Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 251 - Chapter 260

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 251 - Chapter 260

476 Chapters

Bab 251

PoV CahayaMenjadi istri seorang pengusaha seperti Ivan ternyata tidak lah semudah yang kubayangkan. Beberapa kali aku harus mendampinginya menghadiri undangan-undangan dari relasi bisnisnya. Padahal sejujurnya aku tak terlalu suka berada di circle pergaulan kelas atas, aku selalu merasa tak nyaman dan juga tak tenang. Namun Ivan yang sudah hapal dengan ketidaknyamananku akan selalu menggenggam tanganku, lalu menatapku dengan tatapan yang mampu menghipnotisku lalu mengalirkan rasa nyaman di dalam hati. Karena itu, berada di mana pun, di lingkungan apa pun, jika bersamanya aku akan selalu merasa sangat nyaman dan terlindungi.Kadang aku berpikir, bagaimana pria itu dulu sering sekali muncul di hadapanku padahal kegiatan dan pekerjaannya sangat padat seperti ini. Namun jawaban dari Kak Dian yang datang bersama suami dan anak-anaknya dari Surabaya untuk mempersiapkan pesta resepsi pernikahan kami menjawab semuanya.“Waktu lagi deketin kamu semua dia abaikan, Aya. Kontraknya banyak yang b
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Bab 252

“Dian juga kangen ibu.” Wanita itu juga memeluk ibuku.Ah, sungguh pemandangan yang mengharukan bagiku. Kedua kakak beradik yang terlihat sering berantem namun saling menyayangi itu ternyata menyimpan perasaan rindu yang teramat dalam pada orang tuanya. Kak Dian dan Ivan selalu saling menjaga, saling peduli meskipun yang terlihat adalah mereka selalu saling mengejek. Ibuku memeluk keduanya, lalu mereka tenggelam sesaat dalam perasaan masing-masing.Mataku menangkap ibu meraih tangan Ivan setelah Kak Dian dan Ivan mulai merenggangkan pelukan setelah puas menumpahkan rasa rindu mereka pada orang tuanya. Ivan kembali menoleh saat ibu tak melepas tangannya.“Terima kasih sudah menerima dan menyayangi putri ibu dengan segala kekurangannya. Jika nanti Nak Ivan tak lagi menyayanginya, kembalikan dia baik-baik pada walinya. Mungkin ibu tak akan bisa lama menemani kalian, tapi ibu yakin Nak Ivan lah sebenar-benarnya jodoh Aya.”“Bu, jangan bilang begitu. Ibu akan punya waktu yang pajang untuk
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Bab 253

“Duh, yang ketemu penggemar berat,” godaku setelah Bella dan Imelda menyalami.“Ah, apaan sih.”“Mereka masih pada ngarep kayaknya, tuh,” godaku lagi.“Ya udah nanti kutawari jadi yang kedua dan ketiga,” balasnya santai.Aku mencubit pinggangnya. “Enak aja!”“Kamu milikku. Hanya milikku.” Aku berbisik di telinganya, dan aku tau pasti bagaimana reaksi pria ini.Aku terkikik melihatnya menggigiti bibirnya. Sungguh pria berkelas yang tak kuat menerima godaanku.Beberapa kali aku melihat ibu berbincang dengan Mama Indah yang datang dengan Papa, aku pun sempat melihat Mas Adam dan Nindya sesaat sebelum mereka berdua hilang di tengah kerumunan tamu. Satu hal yang kusyukuri adalah, ibuku dan Mama Indah tetap terlihat akrab seperti dulu. Meski aku tak bisa menebak apa yang ada dalam pikiran masing-masing, tapi cukuplah seperti itu. Itu sudah membuatku bahagia.Namun hal yang paling mengejutkanku malam ini adalah di ujung pesta, kala tetamu sudah tak ada dan menyisakan WO dan keluarga besar ka
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Bab 254

“Udah mandi, Sayang?” Pria itu mendekatiku, lalu menghirup rambutku.“Udah. Gimana ibu?”“Benar kata Kak Dian, ibu udah baik-baik saja.”Aku mengelus rahangnya. “Kamu sesayang itu sama ibuku?”Dia mengangguk dengan mata sayu. “Rasanya seperti kembali memiliki orang tua setelah bertahun-tahun,” ucapnya.“Terima kasih.” Aku masih mengelus pipinya, dia memejamkan mata.“Aku mandi dulu, siapkan dirimu. Kita bikin adik bayi.” Dia mengelus perutku.Ah, sentuhannya memabukkanku.Lalu pria dengan tampilan perut kotak-kotak itu kembali menempel padaku setelah mandi. Aku menertawakan pria yang dijuluki bayi besar oleh Kak Dian ini. Dia memang sangat manja pada Kak Dian, lalu kini padaku.“Jangan tidur dulu,” bisiknya lagi setelah selesai melakukan semua yang ingin dilakukannya.Aku mentapnya.“Itu baru ronde pertama,” katanya sambil tertawa.“Kamu nggak capek?” tanyaku. Aku sendiri kelelahan setelah rangkaian acara resepsi hari ini.“Nggak.”“Berenang yang gesit ya, Sayang. Papi mami udah nggak
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Bab 255

Tanpa berniat mampir menemui Ivan setelah aku dan Bu Laila kembali dari rumah Tari mewakili perusahaan menyampaikan bela sungkawa, aku meminta supir langsung mengantarku pulang ke rumah. Aku hanya mengirim pesan pada Ivan menyampaikan jika aku sudah melaksanakan perintahnya tadi, mewakilinya ke rumah salah satu karyawan.Ivan mengirimkan beberapa pesan menanyakan kenapa tak mampir ke ruangannya dulu tadi, tapi aku beralasan sedang tak enak badan. Ada sesuatu yang ingin kupastikan sehingga membuatku terburu-buru. Ponselku segera berdering setelah pesan terakhirku tadi terbaca.“Kamu sakit, Sayang?" Akhirnya aku menyesali alasan yang kuberikan karena itu justru membuat suamiku panik.“Nggak, hanya sakit perut dikit kok. Biasa lah, penyakit bulanan.”“Ya udah. Baik-baik di rumah, ya, Sayang. Kalau perutnya sakit istirahat saja, nggak usah ngerjain kerjaan rumah.”Perhatiannya yang selalu membuatku melambung. Aku menelan saliva sambil memikirkan satu hal yang beberapa jam lalu mengusik ha
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Bab 256

Kusimpan kembali album foto pada tempatnya, lalu memilih berbaring di sofa yang ada di dalam ruang kerja Ivan. Kepalaku terasa berat, selain karena ini memang hari pertama di mana aku mendapatkan siklus bulananku, tapi sebuah fakta akan kemiripan wajah masa kecil suamiku dengan bocah kecil yang baru kutemui hari ini tak ayal menambah berat kepalaku.“Aya ... Sayang ....” Suara sayup sayup serta usapan lembut di pipi membuatku terjaga, dan mahluk tampan yang masih berbalut kemeja kerjanya yang dililit hingga siku itu sudah berada di depan mataku.“Kenapa tidur di sini, Sayang? Masih sakit perutnya?” Dia mengusap perutku.Aku menggeleng, lalu bangkit dari tidurku. Posisi Ivan yang masih menunduk membuatku leluasa melingkarkan kedua tanganku di lehernya. Entah mengapa aku sangat ingin memeluknya saat ini.“Hei, ada apa?” Suaranya lembut berbisik.Aku menggeleng, lalu melepaskan rangkulanku di lehernya.“Emang nggak boleh merangkul suami sendiri?”“Bukan gitu, Ay. Kamu hanya ... nggak sep
last updateLast Updated : 2023-01-05
Read more

Bab 257

“Tatap aku, Ay.”Mau tak mau aku membalikkan badan, tidur berhadapan dengannya, menatap matanya.“Aku sudah bilang kan, jangan ada rahasia di antara kita, agar rumah tangga kita bisa berjalan dengan saling percaya.Aku mengangguk.“Kalau begitu cerita. Aku nggak mau menduga-duga apa yang sedang menggangu pikiranmu.”Aku menatapnya dalam-dalam.“Waktu itu ... waktu kamu pertama kali ... ehm ... itu ... Akhh!” Aku kehilangan kata-kata.Dia menatapku dalam-dalam.“Waktu pertama kali apanya, Aya? Apa ... ada sesuatu yang terjadi tadi?”Dia seolah mencari jawaban dari mataku.“Ada yang terjadi di rumah Tari?”Degg! Jantungku berdegup kencang. Tatapannya makin tajam, seolah menghipnotisku hingga tanpa sadar aku mengangguk.“Mau cerita? Atau aku tanya Bu Laila? Atau tanya langsung ke Tari?” Dia meraih ponselnya di atas nakas.“Jangan,” leraiku.“Jadi?”Kali ini aku yang meraih ponselku. Kubuka galeri ponsel lalu memperlihatkan foto yang kuambil diam-diam di rumah Tari tadi. Ivan mengeryitkan
last updateLast Updated : 2023-01-05
Read more

Bab 258

“Lagi mikirin apa, Istriku?” Pria yang sedang kupikirkan itu tiba tiba saja sudah berada di belakangku.“Kamu basah, Sayang,” protesku saat dia memelukku masih dengan tubuhnya yang setengah basah sehabis mandi, bulir-bulir air juga masih menetes dari ujung rambutnya.“Bantu keringkan.”Tanpa sungkan, pria dewasa dengan postur tubuh menggoda itu melepas handuk putih yang membelit pinggangnya lalu menyodorkannya padaku. Meski bukan yang pertama kalinya dia seperti ini, namun jantungku tetap saja beronta mendapat perlakuan seperti ini. Pipiku pun sama, masih memanas ketika pria yang berstatus suamiku ini tanpa rasa malu mempertontonkan seluruh tubuhnya di hadapanku.Ini memang sudah menjadi kebiasan si bayi besar jika melihatku sedang bebas seperti ini, dan yang membuatku selalu mencari kesibukan di dapur jika sudah selesai menyiapkan baju gantinya. Karena Ivan tidak akan mencariku ke dapur hanya untuk menyuruhku mengeringkan tubuhnya. Lamunanku tentang Tari tadi lah yang membuatku terta
last updateLast Updated : 2023-01-05
Read more

Bab 259

PoV IvanSelama seminggu belakangan aku seperti punya kebiasaan baru. Semua berawal sejak Aya memperlihatkan foto seorang bocah laki-laki yang ditemuinya di rumah salah satu karyawanku seminggu yang lalu, setiap malam di saat istriku sudah terlelap dalam dekapanku bahkan di sela-sela padatnya pekerjaanku diam-diam aku selalu membuka galeri ponselku dan memperhatikan deretan foto yang kuambil dari jauh setelah selama seminggu ini mengawasi bocah itu.Bocah laki-laki berusia sekitar 6 tahunan yang selama seminggu ini setiap kali aku mengawasinya dari jauh bocah itu selalu terlihat murung. Bocah kecil yang dari Aya kuketahui bernama Wira itu selalu duduk di kursi teras depan rumah orang tuanya lalu menatap kosong ke arah jalan. Sesekali sang ibu dari bocah kulihat muncul dari dalam rumah, membujuk si bocah lalu mengajaknya masuk hingga tak lama kemudian bocah itu kembali duduk di teras dengan pandangan kosongnya.Hatiku selalu terasa dicabik-cabik setiap kali menatap bocah kecil itu, aku
last updateLast Updated : 2023-01-06
Read more

Bab 260

“Baik-baik di rumah, ya, Sayang. Jangan mikir yang macam-macam,” ucapku saat berpamitan dan mencium keningnya.Aku sudah berjanji dalam hati, apa pun sisa-sisa masa lalu yang tertinggal tak akan mempengaruhi hubunganku dengan Cahaya, wanita tercintaku saat ini.Sayangnya, rasa berbeda itu langsung menyergap saat tiba di kantor dan tanpa sengaja berpapasan dengan wanita yang merupakan ibu dari bocah yang selama seminggu ini mengganggu pikiranku. Mendung masih nampak jelas di wajah wanita yang baru saja kehilangan suaminya itu. Maka, atas nama kemanusiaan dan sebagai atasan yang baik mau tak mau aku harus menyampaikan rasa bela sungakawaku atas kepergian suaminya. Tentu saja dengan menyembunyikan kegugupanku. Ya, tiba-tiba saja ada rasa gugup berhadapan dengan Tari.“Pak Ivan kenal Bu Tari?” Tiara yang sejak tadi mengekori langkahku bertanya.“Tidak,” jawabku singkat.“Oh. Tiara pikir Pak Ivan kenal. Soalnya Pak Ivan tau suaminya meninggal, padahal kan dia karyawan baru.”Tiara masih te
last updateLast Updated : 2023-01-06
Read more
PREV
1
...
2425262728
...
48
DMCA.com Protection Status