Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 231 - Chapter 240

476 Chapters

Bab 231

Aku hanya memandanginya dari jauh, membiarkannya larut dalam kesenangannya. Kunikmati memandang wajah dan ekspresi bahagianya dari sudut kafe. Tak pernah kusangka pria pemilik senyum manis itu kini menjadi milikku. Aku mencari pria itu dalam ingatan masa laluku, namun sama sekali tak menemukannya di sana selain sebatang cokelat silver queen dan setangkai bunga yang waktu itu nyasar padaku. Ah, seperti apa dia di masa itu? Kenapa pria semenarik itu luput dari perhatianku? Puas memandanginya dari jauh, aku memilih melipir ke samping kafe, di mana terdapat taman kecil dengan air mancur di sana, membuatku kembali mengingat malam saat pertama kali bertemu dengannya di grand opening kafe ini. Begitu cepat waktu berlalu, saat itu aku berada di sini sebagai tamu undangan menemani Mas Adam dan kini aku berada di sini sebagai istrinya. Di tempat ini pula lah dia pertama kali melihatku menangis.“Hei, dicari ke mana-mana ternyata di sini.” Pria yang sedang ada di dalam pikiranku itu tiba-tiba s
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more

232

Lelah menunggunya, aku pun memilih berbaring di sofa, lalu kembali mengingat saat aku tertidur di sofa ini. Saat kami berdua menginap di kafe ini karena dia memilih tak membangunkanku. Itu pertama kalinya aku berbohong pada Mas Adam, karena padanya aku mengaku menginap di rumah Imelda.Aku tersenyum mengingat semuanya. Ivan orang pertama yang membuatku sanggup melawan ketidakadilan bahkan membuatku mampu keluar dari tekanan untuk memulihkan diri dan hatiku. Terima kasih, Tuhan, sudah mengirim pria itu dalam hidupku. Terima kasih, Tuhan, sudah mempertemukan kami di tempat ini pada malam itu.Aku menggeliat lalu membuka mata ketika merasakan ada lengan yang memelukku, juga deru napas hangat dan teratur yang menerpa leherku. Rupanya aku tertidur di sofa dan ternyata Ivan pun memilih ikut tidur bersamaku. Perlahan kulepaskan tangannya, lalu turun dari sofa. Nampaknya sudah tengah malam karena kafe sudah sunyi, tak ada kegiatan apa pun lagi.Itu artinya, kejadian yang dulu di mana aku tert
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more

233

Tak Bisa ke Lain Hati“Aku memang sudah merencanakan menyuruhmu menutup butikmu, hanya saja aku masih mencari waktu yang tepat agar tidak menyinggung perasaanmu. Aku tak menyangka jika kamu justru meminta pendapatku untuk hal ini.” Dia tersenyum.“Kenapa senyum?” Aku menyelidik.“Entah kenapa aku merasa kamu selalu datang meyerahkan dirimu padaku, dalam hal apa pun. Termasuk untuk urusan yang tadi.” Ekspresinya menyebalkan.“Tinggalkan semua yang diberikan Adam. Jika dia memaksa, paling tidak kalian bisa membagi dua, dan jatahmu boleh kamu sumbangin ke kegiatan-kegiatan sosial. Kamu ingat kan aku tak memperbolehkanmu membawa apa pun ke dalam rumah kita. Selain dirimu dan cintamu. Tinggalkan semua yang ada di belakang.”Aku mengangguk setuju.“Kalau boleh membuka butik lagi, silakan pilih lokasinya, nanti Tiara yang urus semuanya,” katanya lagi. Tapi, kali ini aku menggeleng.“Nggak mau. Aku mau beristirahat saja. Dulu, aku membuka butik untuk membantu biaya sekolah adik-adikku. Tapi s
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more

Bab 234

Kusapukan sentuhan make up terakhir di wajahku, lalu berdiri melihat penampilanku sendiri lewat pantulan cermin. Kurasa cukup puas dengan gaun malam berwarna biru navy model turtleneck yang kukekanakan. Rambutku kuikat tinggi dan hanya menambahkan kalung sebagai aksesoris. Malam ini kami berdua akan menghadiri resepsi Supri. Ivan duduk di sofa ruang depan menungguku berdandan. Pria yang mengenakan mengenakan setelan tuxedo berwarna hitam itu terlihat sedang serius menatap layar ponsel di tangannya. Dia mengangkat wajahnya saat mendengar langkahku, lalu kutangkap matanya yang berbinar-binar menatapku tak berkedip.“Wow! Aya!” serunya tertahan.“Kenapa?” Aku mengeryitkan kening sambil memperhatikan penampilanku sendiri. Mungkin saja ada yang salah dengan penampilanku.Pria itu berdiri, lalu berjalan menghampiriku. Tangannya melingkari pinggangku.“Wow! Cuma dandan sebentar dan hasilnya seperti ini, Aya? Kamu memang mengagumkan, Sayang.” Dia mencium pipiku sekilas.Aku terdiam, lalu mena
last updateLast Updated : 2022-12-29
Read more

Bab 235

“Soalnya apa?”Lagi, aku berniat menjahilinya, karena aku tau kelemahan pria ini.“Soalnya senyumnya bikin meleleh, dan malam ini kamu seksi sekali.” Sengaja kuucapkan dengan berbisik.“Aya, please! Jangan bikin aku mutar balik. Aku nggak kuat.”Aku menertawakan ketidakberdayaannya hingga pipiku terasa pegal karena menertawakannya.“Aya.” Suaranya tiba-tiba mellow.“Aku senang bisa melihatmu tertawa seperti ini,” ucapnya lagi.“Terima kasih sudah menghadirkan tawa dalam hidupku,” balasku serius.Bersamanya, aku memang selalu bisa selepas ini, tanpa ada tekanan apalagi kekangan. Bersamanya, semua yang dulu tak mungkin jadi mungkin. Bersamanya, aku menemukan diriku kembali.🍁🍁🍁Ivan mengenggam tanganku erat-erat saat memasuki gedung di mana acara resepsi digelar. Kurasa pria itu tahu bahwa aku sedang merasa gugup. Bagaimana pun, ini pertama kalinya aku tampil di depan banyak orang bersamanya. Apalagi teman-temannya yang waktu itu ikut di acara reuni pasti semua datang, dan semua past
last updateLast Updated : 2022-12-29
Read more

Bab 236

“Oh, jadi ini yang namanya Mbak Cahaya? Cantik gini ... pantesan!”Hanya sapaan sederhana, bahkan disertai senyuman ramah padaku. Tapi, kata-kata sederhana ini punya makna yang dalam bagiku. Apalagi aku menangkap tatapan mata Mas Adam padaku. Ternyata, tak semudah itu memperkenalkan status baruku pada dunia. Semua masih terasa canggung dan juga menimbulkan rasa gugup.Aku meminta izin pada Ivan untuk mencari toilet saat dia sedang berbincang berdua dengan pelatihnya. Kurasa dia sedang menjelaskan hubungan yang rumit untuk dijelaskan ini karena kulihat si pelatih sesekali menoleh padaku, lalu kemudian menatap Adam. Entah mengapa aku menangkap tatapan iba dari si pelatih bahkan dari teman-teman mereka pada mantan suamiku itu. Dan itu membuatku merasa seolah mereka semua sedang menghakimiku.Sengaja aku berlama-lama di toilet sambil merapikan make up. Seandainya bisa, rasanya aku mau pulang saja dari tempat yang membuatku mulai merasa tak nyaman ini. Tapi aku tak mungkin meninggalkan Iva
last updateLast Updated : 2022-12-29
Read more

Bab 237

“Kebahagiaanku adalah kamu, Aya. Sayangnya aku baru menyadarinya sekarang.”“Aku tak percaya dan aku tak mau mendengar apa pun lagi. Sekali lagi permisi, aku mau lewat.”Dia menyingkir, tapi tak melepaskan tatapannya dariku. Lututku masih gemetar setelah berlalu dari pandangannya. Ternyata trauma itu masih ada saat mendapatkan tatapan mengintimidasi darinya.“Kok lama?” Ivan bertanya.“Ng- nggak apa-apa,” jawabku. Keningnya bertaut, kurasa dia melihat kegugupanku.“Mau pulang?” tanyanya.“Tapi ... kamu masih ... kalian masih ....”Ah, aku bingung harus berkata apa. Namun telapak tangan hangat dan lebar itu membuatku merasa nyaman saat ia menggenggam tanganku.“Kita pulang sekarang. Kelihatannya kamu tak nyaman berada di sini.”Aku mengangguk. Dia terus menggenggam tanganku, lalu berpamitan pada teman-temannya, termasuk pada Mas Adam.🍁🍁🍁Ivan mengajakku ke hotel yang bagian rooftopnya dijadikan restoran. Kami berdua memang belum sempat manikmati hidangan di acara resepsi tadi karen
last updateLast Updated : 2022-12-29
Read more

Bab 238

Pagi ini Ivan kembali mengantarku ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantornya. Berkali-kali pria itu meminta maaf karena belum bisa mengajakku ke dealer mobil karena kesibukannya. Padahal aku pun sudah bilang berkali-kali bahwa aku belum terlalu memerlukan mobil karena aktivitasku juga tidaklah padat.“Titip salam buat ibu, ya. Maaf nggak bisa nemanin masuk, aku ada meeting pagi ini.”“Iya, nanti di sampaikan.”Kuraih punggung tangannya dan menciumnya, dia membalas dengan mencium keningku.“Hati-hati, ya, Sayang. Semoga semua kerjaannya hari ini lancar,” ucapku lagi.Dia tersenyum.“Dari dulu aku selalu mendambakan ini, Aya. Didoakan oleh istri saat akan bekerja, itu rasanya sangat menyenangkan dan pastinya akan lebih berkah. Terima kasih sudah mendoakan suamimu.”“Doanya nggak gratis kok. Nanti dibayar pakai jatah bulanan ya. Maklum istrimu ini pengangguran sekarang.” Aku menggodanya.“Pasti dong, Sayang. Sekarang malah makin semangat kerja untuk kamu dan anak-anak kita nanti.”Aku
last updateLast Updated : 2022-12-30
Read more

Bab 239

“Kok nangis lagi, Nak. Kan suamimu ada di sini?”Aku terkejut, kemudian terdiam sesaat. Lalu saat menyadari apa maksud ibu, aku kembali meraung dan memeluk wanita yang begitu kuhormati itu. Namun rupanya bukan hanya aku yang kini menyadari apa yang sedang terjadi, karena kini, telapak tangan lebar yang sudah sangat kukenal itu melingkari bahuku, mendekapku yang sedang menangis dan mengadu pada ibu.Ibu merestui kami.“Ibu sudah dengar dari adikmu, Nak. Maafkan ibu ....”“Nggak, Bu. Jangan meminta maaf pada Aya, Ibu tidak punya salah pada Aya. Harusnya Aya yang minta maaf. Aya ....”Suaraku tertahan oleh tangis.“Ibu tau kamu bahagia dengannya, Nak. Maafkan ibu yang selama ini menutup mata.”Aku tak sanggup berkata apa-apa lagi, tapi kini suara yang selalu sangat menyenangkan itulah yang terdengar.“Bu, terima kasih sudah memberi restu. Saya berjanji tidak akan menyia-nyiakan restu ibu, saya akan menjaga dan mencintai Aya sepenuh hati, sepanjang hidup saya. Maafkan jika kami memulai in
last updateLast Updated : 2022-12-30
Read more

Bab 240

Beruntung Ivan bisa menjelaskan dan meyakinkan ibu bahwa Candra memang layak berada di sana, terlepas itu atas bantuannya pada awalnya. Meski aku tau, pria itu sedikit melebih-lebihkan kemampuan Candra, namun aku menangkap niat baik dari alasan yang diberikannya pada ibuku. Dia ingin ibu bangga pada anak-anaknya. Maka kutatap mata pria bergelar suamiku itu dengan tatapan takjub. Dia benar-benar peduli pada orang-orang di sekitarku, terutama keluargaku. Ivan bukan memberi materi langsung seperti yang dulu dilakukan Mas Adam, tapi dia membuka jalan dan menunjukkan arah yang terbaik.Dia membuka jalan bagi Candra, yang kemudian mengeluarkan kemampuannya di sana sesuai dengan bidangnya. Lalu melambungkannya di depan ibuku, agar ibuku bangga pada anak lelakinya. Sedangkan aku makin bangga padanya. Pria itu menaikkan alisnya ketika menyadari aku masih memandanginya.“Ya sudah. Ibu tidak akan banyak ikut campur lagi. Kalian semua sudah dewasa, pasti sudah tau yang mana yang baik dan yang bur
last updateLast Updated : 2022-12-30
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
48
DMCA.com Protection Status