Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 111 - Chapter 120

476 Chapters

Bab 110

Tak ada lagi rasa sakit itu, sungguh aku sudah mengikhlaskan semuanya. Mungkin memang harus seperti ini alurnya.Aku justru masuk ke kamar lalu mengirim pesan pada seseorang.[Di rumah ada Nindya.][Kamu nggak apa-apa?][Dia ke sini untuk urusan pekerjaan.][Kamu nggak apa-apa?][Mereka lagi diskusi di ruang TV.][Kamu nggak apa-apa?][Kenapa nanyanya diulang terus?][Karena aku nggak peduli dengan mereka. Aku hanya perlu tau apa kamu baik-baik saja?][Justru itu yang ingin kukatakan. Tak ada lagi rasa sakit melihat Mas Adam mengabaikanku di depan Nindya. Aku merasa plong, seolah ada beban berat yang lepas dari dadaku.][Beban berat di dada? Loh kok beban beratnya hilang, Ay? Hilang satu apa hilang dua-duanya? Gawat dong. Aku jadi ngebayangin kamu cuma punya satu.][Ih! Jangan mesum! Bukan beban yang itu!]Aku tau apa yang sedang dipikirkannya.[Terima kasih sudah merasa plong, terima kasih sudah tertawa. Karena aku hanya butuh itu, Aya.]Ah, Ivan selalu membuatku seperti ini. Seolah
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

Bab 111

“Kenapa seperti ini, Nak? Ada yang ingin Aya katakan pada Mama? Jangan menyembunyikan apa pun, Nak. Mama tau Aya bukan wanita yang bisa dengan mudah terlibat hubungan seperti itu. Apa Adam berbohong? Apa Adam menekanmu, Nak?”Aku menggeleng dengan deraian air mata.“Tidak, Ma. Aya memang salah. Maafin Aya.”Toh tak ada gunanya membela diri, aku di pihak yang salah. Sebaik apa pun Mama Indah, sesayang apapun Mama padaku, sedekat apapun hubungan kami. Dia tetaplah ibu dari Mas Adam. Aku tak ingin menceritakan ataupun saling mencari-cari kesalahan. Biarlah waktu yang akan menjawab semuanya.“Dam, kamu kepala rumah tangga. Keputusan ada padamu. Papa hanya berharap pertahankanlah hubungan kalian jika masih bisa dipertahankan. Papa tidak mau terlalu banyak ikut campur, tapi papa tau Cahaya anak yang baik. Kalian bisa saling mengintrospeksi diri, mungkin saja ini hanya salah paham.” Papa menasihati.Mataku kembali menganak sungai. Seandainya saja hubunganku dengan Mas Adam sedamai hubungan p
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

Bab 112

“Apa kamu pernah tidur dengannya?”Aku menoleh, meraih selimut lalu menutupi tubuh.“Berapa kali kamu tidur dengannya!” Ia masih memejamkan mata.“Kami nggak sejauh itu.”Dia menoleh.“Lalu sejauh apa.”Kali ini aku memberanikan diri menatapnya.“Boleh kah aku menanyakan hal yang sama? Sejauh apa Mas Adam dengan Nindya selama ini?”“Aya! Kita sedang tak membahas Nindya!”Hatiku berontak. Egois sekali pria ini.“Kamu egois, Mas!” Kulilitkan selimut ke tubuhku dan berniat turun dari tempat tidur untuk membersihkan diri.Aku tersentak saat tubuhku kembali ditarik dari belakang.“Sejauh mana dia menyentuhmu!” Bentaknya lagi, sementara tangannya membuka paksa selimut yang terlilit. Lalu membuangnya begitu saja.“Hentikan!!!” pintaku dengan derai air mata saat ia kembali memperlakukan tubuhku dengan kasar.Aku segera menjauh ketika berhasil melepaskan diri darinya, kemudian memungut pakaianku yang berserak di lantai lalu berjalan ke arah pintu.“Perempuan murahan!”Kupejamkan mataku. Rasa s
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

Bab 113

Baru beberapa desain gaun pesanan pelanggan yang kuselesaikan ketika ponselku berdering. Dilayar tertera nama Candra-adikku.“Kenapa, Dek?” tanyaku setelah membalas salamnya.“Ibu minta antar ke beberapa tempat hari ini, Kak. Motor lagi dipakai Kak Cindy, tadi dia buru-buru karena ada janji dengan dosen pembimbing.”“Terus kenapa, Dek?”“Boleh pinjam mobil Kak Aya nggak?”Di rumah ibu memang satu-satunya kendaraan yang ada hanya motor yang dibelikan Mas Adam waktu itu tanpa sepengetahuanku. Itu pun kadang dipakai bergantian oleh ketiga adikku yang memang sedang sibuk-sibuknya. Akhirnya aku melajukan mobilku ke rumah ibuku dengan membawa pekerjaanku untuk keselesaikan di sana.“Ibu sehat?” tanyaku setelah tiba. Wajah ibu terlihat lebih segar dari biasanya.“Ibu sehat, Nak.”Aku tersenyum. “Ibu kelihatan lebih segar pagi ini, juga lebih cantik.”“Selagi kamu dan adik-adik kamu sehat dan bahagia, ibu pasti merasa lebih segar.” Ibu membalas senyumku.Degg!! Mengapa kalimat ibu seakan meny
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

Bab 114

“Kenapa?” Ini sudah kesekian kalinya Ivan bertanya kenapa. Karena aku tak memesan makanan apa pun dan kini bahkan merasa mual mencium aroma tajam dari makanan yang kini tersaji di hadapanku.“Nggak tau.”“Kamu sakit, Ay? Wajahmu pucat.” Dia merapikan anak-anak rambut di keningku. Aku segera menepis tangannya.“Jangan,” biskikku. “Kita sudah sepakat.”Dia mengangguk.“Maaf,” ucapnya, lalu melanjutkan kalimatnya, “Tapi kamu beneran nggak apa-apa kan, Aya?”Aku menggeleng. Dari kemarin memang aku merasa aneh dengan tubuhku, dari kemarin aku merasa tak berselera makan. Bahkan roti yang kubuat untuk sarapanku dengan Mas Adam tadi pagi juga tak tersentuh olehku, dan membuat roti itu kubuang sia-sia karena Mas Adam pun tak mau menyentuhnya. Aku menatap pria di hadapan yang begitu menikmati makanannya sedangkan aku harus menahan rasa mual di perutku karena tajamnya aroma khas bumbu dapur di rumah makan ini.Ivan makan sambil sesekali menjawab ponselnya yang sedari tadi tak berhenti berdering.
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

Bab 115

“Kamu mau kan ninggalin Adam?”Kalimat yang terlalu berani, tak beretika bahkan cenderung kurang ajar. Bagaimana bisa dia mendesakku untuk bercerai. Sungguh semua sudah berjalan tak pada tempatnya. Tapi pertanyaan kurang beretika itu justru kujawab dengan anggukan kepala yang tegas.“Aya.”“Hm.”“Jangan cari yang lain kalau udah lepas dari Adam. Segeralah berlari padaku.”Sekali lagi, tanpa rasa malu sedikit pun aku mengangguk.“Aku ninggalin dia karenamu. Kalau bukan karenamu aku pasti masih memilih bertahan disana, meski dengan luka.”“Wah, aku sangat tersanjung, Nona.”Kalimat yang lucu menurutku, tapi dia mengatakannya dengan ekspresi yang datar.“Kamu lucu, Van.”Dia mengedipkan mata.“Boleh nyium?”Aku menggeleng. “Jangan.”“Tapi matamu berkata lain.”“Jangan dibahas!”Aku mengikuti gayanya, meletakkan lenganku di dashboard dan menyadarkan kepalaku di sana menghadap padanya.“Jangan tatap-tatapan,” ucapnya dengan senyum tipis. “Aku nggak kuat,” lanjutnya.Tapi aku bergeming, mem
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

Bab 116

“Ay.”“Aku sedang banyak masalah.”“Proyek jalan toll di Sulawesi bermasalah, sepertinya ada karyawanku yang bermain curang.”“Kak Dian minta aku jauhin kamu.”“Tak ada satu pun yang ngedukung kita.”“Tapi aku udah nggak bisa mundur.”Aku masih membiarkannya bicara. Meski hatiku teriris mendengarnya. Kak Dian nyuruh aku jauhin kamu.“Ay.”“Boleh peluk kamu?”Kali ini ada tetes bening yang jatuh di sudut matanya.Aku menggeleng, “Jangan.”Namun tanpa bisa kukendalikan tanganku sudah bergerak ke arahnya.“Kita hadapi bersama, kan?” Aku menyeka sudut matanya. Lalu tanganku dengan lancang turun ke rahangnya, mengusap rambut-rambut halus yang tumbuh liar di sana. Dia memejamkan mata sesaat, lalu membukanya kembali setelah aku menarik tanganku.“Aku turun, ya,” kataku.Berlama-lama di sini hanya akan membuat dadaku lebih sesak lagi. Dia mengangguk, lalu menyetel automatic lock ke mode buka.“Baik-baik, ya, Sayang.”Aku kembali menoleh. Kembali menatap matanya.“Semalam aku udah menghindarin
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

Bab 117

Dengan langkah tergesa aku menyusuri koridor rumah sakit, mengikuti petunjuk yang diberikan Candra padaku tadi. Ternyata adik lelakiku itu sudah menungguku di ujung koridor sebelum ruang perawatan ibu.“Gimana ibu, Dek?” tanyaku.“Ibu sudah sedikit baikan dari kondisi sebelumnya tadi, Kak. Tapi ....”Aku menghentikan langkah.“Kakak akan bicara baik-baik pada ibu, Dek. Kakak yakin ibu akan mengerti.” Aku tau apa yang sedang dikhawatirkan adik lelakiku itu.“Kak, boleh bicara sebentar?”Aku mengangguk, mengajaknya duduk di kursi taman yang ada di sekitar rumah sakit.“Candra sudah menduga dari awal, Kak. Selama ini, Candra bukan tak melihat keanehan hubungan Kak Aya dan Mas Adam. Tapi kenapa Pak Lukman dan Bu Indah taunya Kakak yang ....”Ia tak melanjutkan kalimatnya. Aku menarik napas, adik kecilku ini rupanya sudah mulai dewasa dan sudah mulai memahami situasi seperti ini.“Apa Kak Aya punya hubungan dengan laki-laki yang waktu itu ngantar Kak Aya ke dokter?”Aku mengangguk. “Kakak
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more

Bab 118

“Maaf ya, Nak. Mama pikir ibu kamu sudah tau masalah kalian. Jadi Mama meminta pendapatnya. Ternyata Bu Mar langsung drop setelah mama meminta pendapat beliau mengenai keinginan kalian untuk berpisah.” Mama Indah menyebut nama ibuku, dan menjelaskan padaku kenapa ibu tiba-tiba drop.Sebenarnya aku tak ingin membahas itu di rumah sakit, karena khawatir kondisi ibu. Tapi Mama Indah sudah terlanjur membahasnya, dan kurasa ibuku pun mendengarnya, meski kami berjarak beberapa meter karena aku dan Mama Indah duduk berbincang di sofa.“Nggak apa, Ma,” jawabku.“Sudah ngomong berdua dengan Adam? Bicarakan dari hati ke hati mau dibawa ke mana hubungan kalian.”Mama Indah bertanya dengan mimik memohon padaku. Tapi entah mengapa mendengarnya menyebut nama Mas Adam tiba-tiba saja membuatku mual. Bayangan kebrutalannya malam itu dan jejak-jejak yang ditinggalkannya di sekujur tubuhku tiba-tiba saja membuat perutku bergejolak. Buru-buru aku berlari ke arah toilet dan memuntahkan semua isi perutku d
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more

Bab 119

“Mau ambil apa, Bu? Biar Aya yang ambilkan.”Ibu menggeleng, terus berusaha menggapai.“Bu, nanti ibu jatuh,” kataku.Tapi ibu bergeming, tetap tak menanggapiku. Hatiku meringis pedih.“Bu ... Aya ngambil keputusan ini bukan hanya kerena pemikiran sesaat.”Aku berusaha bicara, meski ibu memilih tidur memunggungiku.“Maafkan Aya jika karena permasalahan rumah tangga kami membuat ibu jatuh sakit seperti ini. Maafkan Aya.”“Apa yang selama ini ibu lihat bukanlah gambaran keadaan kami yang sebenarnya, Bu.”“Dari awal menikah hubungan dan komunikasi Aya dan Mas Adam sudah sangat tidak normal.”“Hampir tiap hari selama tiga tahun pernikahan kami Aya menerima kekerasan verbal dari Mas Adam. Tapi Aya menyembunyikan semuanya dari ibu.”Aku terus saja bicara, menyambung kalimat demi kalimat. Meski ibu tak berpaling.“Selama ini Aya menyembunyikan karena berharap suatu saat Mas Adam bisa berubah dan komunikasi dan hubungan kami bisa normal sebagaimana layaknya hubungan suami istri.”“Tapi Mas Ad
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
48
DMCA.com Protection Status