Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 81 - Chapter 90

476 Chapters

Bab 80

[Kamu memang brengsek!]Aku menulis ini dengan jujur, karena merasa Ivan memang brengsek. Bukan karena telah memanfaatkan keadaan datau kepercayaan Mas Adam. Tapi karena menghilang begitu saja setelah membuat debaran indah di hatiku.[Aku begini karenamu.]Aku tak membalas.[Jangan bertengkar dengan Adam, ya. Jangan buang-buang energimu. Bicara baik-baik, kamu akan terlihat lebih elegan.][Nggak mau bicara.][Ya udah, kalau gitu bicara sama aku aja.]Aku mencibir.[Mulai besok jangan parkir di seberang butikku lagi. Bikin karyawanku nggak konsen kerjanya.][Jiahhh! Ketahuan ya.] Dia membubuhi emot tertawa.[Udah tau kenapa nggak nyamperin?] Tulisnya lagi.[Udah di situ kenapa nggak masuk sekalian?][Emang dibolehin?][Boleh. Tapi harus beli produk butik.][Kalau gitu besok aku borong seisi butik Ayya.]Aku mengirim emot tertawa.[Udah dulu, ya. Cuma mau bilang baik-baik sama Adam. Udah beberapa hari nggak ketemu, kan? Dia juga pasti udah kangen.][Kangen apanya?][Kalau nggak kangen d
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more

Bab 81

“Mas.”Saat ini kami sudah berbaring di ranjang yang sama. Dia menoleh.“Aku tau bagaimana rasanya mencintai seseorang tapi tak bisa memilikinya, itu begitu menyiksa. Kalau Mas Adam menyukai Nindya, kenapa tak melepasku?”“Kamu tak akan pernah memahaminya, Aya. Pikiranmu tak akan pernah sampai ke sana.”Meski kalimatnya tak nyaman di telinga, tapi paling tidak kali ini dia mengucapkannya dengan nada pelan.“Kalau Mas menganggap aku tak paham, kenapa tidak berusaha menjelaskan padaku? Kenapa membiarkan aku terus menerus dipenuhi tanya seperti ini? Apa Mas Adam tau, hubungan kita ini sudah jauh dari kata normal. Sampai kapan kita seperti ini, Mas? Apa sebenarnya yang kita tunggu. Aku merasa kita berdua hanya sedang menunda perpisahan.”Matanya yang tadi terpejam kini membuka, mungkin dia merasa terkejut dengan keberanianku kali ini. Sementara aku sengaja memanfaatkan kerapuhannya kali ini untuk mengatakan isi hatiku.“Apa kamu tau berapa banyak hati yang akan tersakiti jika mengetahui k
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Bab 82

Pagi ini aku kembali menyiapkan keperluan Mas Adam untuk perjalanan dinasnya ke Timika, salah satu daerah penghasil emas di Papua. Sedari tadi aku merasa ada yang tak biasa dengan keberangkatan Mas Adam kali ini, dia tak seantusias biasanya saat akan bertugas ke luar kota. Dan aku sangat tau apa penyebabnya, Nindya tak ikut dalam rombongan karena dia masih menjalani perawatan akibat kecelakaan yang dialaminya. Nindya memang sudah kembali dari Jogja, tapi dia masih cuti karena kakinya masih belum sembuh sepenuhnya.“Aku berangkat.” Mas Adam berpamitan padaku.Aku meraih punggung tangannya, lalu menciumnya seperti biasa.“Nggak mau Aya antar aja, Mas? Mumpung masih pagi. Habis dari bandara Aya bisa langsung ke butik.”“Nggak usah.”“Mobil Mas dititip di parkiran bandara? Nggak kelamaan?” tanyaku, karena menurutnya ia akan berada di Timika selama kurang lebih seminggu.“Nggak udah banyak nanya, Ay. Aku udah pusing ini!”Aku mendengkus kesal. Oke, aku tau dia pusing, karena best partner-n
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Bab 83

“Kenapa?” tanyaku.“Aduh, Aya. Aku lupa, siang ini aku punya janji ketemu dengan seseorang.”“Siapa?”“Aku ada janji dengan model yang akan dipakai perusahaanku untuk iklan produk properti terbaru kami.”“Model? Cewek?”“Iya.”“Ya udah kalau gitu antar aku balik ke butik sekarang.” Entah mengapa aku mengucapkannya dengan nada kesal.Huh, kuharap dia tak menyadari nada bicaraku tadi, karena tak ingin dia salah paham. Tapi ternyata aku salah, pria itu kini menatapku tersenyum.“Kenapa gitu cara ngomongnya?”“Gitu gimana?” Aku harus menyangkal.“Itu, yang tadi.”‘Issh! Aku nggak ngerti maksud kamu. Udah, ah! Anterin balik ke butik.”Sialnya, niatku ingin mengingkari justru membuat nada bicaraku semakin aneh. Aku sendiri tak mengerti.“Kamu cemburu?”Aku menggeleng. “Ih! Apaan sih.”“Aku tau rasanya, Ay. Aku juga ngerasain hal yang sama waktu tau Adam balik dari Jogja.”Aku menelan ludahku.“Aku cemburu ... pada Adam. Pada suamimu.”“Van ... jangan diterusin.”“Kamu tau kenapa aku berani
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Bab 84

Aku merasa terlindungi, aku merasa dimanja, aku merasa diperhatikan dan aku merasa dicintai.Belum pernah ada seorang pun yang memperlakukanku seperti ini. Bahkan suamiku pun tak pernah mau menggandeng tanganku sehangat ini. Aku berusaha melepaskan genggamannya saat akal sehatku kembali dan menyadarkankanku akan status kami berdua, apalagi ini di tempat umum.“Jangan dilepas,” bisiknya. Dia justru semakin mempererat genggaman.Akhirnya aku pasrah, berjalan mengikuti langkahnya sambil menunduk. Bukan tidak mungkin ada yang mengenali kami di tempat umum seperti ini. Semoga saja itu tidak terjadi karena aku sudah tak bisa melepaskan genggaman erat pria ini.“Hai, maaf saya sedikit terlambat,” ucapnya sambil menghentikan langkahnya.Aku pun menghentikan langkah lalu menengadahkan wajah. Jantungku seketika terasa terbang meninggalkan tempatnya saat menyadari siapa yang sedang duduk di hadapan kami saat ini.“Bella!”“Aya!”Bella menatapku sambil mengeryitkan keningnya. Lalu matanya beralih
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Bab 85

Aku harus pergi darinya, harus menjauh sejauh mungkin dan tidak tergoda lagi seperti yang sudah-sudah. Aku harus pergi, meski hati kecilku berkata jangan pergi!“Van.” Pria yang sedang berkonsentrasi menyetir itu menoleh sekilas. Saat ini kami sudah dalam perjalanan pulang.“Jangan pernah mengenggam tanganku lagi seperti tadi.”“Iya.”“Hari ini Bella, tidak menutup kemungkinan besok-besok ketemu yang lain lagi. Kita nggak bisa seperti ini.”“Iya.”“Harusnya kita nggak boleh ketemu lagi, Van.”“Iya.”Aku menoleh kesal mendengar jawabannya.“Kenapa jawabnya gitu.”Dia menepikan mobilnya, lalu menoleh padaku.“Apa yang harus kukatakan, Aya. Semua yang kamu katakan itu benar. Bukankah aku sudah pernah bilang aku akan pergi jika kamu memintaku untuk pergi, dan aku akan bertahan jika kamu yang meminta. Aku tak punya pilihan selain mengikuti apa maumu. Karena jika aku memilih mengikuti kata hatiku, maka aku bukan hanya sekedar menggenggam tanganmu, aku pasti sudah melakukan yang lebih dari p
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Bab 86

Malam-malamku selanjutnya kulalui dalam sunyi. Mas Adam masih berada di luar kota, dan seperti biasa dia tak pernah menghubungiku selama berada di sana. Sedangkan nomor yang selalu intens mengirim pesan entah untuk bertanya kabar atau sekedar menggodaku lewat pesan singkat kini telah terblokir di ponselku. Maka, ponselku pun sunyi, sesunyi hatiku yang masih bimbang dengan langkah yang harus kutempuh selanjutnya.[Mas Adam kapan pulang?]Kesunyian membuatku mencoba membangun komunikasi dengan suamiku. Sebelumnya Ivan juga selalu menasihatiku agar membangun komunikasi yang baik dengan Mas Adam. Masih kuingat bagaimana dia mengatur kami berdua menginap terpisah dari villa utama ketika acara reuni.Bangunlah komunikasi yang baik dengan Adam selama dua hari ini. Nikmatilah waktu kebersamaan kalian.Itu yang dikatakannya saat di villa, meskipun akhirnya tak ada komunikasi yang baik karena Mas Adam lebih memilih meninggalkanku.Tak ada pesan balasan dari Mas Adam. Aku menghelas napas, tak ad
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

Bab 87

Wanita yang wajahnya sangat mirip dengan seseorang yang sedang berusaha kulupakan itu sedang mengantre di belakangku saat aku hendak membayar belanjaanku di sebuah swalayan. Kami masih saling berbasa-basi hingga akhirnya Kak Dian mengajakku makan karena ingin berbicara serius.“Ivan adikku satu-satunya, Aya. Kami sangat dekat, apalagi setelah kedua orang tua kami meninggal.”Aku mendengarkan.“Aku tau apa yang sedang terjadi di antara kalian. Ivan sudah terbiasa bercerita padaku tentang apa pun. Dan selama hidupnya baru kali ini aku melihatnya seperti ini.”Kak Dian menghela napas.“Dia menjadi manusia robot belakangan ini, Ay. Beruntung Bik Jum segera mengabariku karena beberapa hari yang lalu dia demam tinggi. Ivan demam karena kecapean. Dia bekerja keras 24 jam non stop. Ketika aku datang dan menanyakan kenapa dia seperti itu. Dia bilang hanya ingin mengalihkan pikirannya agar tak melulu memikirkanmu.”Kali ini mataku mulai berkabut.“Ivan mencintaimu, Aya. Sayangnya kalian berdua
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

Bab 88

Mas Adam langsung bergabung dengan teman-temannya setelah masuk ke Twin. Rupanya anak dari salah satu teman tim basket nya yang sedang berulang tahun. Di bangunan sebelah kiri sudah ramai dengan anak-anak yang bermain dan berlari-larian di area play ground, sedangkan di sebelah kanan didominasi oleh kaum pria, lengkap dengan aroma kopi dan juga asap rokok.“Aku gabung ke sana, ya,” pamitku sambil menunjuk area sebelah kiri sambil membawa kado.Mas Adam tak menjawab, hanya melirik sekilas karena ia sudah terlibat obrolan dengan teman-temannya.Karena sudah kenal di villa saat acara reuni, aku pun disambut dengan sapaan ramah oleh para wanita yang sebagian terlihat sibuk menemani anak-anak mereka bermain. Sejujurnya ada rasa iri dalam hatiku, di antara semua istri-istri dari teman Mas Adam ini, hanya ada dua orang yang belum punya anak, termasuk aku. Sedang salah satunya lagi memang masih pengantin baru karena baru menikah beberapa bulan yang lalu.“Kali ini bareng suami beneran, Mbak A
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Bab 89

Mereka kembali tertawa, sementara aku harus menelan ludahku berkali-kali, menahan diri agar tak terlihat salah tingkah.“Kirain cuma aku doang yang liatnya gitu, Mbak.” Salah satu dari mereka menanggapi.“Atau jangan-jangan waktu itu si Ivan sedang menikmati peran jadi suami pengganti, ya.”Mereka kembali tertawa sedangkan aku kembali terbatuk-batuk.“Minum dulu, Mbak Aya. Maaf ya, kita hanya bercanda kok. Kan nggak mungkin Ivan yang punya banyak pilihan gitu malah milih wanita yang sudah bersuami.”Kali ini aku sudah tak sanggup lagi menyembunyikan salah tingkahku. Kuraih air mineral yang tersedia di atas meja lalu meneguknya agar tak lagi terbatuk-batuk.“Mbak-Mbak, maaf saya tinggal dulu, ya. Mau gabung ke tempat suami.” Akhirnya aku berpamitan, lalu berjalan ke bangunan di sisi kanan.Sebenarnya lebih aku tertarik duduk di gazebo, tapi kuurungkan karena tak punya teman untuk duduk dan mengobrol di sana. Akhirnya aku menghampiri Mas Adam yang sedang duduk dan mengobrol santai denga
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more
PREV
1
...
7891011
...
48
DMCA.com Protection Status