“Kok nangis lagi, Nak. Kan suamimu ada di sini?”Aku terkejut, kemudian terdiam sesaat. Lalu saat menyadari apa maksud ibu, aku kembali meraung dan memeluk wanita yang begitu kuhormati itu. Namun rupanya bukan hanya aku yang kini menyadari apa yang sedang terjadi, karena kini, telapak tangan lebar yang sudah sangat kukenal itu melingkari bahuku, mendekapku yang sedang menangis dan mengadu pada ibu.Ibu merestui kami.“Ibu sudah dengar dari adikmu, Nak. Maafkan ibu ....”“Nggak, Bu. Jangan meminta maaf pada Aya, Ibu tidak punya salah pada Aya. Harusnya Aya yang minta maaf. Aya ....”Suaraku tertahan oleh tangis.“Ibu tau kamu bahagia dengannya, Nak. Maafkan ibu yang selama ini menutup mata.”Aku tak sanggup berkata apa-apa lagi, tapi kini suara yang selalu sangat menyenangkan itulah yang terdengar.“Bu, terima kasih sudah memberi restu. Saya berjanji tidak akan menyia-nyiakan restu ibu, saya akan menjaga dan mencintai Aya sepenuh hati, sepanjang hidup saya. Maafkan jika kami memulai in
Last Updated : 2022-12-30 Read more