau apa yang ada dalam pikiranny
last updateLast Updated : 2022-12-31
Read more

Bab 244

“Kamu boleh mengganti pilihanmu. Aku akan mengikuti pilihanmu, oleh sebab ini aku menyuruhmu memilih.”Kali ini Ivan sudah kembali duduk di kursinya, setelah kami berdua membersihkan diri dari sisa-sisa kegiatan di sofa tadi.Kuraih map berisi berkas terakhir yang kupilih tadi lalu membukanya. Mataku menyipit memperhatikan foto berukukan 4 x 6 yang terlampir di sana. Seorang wanita cantik yang mengenakan jilbab berwarna pink dengan senyuman yang lumayan menarik menurutku.“Farida Lestari,” gumamku.Kutarik napas dalam-dalam sambil membuka-buka kembali berkas yang sebenarnya sudah kubaca tadi. Usianya setahun di bawahku. Seorang ibu dengan dua orang anak berusia 6 tahun dan 3 tahun. Lulusan terbaik dari sebuah universitas favorit. Dan dia melamar pekerjaan ini karena saat ini suaminya sedang terbaring sakit sehingga tak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, itu menurut hasil wawancaranya dengan Bu Laila.“Namanya Tari.” Ivan menatap lurus padaku.“Hingga saat wawancara terakhir
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more

Bab 245

Aku MilikmuMemikirkan pilihan yang diembankan Ivan padaku sungguh sangat sulit. Di satu sisi egoku sebagai seorang istri menolak sosok yang pernah terjerat dosa masa lalu dengan suamiku tiba-tiba saja muncul. Meskipun menurut Ivan, tak ada rasa yang terlibat di sana, namun kejadian masa lalu itu bukanlah hal yang gampang untuk dilupakan begitu saja. Bahkan mungkin akan lebih mudah melupakan mantan kekasih yang pernah terlibat rasa dari pada melupakan hubungan fisik meski tak melibatkan rasa.“Ada apa, Nak? Apa ada yang sedang mengganggu pikiranmu?” Kurasa ibuku melihat kegundahanku hari ini.“Nggak apa, Bu.” Aku tersenyum lembut. Tak mungkin kuceritakan ini pada ibuku, karena itu sama saja membuka aib suamiku.“Jika ada masalah kamu boleh bicara pada Ibu. Jangan seperti yang dulu, kamu menyimpan semua bebanmu hingga yang terlihat di depan kami adalah topeng kebahagiaanmu.”Aku mengangguk, mengingat bagaimana dulu kusembunyikan semua tekanan dan kesakitanku. Hanya agar ibu dan keluarg
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more

Bab 246

PoV AdamSertifikat rumah dan butik yang waktu itu kuberikan pada Aya ternyata benar-benar dikembalikannya. Masih utuh dalam map yang sama saat kuberikan padanya. Hebatnya lagi, Aya memilih mengirimkannya ke kantorku, bukan ke rumah mama. Kurasa ia sengaja agar tak menyinggung mama, karena aku tau betapa dekat hubungannya dengan mama. Aku tak menyangka wanita yang dulu sering kukasari karena kuanggap bodoh itu ternyata bukanlah wanita bodoh. Yang sampai sekarang belum kupahami adalah mengapa saat bersamaku Aya sangat membosankan? Lalu ia menjadi wanita yang sangat menarik setelah berpisah denganku.Terus terang saja, meski di awal-awal perpisahan kami aku merasa terbebas dari belenggu ikatan pernikahan, dan bisa dengan leluasa menjalani hari-hariku bersama Nindya. Namun, justru akhir-akhir ini aku setiap malam selalu memikirkannya, kelebatan bayangan Aya dan malam-malam berkesan yang pernah kulalui bersamanya berputar kembali di kepala. Hingga akhirnya membuatku kembali mengalami hal
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 247

Hari ini aku menemani Nindya menengok ibunya yang sama sekali belum memperlihatkan kemajuan sejak dirawat. Dokter akhirnya menyarankan ibunya Nindya untuk dipindah perawatannya ke Rumah Sakit Jiwa karena bukan fisiknya, tapi mentalnya lah yang terganggu. Ibu Nindya tak mau berinteraksi dengan orang lain kecuali anak-anaknya, dan juga akan selalu menatap tak suka cenderung marah ketika melihatku. Seperti saat ini, ibu Nindya menatap penuh amarah ketika melihatku datang bersama putrinya hingga membuat Nindya memintaku untuk menunggunya di luar.“Maaf, ya,” ucap Nindya setelah keluar dari ruang perawatan ibunya. “Aku juga nggak tau kenapa ibu sebenci itu sama Mas Adam,” ucapnya lagi.Aku mengangguk mengerti karena aku sudah mendengar berkali-kali alasan ibunya tak menyukaiku. Kuraih tangan Nindya yang terlihat sangat kelelahan lalu menautkan jemariku padanya.“Kamu kelelahan, Nin. Kita pulang, ya.” Ia mengangguk.Nindya Afifa, gadis yang membuatku kagum karena keincahan dan kecerdasanny
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 248

Aku hendak menarik wajahku menjauh darinya saat Nindya justru mengalungkan lengannya di leherku. Gadis itu menarik wajahku lebih dekat lagi. Segera kusambut bibir merah di depan mataku itu, sehingga membuat kami berdua kehilangan udara selama beberapa saat. Suasana mobilku semakin terasa panas ketika tanganku mulai menjelajah nakal pada tubuh gadis itu, sementara Nindya tak menolak dan justru mengeluarkan suara yang membuatku semakin terbakar. Beruntung suara ponselku berdering beberapa kali sehingga membuatku melepaskannya.Telepon dari mama.“Dam ... Aya ngundang kita ke acara resepsinya malam minggu ini.”Aku terhenyak.“Gimana, Nak? Kamu sanggup menghadirinya?”“Mama rasanya nggak sanggup, Dam.”“Rasanya ini seperti mimipi.”Mama terus saja berbicara sedangkan aku masih mengatur napasku. Aku pria yang pernah menikah, dan bercumbu dengan lawan jenis seperti tadi membuatku sangat frustasi karena tak bisa meneruskannya. Rasa frustasi bercampur rasa marah atas undangan Aya membuat kep
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 249

Dia berusaha menepis tanganku. Tapi aku sudah tak bisa mengendalikan pikiranku. Dengan gerakan cepat aku menguasai tubuh Nindya, mendorongnya hingga mepet ke tembok.“Jangan,” ucapnya lirih.“Terusin yang tadi di mobil.” Suaraku menjadi berat.“T-tapi---“ Segera kubungkam mulutnya sebelum gadis itu meneruskan.“Aku tau kamu juga menginginkan ini, Nin,” ucapku disela-sela cumbuanku padanya.Gadis itu menggeliat, sesekali mendorong pelan dadaku, lalu kemudian membalas pelukan dan juga pagutanku. Aku tau Nindya belum berpengalaman, berbeda dengan Aya yang selalu mengimbangiku selama ini.“Rileks,” bisikku.Kulihat gadis itu memejamkan mata yang bagiku itu seolah pertanda mengizinkanku untuk melanjutkan, sesekali ia masih mendorongku, tapi bagiku tenaganya tak berarti apa-apa. Aku terus merangsek, menjelajah dan mencari sesuatu yang baru hingga akhirnya kami berdua berakhir di atas tempat tidurnya dengan napas yang terengah-engah.“Maaf,” ucapku sambil melepaskan diri. Gadis itu terus sa
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Bab 250

Meski tak ingin hadir di resepsi Aya, namun mama dan papa memaksaku untuk ikut dengan alasan silaturahmi dan memperlihatkan pada semua bahwa kami pisah secara baik-baik. Padahal mungkin Aya memang sudah baik-baik saja, tapi tak begitu denganku.Mama dan papa langsung berbaur dan mengobrol santai dengan ibu Aya setelah kami tiba di ballroom hotel bintang lima di mana resepsi pernikahan Ivan dan Aya digelar. Ibu Aya sendiri masih memakai kursi rodanya dengan dikawal beberapa orang. Suasana mewah dan elegan sungguh terasa, undangan yang hadir pun terlihat dari golongan kelas atas. Aku yang hadir dengan menggandeng Nindya memilih duduk di pojok gedung. Suasana pesta benar-benar bisa menggambarkan sosok pengusaha muda yang berdiri dengan senyum sempurna di depan sana.Hatiku serasa ditikam ribuan jarum berkali-kali saat melihat sosok yang berdiri di sebelahnya. Aya, seharusnya dia milikku. Haruskah aku menyesali rasa yang terlambat hadir padanya? Haruskah aku menyesali telah menyerahkannya
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
48
DMCA.com Protection Status