“Ay.”“Iya.”“Jangan terlalu banyak pikiran, ikuti saja alurnya. Aku tak bisa berada di sampingmu, menemanimu 24 jam. Tapi kuharap kamu menyayangi dirimu sendiri, Aya. Kamu bisa berbagi apa pun denganku, aku siap selalu mendengarmu. Jangan pernah merasa sendiri, aku akan selalu ada untukmu.”Aku tersentuh. Tak pernah ada satu orang pun yang bisa memahamiku sebaik Ivan.“Terima kasih,” ucapku lirih.Suara deru mobil memasuki garasi membuatku menoleh. Mas Adam memarkirkan mobilnya tepat di samping mobilku.“Mas Adam baru pulang,” ucapku lagi.“Aku tutup telponnya, ya,” lanjutku.“Ay.”“Hm.”“Baik-baik, ya, Sayang.”Tapi kalimat terakhirnya tak membuatku baik-baik, karena kini degup jantungku menjadi lebih cepat mendengarnya kembali memanggilku sayang.Aku menoleh ke arah mobil Mas Adam. Dia keluar dari mobilnya tanpa sekali pun melihat ke arah mobilku, padahal dia tak mungkin tak tau kalau aku ada di dalam mobilku karena mesin mobil belum kumatikan, dan kaca mobilku pun tidak terlalu g
Last Updated : 2022-11-14 Read more