Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 101 - Chapter 110

476 Chapters

Bab 100

Cahaya Kirana, gadis biasa dan jauh dari ekspektasiku mengenai kriteria pendamping itu kini telah hidup denganku selama tiga tahun, selama itu pula aku tak pernah mengubah tabiatku, meski sesekali dia melayangkan protes padaku. Satu hal yang tak kupungkiri dari Cahaya adalah kepuasanku atas kebutuhan biologis. Dia tak pernah menolakku, selalu menuruti bahkan sangat memahami apa yang kuinginkan, meski aku tak tau apa dia juga merasakan kepuasan yang sama. Karena aku tak pernah bertanya dan tak berniat menanyakan itu padanya. Semua tentang Aya tak pernah membuatku tertarik dan penasaran. Berbeda sekali dengan perasaan tertarik dan penasaran yang kurasakan ketika bersama Nindya, gadis cerdas yang bekerja di divisi keuangan perusahaan tempatku bekerja. Gadis yang selalu membuat adrenalinku terpacu saat berada di dekatnya, adernalin yang tak pernah kurasakan dari awal bersama Cahaya.Kini gadis biasa itu telah berubah, dia mengkhianatiku, berselingkuh dengan sahabatku.Aku meremas rambut,
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more

Bab 101

“Kamu sudah menghancurkan mentalku, Mas. Kamu sudah mengubahku menjadi manusia yang kehilangan kepercayaan diri. Kamu menenggelamkan semua keceriaanku, menutupi cahaya matahariku, menghapus warna pelangiku. Bukan aku, tapi kamu yang sudah menghancurkan harga diriku!”Dadaku semakin sesak dengan emosi, dan semakin menjadi-jadi ketika Aya kembali berucap,“Aku pernah mencintaimu, Mas. Dari awal aku selalu berusaha menumbuhkan rasa cinta itu karena bagaimana pun kamu adalah suamiku. Lalu aku akhirnya benar-benar jatuh cinta saat melihatmu memperlakukan keluargaku dengan baik. Tapi kemudian rasa itu kembali terkikis oleh sikapmu. Apa kamu tak pernah merasa jika selama ini kamu sudah sangat keterlaluan padaku? Atau mungkin kamu tak pernah merasa karena kamu memang tak pernah menganggap aku adalah istrimu, pendamping hidupmu. Mungkin selama ini kamu hanya merasa aku adalah tempat pelampiasanmu."Dia menjeda kalimatnya."Apa kamu tau sejak kapan pondasi yang telah berusaha kubangun itu runtu
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more

Bab 102

PoV CahayaEntah mendapat keberanian dari mana aku bisa dengan gampangnya meminta cerai dari Mas Adam setelah dia menyeretku pulang ke rumah.“Mungkin lebih baik kita bercerai saja. Ceraikan aku, Mas.”Kulihat dia tertegun mendengarku meminta bercerai. Meski mataku sudah dipenuhi oleh air mata, namun aku masih bisa melihat tubuhnya seolah kelihangan keseimbangan mendengar kalimatku. Lalu kemudian pria itu marah ketika aku mengatakan tak pernah baik-baik saja dan tak pernah bahagia hidup bersamanya.Meski kurasa aku sudah terlalu banyak bicara kali ini, tapi dadaku merasa sangat plong. Semua beban yang selama ini hanya kusimpan dan tak pernah kukatakan di depannya kini kukatakan dengan tenang padanya. Entah kapan kepercayaan diriku ini kembali hingga aku bisa dengan tenang mengatakan semuanya. Padahal selama ini aku lebih memilih menyimpannya dalam hati, karena pria itu akan terlebih dulu menekanku dan membuatku hanya bisa diam.Dan hal yang paling gila yang kulakukan selanjutnya adala
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

Bab 103

Jangan tanya bagaimana rasanya berada dalam pelukannya. Rasanya aku ingin menghentikan waktu, tak ingin berakhir dan sanggup berada di sana selama mungkin.Kuraih ponselku untuk mencari tau kabarnya. Aku memilih menghubungi nomor Kak Dian yang ternyata sedang berada di rumah sakit menunggui Ivan yang sedang mendapatkan perawatan atas luka-lukanya. Membayangkan tubuhnya yang terkapar akibat serangan Mas Adam tadi membuat air mataku kembali jatuh. Namun Kak Dian meyakinkanku jika aku tak perlu mengkhawatirkannya.“Aya, kamu nggak apa-apa, kan?” Kak Dian justru menanyakan kabarku.“Aku baik-baik saja, Kak.”“Dia dari tadi minta aku nanyain kabarmu. Dia mengkhawatirkanmu padahal dia sendiri babak belur.” Terdengar suara tawa Kak Dian.“Maafin aku, Kak.” Aku terisak.“Maaf untuk apa, Aya?”“Karenaku dia terluka seperti ini.”“Bukan karena kamu, Aya. Ivan terluka karena jalan yang telah dipilihnya. Aku sudah pernah menasihatinya untuk hal ini, tapi dia tetap memilih berada di jalan yang sal
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

Bab 104

Kubuka pintu depan, menatap taman kecil di sudut yang selalu kurawat dengan baik selama ini. Kugigit kuat-kuat bibirku agar tangisku tak makin pecah. Aku mencintai rumah ini, merawatnya dengan sepenuh hatiku. Dulu aku berharap di rumah ini akan ada cinta, akan lahir anak-anak kami yang membuat ikatan pernikahan kami semakin kokoh. Aku punya banyak impian ketika pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini, impian indah yang kini harus kukubur di tempat ini juga. Dadaku masih sesak menangisi semua impian indahku saat ponselku berdering.“Kak ....” Nomor Kak Dian memanggil.“Kenapa masih memblokir nomorku, Ay. Aku jadi nggak bisa nanyain kabarmu. Apa kamu baik-baik saja?”Maka tangis yang dari tadi masih berusaha kutahan seketika pecah ketika mendengar suara itu. Ivan memakai ponsel Kak Dian karena aku memang masih memblokir nomornya.“Ivan ....” Aku terisak-isak.“Hey, kamu kenapa? Apa Adam menyakitimu? Aku tidak akan me--““Gimana keadaanmu?” Aku memotong kalimatnya.“Aku nggak apa, Ay
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

Bab 105

Kuraih tangannya perlahan, lalu menyatukan jariku di sela-sela jemarinya. Hangat. Kulitnya selalu mengalirkan kehangatan ke dalam darahku. Aku menatapnya sekali lagi, menatap bibir tebal yang tadi mengucapkan kalimat indah yang membuat darahku berdesir.“I love you, Cahaya.”Sama sepertinya, aku juga tak akan mundur. Karena hati sudah terlanjur berpaling. Hati telah memilih meninggalkan yang mengikat dengan sah dan berpaling pada yang mengikat dengan dosa. Perlahan kurebahkan kepalaku di sampingnya, lalu terlelap dengan jemari yang saling bertaut.Aku menggeliat dan membuka mata saat merasakan seseorang membelai kepalaku. Leherku terasa pegal, rupanya aku tertidur dengan berbantalkan salah satu lenganku, dan pemandangan yang langsung menyambut saat aku membuka mata adalah senyuman dari wajah yang penuh luka lebam itu.“Hai.” Kulihat ia susah payah menggerakkan bibirnya.“Hai,” jawabku lemah, masih dengan kepala yang terkulai di sampingnya. Mataku kembali basah.“Hei, jangan nangis te
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

Bab 106

“Kita hadapi semua bersama, Aya. Aku akan selalu di sampingmu. Apa yang kualami saat ini tidak akan ada apa-apanya dengan tekanan yang akan kamu alami setelah ini. Mungkin orang-orang di sekeliling tidak akan menyakiti fisikmu seperti aku, tapi mereka semua akan menyerang mentalmu, menyalahkanmu atas semua kejadian ini. Kuharap kamu bisa lebih tegar lagi.”Dia meraih tanganku, lalu menyelipkan jarinya ke sela-sela jemariku.“Kita berada dalam hubungan yang salah, Aya. Tapi aku sudah tak bisa mundur lagi. Kuharap kamu juga begitu. Mari kita hadapi ini bersama.”Dia meremas jari-jariku.“Kamu mau kan memperjuangkan hubungan kita. Kamu mau kan sekali lagi harus menguatkan mentalmu demi hubungan ini? Semua tidak akan mudah, tapi kita sudah sampai di titik ini.”Aku mengangguk.“Sudah kubilang jangan nangis,” lirihnya.“Aku nggak nangis,” bantahku.Dia terkekeh.“Air matanya udah banjir gini masih bilang nggak nangis.”Dia melepaskan tautan tangannya, lalu megusap pipiku.“Aya.”Aku menata
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

Bab 107

Kuparkirkan mobilku di garasi setelah tiba di rumah. Tak ada mobil Mas Adam di sana, padahal aku mengira dia sudah berada di rumah saat mengirimiku pesan tadi. Aku tak langsung turun dari mobilku, tapi memilih menyandarkan tubuhku di kursi sambil merenungi semua kejadian yang terjadi belakangan ini. Apa yang kusembunyikan selama tiga tahun ini benar-benar sudah mencapai puncaknya saat ini. Jika dulu aku hanya bisa memendam semuanya sendiri, maka sekarang aku sudah tak dapat lagi menahan lara itu sendiri. Jika sebelumnya aku memilih memakai topeng kebahagiaan dan berharap jika suatu saat kebahagiaan itu menjadi kenyataan, bukan hanya sekedar topeng, maka kali ini aku memilih melepaskan semua topeng itu.Lalu aku merenungi apa yang dikatakan Ivan tadi, aku harus lebih menyiapkan mental jauh lebih kuat dari sebelumnya, karena tidak akan ada satu pun yang akan mendukung kami. Sementara hatiku telah benar-benar tartaut padanya, pada hubungan terlarang yang pasti akan ditentang dan disalahk
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

Bab 108

“Aku nggak suka lihat kamu terbebani seperti ini, Ay. Aku lebih suka lihat kamu tertawa. Dengarkan aku baik-baik, Cahaya. Jika tadi tak ada pelukan, apa kamu pikir Adam akan semarah itu padaku? Tidak, Aya. Dia tidak pernah peka jika itu mengenai kamu. Di grup WA tim basket kami bukan hanya sekali dua kali teman-teman membahas keakraban kita di villa waktu itu, bahkan disertai dengan foto candid dan beberapa video. Tapi Adam tak pernah sekali pun menanggapi. Kenapa? Karena dia selalu merasa kamu baik-baik saja bersamanya. Dia tidak pernah tau kekosongan hatimu, atau mungkin tak pernah mau tau.”Ivan menjeda kalimatnya.“Jika tadi dia tak melihat langsung aku memelukmu, mungkin sampai sekarang dia masih terus menjadikanku tempatnya untuk bercerita tentang semua perasaannya pada Nindya. Dia cerita semuanya padaku, Aya. Bahkan semua yang belum kamu ketahui. Aya ... kita memang salah, semuanya salah. Tapi berawal dari kesalahan itu lah yang membuka pikiranmu, dosa itu lah yang membuka jala
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

Bab 109

“Ay.”“Iya.”“Jangan terlalu banyak pikiran, ikuti saja alurnya. Aku tak bisa berada di sampingmu, menemanimu 24 jam. Tapi kuharap kamu menyayangi dirimu sendiri, Aya. Kamu bisa berbagi apa pun denganku, aku siap selalu mendengarmu. Jangan pernah merasa sendiri, aku akan selalu ada untukmu.”Aku tersentuh. Tak pernah ada satu orang pun yang bisa memahamiku sebaik Ivan.“Terima kasih,” ucapku lirih.Suara deru mobil memasuki garasi membuatku menoleh. Mas Adam memarkirkan mobilnya tepat di samping mobilku.“Mas Adam baru pulang,” ucapku lagi.“Aku tutup telponnya, ya,” lanjutku.“Ay.”“Hm.”“Baik-baik, ya, Sayang.”Tapi kalimat terakhirnya tak membuatku baik-baik, karena kini degup jantungku menjadi lebih cepat mendengarnya kembali memanggilku sayang.Aku menoleh ke arah mobil Mas Adam. Dia keluar dari mobilnya tanpa sekali pun melihat ke arah mobilku, padahal dia tak mungkin tak tau kalau aku ada di dalam mobilku karena mesin mobil belum kumatikan, dan kaca mobilku pun tidak terlalu g
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more
PREV
1
...
910111213
...
48
DMCA.com Protection Status