Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 71 - Chapter 80

476 Chapters

Bab 70

“Kapan-kapan main ke sini lagi, ya, Aya. Kakak yakin kamu istimewa, karena kamu adalah wanita pertama yang diajak Ivan ke rumahnya.” Itu yang diucapkan Kak Dian sebelum Cahaya masuk ke mobilku.Cahaya membalikan tubuhnya dan kembali berhadapan dengan Kak Dian.“Maaf, Kak. Sepertinya Kak Dian sudah salah sangka. Saya ....”“Iya. Aya pasti akan ke sini lagi, dan dia memang wanita istimewa.” Tak tau kenapa aku memilih memotong kalimat Aya. Dengan sangat bersemangat.“Ck! Tadi kenapa bohong sih? Nggak enak sama kakak kamu,” protesnya setelah mobilku keluar dari pagar.“Apanya yang bohong, Aya.”“Yang tadi itu, takutnya Kak Dian salah paham.”“Aku nggak bohong. Bagiku kamu memang wanita istimewa.”“Van, please! Jangan menambah masalah dan jangan memanfaatkan keadaanku.”“Aku hanya berkata jujur, Ay.”🍁🍁🍁Aya menyuruhku menghentikan mobil di depan pagar setelah tiba di rumahnya. Ia tetap menolak saat aku menawarkan untuk membawakan kopernya hingga ke dalam.“Terima kasih atas tumpanganny
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

Bab 71

“Van ....”“Hm.”“Aku juga menikmatinya.”Hening.“Dan aku juga akan merindukan kebersamaan kita.”Aku menangkap suara isakan lirih dari speaker ponselku. Aku menelan ludahku, menatap sendu ke arah pintu rumahnya.“Pulanglah. Aku tutup telponnya.”“Terima kasih sudah mau mengakui. Baiklah, aku akan pulang. Good night, My Sunshine.”Suaraku pelan, sangat pelan. Bahkan aku merasa hampir saja kehilangan kata-kata, karena terhimpit oleh rasa bahagia saat mendengarnya mengakui bahwa dia juga masih merindukanku.Aku juga menikmatinya.Dan aku juga akan merindukan kebersamaan kita.Cahaya, kamu sudah benar-benar sudah membawa pergi hatiku.🍁🍁🍁Setibaku di rumah, kuabaikan berbagai pertanyaan dan tatapan menuntut penjelasan dari Kak Dian. Aku memilih langsung masuk ke dalam kamarku. Masih kudengar suara Bang Malik sesaat sebelum aku menutup pintu.“Nanti aja nanya-nanyanya, Sayang. Sepertinya hubungan mereka sedikit rumit. Lihat saja bagaimana ekspresi Ivan. Biar dia istirahat dulu, masih
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

Bab 72

Aku terbangun saat mendengar pintu kamarku diketuk dari luar dan Kak Dian memanggil-manggil namaku. Aku menggeliat malas, tubuhku terasa agak pegal dan kepalaku terasa pusing. Kurasa wajar, karena semalaman aku tak bisa tidur dan baru bisa terlelap menjelang subuh. Padahal hari ini banyak sekali pekerjaan yang menantiku. Tiara bahkan sudah mengirim jadwal pekerjaanku hari ini yang begitu padat.“Kamu nggak ngantor?” Kak Dian langsung bertanya saat aku membuka pintu.“Ngantor, Kak. Malah padat banget pekerjaanku hari ini,” jawabku.“Ya sudah sarapan dulu. Tadi Kakak sudah bikinin nasi goreng kesukaan kamu.”“Terima kasih, Kak.” Aku memeluk Kak Dian dari belakang saat kakak kandungku yang umurnya 10 tahun di atasku itu sudah hendak melangkah meninggalkanku.“Lepas ih! Dasar bayi besar!”“Kangen, Kak. Kangen meluk kakak.”“Kangen meluk yang kemarin juga, nggak?”“Yang itu nggak bisa dipeluk,” gumamku. Aku tau Kak Dian sedang bertanya tentang Cahaya.“Kenapa?”“Masih milik orang.”Kak Dia
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

Bab 73

Kak Dian berteriak protes dan bahkan mengomeliku saat melihatku menyisakan sarapanku, tapi aku tak lagi menyimaknya. Fokusku hanya satu, aku harus melihat keadaan Cahaya, kemungkinan dia juga bisa mengalami hal yang sama denganku, sedangkan dia sendirian di rumahnya. Kak Dian masih terus mengikuti langkahku dengan beberapa pertanyaannya saat melihatku keluar dari kamar setelah mandi dan berganti pakaian.“Aku pergi dulu, Kak.”“Pergi ke mana? Ke kantor?”Aku menggaruk tengkuk. Harusnya aku memang ke kantor mengingat jadwalku sangat padat hari ini. Tapi bagaimana dengan Cahaya?“Ke rumah Aya, Kak. Kemarin dia juga kehujanan sama sepertiku. Aku khawatir dia juga demam.”Kak Dian hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.“Rupanya ada yang lebih diprioritaskan selain pekerjaan sekarang, ya.”Aku tak menanggapi.🍁🍁🍁Rumah Aya kelihatan lengang saat aku tiba, kuparkirkan mobilku di luar pagar lalu menelepon ke nomor Cahaya yang sejak semalam kusimpan dengan nama “My Sunshine” di ponselku. Na
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

Bab 74

Kami menunggu di depan ruang praktek dokter sambil sesekali bersin bergantian. Sudah beberapa kali Aya menyodorkan tisu padaku dan sudah berlembar-lembar tisu yang kami berdua habiskan.“Makanya jangan main hujan-hujanan.” Aku sengaja menggodanya saat ia kembali bersin. Pucuk hidungnya sudah terlihat berwarna pink akibat sering diusap, dan itu membuat wajah Cahaya terlihat semakin imut.“Ish! Nggak usah ngolok, kamu juga sama,” balasnya saat giliranku yang bersin.“Tapi kalau kemarin nggak hujan-hujanan kita nggak akan sedekat ini, Ay.”Dia memalingkan wajahnya, mungkin tak ingin membahas peristiwa hujan-hujanan kemarin. Namun itu membuatku semakin bersemangat menggodanya.“Tapi kalau ada kesempatan untuk hujan-hujanan berdua lagi, aku tetap mau, Ay. Nggak peduli mau demam dan pilek berapa kali, asalkan momen kita kemarin bisa terulang lagi.”“Haish! Mulai lagi.” Dia memprotes.Aku tertawa. Aku suka Cahaya yang asik diajak bercanda seperti ini, bukan Cahaya yang selalu diam dan terlih
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

Bab 75

Setelah itu kami tak terlalu banyak bicara lagi. Lebih tepatnya aku menghindari banyak bertanya lagi padanya. Bagaimana pun aku menyadari jika apa yang kulakukan ini berpotensi menimbulkan fitnah dan aku tak ingin itu terjadi. Apalagi Cahaya yang akan menjadi korban jika ada yang melihat kebersamaan kami seperti ini. Paling tidak misiku hari ini untuk membawanya ke dokter sudah terlaksana, karena aku juga merasa bertanggungjawab dengan demamnya Aya. Ponselnya yang tadi kurampas sudah kukembalikan padanya saat kami sudah di dalam mobil.“Jangan terlalu sering lihat layar ponsel, Ay. Ingat kata dokter tadi, kan? Kamu harus banyak istirahat.”“Bukan hanya aku, Van. Dokter juga nyaranin kamu istirahat.”“Wah, kalau begitu kita istirahat bareng aja, Ay.”Dia memukul lenganku. “Ngaco!”“Aku antar pulang, ya. Ingat hari ini banyak istirahat dan jangan main HP dulu.” Entah mengapa aku terdengar seperti seorang dokter yang sedang menasihati pasiennya, atau mungkin juga terdengar seperti seora
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

Bab 76

Aku mengikuti arah pandangannya. Persis di depan mobilku terlihat dua orang yang masih berboncengan di atas sepeda motor.Kurasa kami sedang dalam masalah! Kaca depan mobilku memang tak bisa dibilang transparan, tapi sangat cukup untuk melihat dengan jelas adegan yang baru saja terjadi.Kuhela napasku panjang-panjang.“Aku akan menjelaskan pada mereka, Aya.”Cahaya masih terlihat panik.“Jangan jelaskan apapun, Van. Jangan bicara apapun. Pulanglah!”“Ay.”“Pulanglah, Van. Aku nggak mau mengecewakan mereka.”“Aku tak mungkin pulang sementara mereka menatap kita dengan tatapan seperti itu, Ay. Biarkan aku menjelaskannya.”“Van, please! Aku nggak mau rumah tanggaku kenapa-kenapa.”“Aku nggak mungkin mencelakakanmu, Aya. Ayo, turun.” Aku sudah hendak membuka pintu mobil ketika ia kembali memanggilku.“Van.”Aku menoleh.“Aku mencintai Adam.” Suaranya terdengar sangat rapuh.Aku terdiam sesaat. Memejamkan mata meresapi kalimatnya barusan.“Tentu saja. Dia suamimu,” ucapku sambil membuka pi
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more

Bab 77

“Saya siap melakukan apapun untuk menebus kesalahan saya, Bu. Tapi jangan bebankan hal ini pada Aya, dia benar-benar tak tau apa-apa. Aya juga tadi marah atas kekhilafan saya. Saya yang salah sudah menyalahgunakan kepercayaan Adam.”Aku menatapnya iba. Dia benar-benar ingin melindungiku. Berkali-kali dia mengatakan pada ibu agar tak meyalahkanku atas kejadian ini.Setelah melalui perbincangan yang ujung-ujungnya berisi permintaan maafnya, Ivan pun pamit pulang. Aku tak lagi berani menatapnya karena ibu masih duduk di sampingku. Padahal, ingin sekali aku berlari dan memeluk pria itu. Demi melindungiku, dia rela menjelekkan dirinya sendiri di hapadan ibuku. Meskipun kami berdua tau, ini bukan hanya kesalahannya, karena aku pun menikmati semua yang terjadi di antara kami.Terima kasih, Ivan. Kamu melindungiku dengan caramu sendiri.“Sudah lama kenal dia, Nak?”Suara ibu membuat pandanganku beralih dari menatap pintu depan, aku masih terus menatap pintu itu setelah sosok Ivan sudah tak te
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more

Bab 78

“Bu, Mas Adam di sana jagain Nindya. Dia ninggalin Aya di puncak malam-malam hanya karena mendengar Nindya kecelakaan. Coba ibu bayangin gimana perasaan Aya, Bu?”Ibuku menghela napas.“Jadi karena itu kamu seperti ini? Kamu ingin membalasnya? Aya ... Adam itu orang baik, lihat saja bagaimana dia memperlakukan ibu, lihat saja bagaimana dia memperhatikan adik-adikmu. Hampir semua keperluan ibu dan adik-adikmu diperhatikannya. Ibu tak pernah meminta apapun darinya, tapi dia selalu tau apa yang ibu perlukan, apa yang adik-adikmu inginkan. Berpikir positif lah, Nak. Mungkin seperti itu pula dia pada teman-temannya. Mungkin hanya kebetulan kali ini Nindya yang sedang terkena musibah.”“Tidak, Bu. Ini bukan karena kebetulan. Mas Adam memang ....”“Aya.” Ibu memotong kalimatku.“Seharusnya kamu bangga dengan sikap pedulinya. Toh, dia tak pernah mengurangi kasih sayangnya padamu, kan?”“Kasih sayang? Kasih sayang seperti apa yang ibu lihat dari Mas Adam padaku?”“Aya, ini bukan kali pertama k
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more

Bab 79

Sore ini Mas Adam pulang ke rumah, setelah empat hari berada di Jogja. Selama itu pula, ia tak pernah mengirim pesan menanyakan kabarku. Meskipun sudah sering ditinggal ke luar kota, kepulangannya kali ini menyisakan suasana kaku di antara kami. Karena kali ini dia bukan pulang dari tugas kantormya di luar kota, tapi dia baru pulang dari luar kota dalam rangka menjaga seseorang yang begitu dipedulikannya.Tak ada pembicaraan di antara kami, padahal hatiku sudah sangat ingin berteriak dan protes padanya. Ingin sekali rasanya berteriak mengeluarkan semua rasa sesak yang sudah menumpuk. Sesekali saat makan bersama, kulihat dia melirikku. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Mungkinkah dia menungguku menanyakan kabar Nindya padanya?Aku masih merapikan barang bawaannya saat ia terlihat masuk ke dalam kamar. Semua barangnya terlihat baru, dia pasti baru membeli semuanya karena malam itu memang tak membawa apa pun dari villa. Aku bahkan tak tau di mana ia menitipkan mobilnya selama ia di
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more
PREV
1
...
678910
...
48
DMCA.com Protection Status