“Jangan menangis, Aya.”“Kamu nggak bisa nyetir kalau begini.”“Tenangkan diri dulu, Ay.”Dia masih menungguku, menyodorkan kotak tisu padaku, mengatakan kalimat-kalimat yang menyemangatiku. Hingga akhirnya tangisku berhenti, atau lebih tepatnya kupaksakan diriku untuk berhenti.“Udah tenang?”Aku mengangguk. Dia tersenyum.“Hati-hati berkendara, Sayang.”Dia membuka pintu lalu keluar. Tapi kalimat terakhirnya membuat pikiranku kembali berjalan diluar batas normal. Dia memanggilku sayang!Tanpa bisa berpikir jernih lagi aku pun membuka pintu mobilku, lalu keluar dan menghambur ke pelukannya.“Jangan pergi.” Kini aku terisak-isak dalam dekapannya.“Aya, jangan begini.” Suaranya bergetar, tangannya memelukku.“Sebentar saja. Biarkan begini.”Aku mengeratkan pelukan, dia membalasnya lebih erat. Telingaku menempel di dadanya, degup jantungnya terdengar bagai irama memabukkan bagiku. Lalu aku merasa ia mencium pucuk kepalaku.“I love you, Cahaya.”Kupejamkan mata meresapi semuanya. Hingga
최신 업데이트 : 2022-11-09 더 보기