Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 121 - Chapter 130

476 Chapters

Bab 120

“Tapi kamu membuka hubungan dengannya.”Aku mengangguk.“Benar, Bu. Aya tidak akan mengingkari itu, dan Aya juga mengakui kesalahan itu. Aya sendirian, Bu. Tak ada satu pun yang memahami, tak ada satu pun yang tau apa yang selama ini Aya alami, tak ada satu pun yang mengerti betapa mental Aya sudah sangat tertekan oleh kekerasan verbal Mas Adam.”Rasa mual menghinggapi ketika aku kembali mengingat perjalanan panjangku dalam tekanannya selama ini.“Cuma Ivan yang mengerti Aya, Bu.”“Begitulah cara kerja setan menghancurkan ikatan pernikahan.”Kalimat ibu menohok jantungku.“Dan Aya akan semakin banyak dosa jika masih melanjutkan pernikahan ini, Bu. Hubungan kami hanya akan mendatangkan pertengkaran dan perselisihan. Aya juga nggak mau mengikat Mas Adam dengan pernikahan, sementara hatinya tertaut pada wanita lain. Mas Adam menyukai salah satu rekan kerjanya, Bu. Dan dia mengakui semua itu di hadapan Aya.”Aku masih terus menjelaskan pada ibu, berusaha meyakinkannya jika pernikahanku da
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more

Bab 121

[Aku di parkiran rumah sakit.]Pesan yang masuk tepat di saat aku sedang menyusun kalimat untuk mengajaknya bertemu. Dan dia memang selalu muncul di waktu yang tepat.“Ke arah kiri, mobilku parkir di sudut. Biar asik mojoknya.”Ck! Dia selalu begitu, bicara semaunya, tapi itu membuatku tertawa.“Hai, Sunshine,” sapanya. Dia tersenyum, membukakan pintu mobilnya. Lalu berjalan memutar dan masuk kembali lewat pintu sebelahnya.“Dari mana?” Keningku mengeryit melihat penampilannya yang tak biasa. Jika biasanya dia masih berkeliaran dengan setelan kemeja pakaian kerjanya di jam segini, kali ini Ivan mengenakan kaos dengan celana jeans. Penampilan casualnya membuatnya terlihat makin menarik. Sangat menarik malah, sampai aku tak menyadari jika dari tadi aku menatapnya tak berkedip.“Kenapa?” tanyanya heran.Aku buru-buru memalingkan muka, semoga saja dia tak menyadari bahwa aku sedang mengagumi penampilannya.“Dari mana?” tanyaku lagi. “Tumben gini.” Aku menarik kaosnya.“Ehh, jangan ditarik
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more

Bab 122

“Hah? H-hamil? Tapi kan ... kita belum sejauh itu.”“Kita belum making love, Ay!” lanjutnya lagi. Sambil berusaha tertawa, tapi tawanya terdengar dipaksakan.Mungkin dia mengira aku bercanda, tapi aku juga menangkap ketakutannya.“Kamu bercanda kan, Sayang.”“Nggak, Van. Aku nggak bercanda. Aku ... aku memang sedang hamil.”Hening.“Anak Adam," ucapku lagi.Dia menarik napas dalam-dalam. Hening membuatku menatap matanya.“Kenapa harus sekarang, Ay?” Dia balas menatap dengan tatapan penuh kekecewaan.“Aku bingung. Harus bagaimana. Aku ... tak mau kembali padanya. Tapi ... aku sedang mengandung benihnya.” Aku mulai terisak.“Adam sudah tau?”Aku menggeleng. Dia kembali menarik napas panjang.“Kamu boleh ninggalin aku, Van. Aku nggak mungkin menahanmu dengan kondisiku yang seperti ini.”Dia menoleh.“Aku tak pernah berniat meninggalkanmu, Ay. Sudah kubilang aku sudah tidak bisa mundur. Tapi bagaimana jika Adam bersikeras mempertahankanmu karena bayi itu. Apa kamu akan kembali padanya?”A
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more

Bab 123

“Selamat atas kehamilanmu.”Kalimat terakhirnya membuatku tak kuasa menahan gejolak di dada. Gejolak haru, sedih tapi juga bahagia. Wanita mana yang tak bahagia saat tau dirinya hamil, apalagi aku sudah sangat lama menanti saat-saat bahagia ini. Sayangnya, kebahagiaanku akan kehamilan justru datang di saat aku sedang menghadapi masalah pelik seperti saat ini. Rasa haru yang nenyeruak adalah ketika kalimat itu justru datang dari lelaki lain, bukan ayah dari jabang bayi. Sungguh ini tak pernah terlintas di dalam benakku. Dulu, saat masih sangat menanti kehamilan, aku selalu berkhayal jika nantinya suamiku lah yang akan menjadi orang pertama yang kukabari tentang kehamilanku, lalu kami akan berpelukan bahagia setelahnya. Namun kenyataannya bukan suamiku, bukan Mas Adam lelaki pertama yang kukabari, tapi justru Ivan lah lelaki pertama yang tau mengenai kehamilanku. Lelaki yang belakangan dicap sebagai orang ketiga dalam retaknya rumah tanggaku.Ucapan selamat darinya tadi juga sekaligus m
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

Bab 124

“Baiklah, Bu. Aya akan pulang nanti, setidaknya sampai ada yang menemani ibu di rumah.”Tak ada lagi pembicaraan setelahnya, kubiarkan ibu beristirahat di kamar sementara aku menyusun obat-obatan sesuai dengan resep yang diberikan dokter. Aku masih memilah-milah obat-obatan ibu agar untuk memudahkan ibu atau adik-adikku merawat ibu ketika ponselku berdering.[Bilangin Candra kalau berkendara jangan ngebut seperti tadi. Apalagi bawa orang sakit dan juga wanita hamil.]Pesan dari IN.Ini adalah pesan pertama yang dikirimnya setelah pertemuan terakhir kami di parkiran rumah sakit malam itu. Candra memang sedikit mengebut tadi karena mengejar jadwal kuliahnya, tapi dari mana Ivan tau?[Kamu tau dari mana Candra ngebut?] balasku.[Aku akan selalu menjagamu dari jauh.]Aku tak lagi membalasnya, semata hanya karena tak ingin kembali membuka komunikasi dengannya padahal kami sudah sepakat untuk saling menjauh sementara waktu. Tapi isi pesannya tadi membuat hatiku berbunga-bunga.Aku akan sela
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

Bab 125

“Dengan Mbak Cahaya?”Aku mengangguk.“Ini ada paket buat Mbak.”Aku menautkan alis, karena tak merasa memesan sesuatu. Paket apa? Dari siapa?Aku urung bertanya setelah si kurir menjelaskan siapa pengirimnya.“Dari IN,” kata si kurir.[Kenapa ngirim makanan?]Aku memilih mengirim pesan saat membuka isi paket yang ternyata makanan dari sebuah restoran terkenal, dengan menu lengkap dan porsi yang banyak, bahkan mungkin porsi doubel. Namun, ternyata pesanku tak langsung terbaca olehnya.Rasa lapar dan aroma sedap dari makanan yang di hadapanku membuatku memilih melahapnya. Tak seperti kemarin-kemarin, aku sangat menikmati makanan ini dan tak ada rasa mual terasa saat aku melahapnya. Makananku sudah hampir habis ketika ponselku berdering.[Semoga suka makanannya.][Makan yang banyak, ya.][Ingat, kamu sekarang nggak hanya sendiri. Tapi berdua dengan bayimu.][Sehat selalu kalian berdua.]Dia mengirim empat pesan sekaligus.[Terima kasih.]Aku membalas, tapi kali ini pesanku tak terkirim,
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

Bab 126

“Kenapa menyembunyikan dari Mama, Nak. Kenapa Aya nggak bilang kalau sedang hamil? Kenapa nggak bilang kalau Adam nggak pulang ke rumah sejak kembali dari tugasnya?”“Ma ....”Mama melepaskan pelukannya.“Aya, Mama dan Papa sudah tua, Nak. Belakangan ini Mama bahkan sudah mulai merasa lelah dengan aktifitas Mama. Mama sudah lama ingin menimang cucu.”Mama Indah menjeda kalimatnya.“Mama bahagia sekali mendengar kamu hamil, Nak. Pantas saja waktu di rumah sakit Aya pucat muntah-muntah. Bodohnya Mama tak menyadari jika di dalam perut Aya ada cucu Mama.”Lalu Mama Indah bercerita bahwa pagi tadi beliau mampir ke rumah ibuku sebelum berangkat ke kantor, dan ternyata dari ibuku lah mama mendengar kabar kehamilanku.“Tadi waktu rapat sidang mama udah nggak bisa konsen, Aya. Semua rekan pria terlihat seperti Adam dan yang wanita terlihat seperti Aya di mata Mama. Di pikiran Mama benar-benar hanya ada kalian berdua dan juga calon bayi kalian. Mama rasa kehamilanmu ini adalah jawaban dari Alla
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

Bab 127

Ini kali pertama aku menginap di rumah Mama tanpa Mas Adam. Meski sedikit canggung karena terakhir kali aku menginjak rumah ini, aku mengatakan jika ingin berpisah dengan putra mereka, namun sambutan Papa dan Mama membuatku merasa lega. Mereka berdua tak menunjukkan sikap kaku, bahkan jauh lebih ramah dari sebelumnya. Papa bahkan berkali-kali mengucapkan terima kasih, serta mengatakan tak sabar ingin menimang cucu. Lalu kemudian mereka berdua ribut soal nama dan jenis kelamin bayi.Aku tersenyum miris. Akankah kebahagiaan mereka terusik oleh keinginanku untuk berpisah? Sejujurnya aku tak tega. Papa dan Mama terlalu baik padaku, bahkan menyayangiku melebihi putra mereka sendiri. Tapi aku sudah tak sanggup bertahan, aku seolah sedang berada di puncak kesabaranku, di mana mendengar namanya saja aku sudah merasa tak nyaman.“Aya tidur di kamar Adam, ya. Kamar kalian waku pertama kali berstatus suami istri.”Entah mengapa aku merasa Mama Indah sejak tadi selalu berusaha mengingatkanku pada
last updateLast Updated : 2022-11-20
Read more

Bab 128

“Jangan tinggalin istrimu. Ingat, Aya sedang hamil.”Mama Indah terus mewanti-wanti saat Mas Adam sudah berada di balik setir mobilnya. Aku sendiri sudah lebih dulu masuk dan duduk di kursi penumpang depan, dan dengan susah payah menahan rasa mualku. Tak ada pembicaraan sepanjang perjalanan dari rumah mama, aku pun lebih memilih menoleh ke arah kiriku, menghindari menatap pria yang bergelar suamiku itu. Karena aku benar-benar harus menahan perutku yang terus bergejolak.Pagi tadi, aku terbangun di sofa dan mendapati pria itu sudah tak ada di tempat tidur. Rupanya dia sudah lebih dulu bangun dariku. Namun yang membuatku terdiam sesaat adalah saat akan bangkit dari sofa, aku mendapati sehelai selimut yang menutupi tubuhku. Padahal, tadi malam setelah muntah-muntah, aku langsung tertidur di sofa tanpa selimut.Apa dia menyelimutiku?Saat sarapan pagi bersama merupakan saat yang sangat menyiksa bagiku. Meski Mama dan Papa terus menerus mengajakku bicara, namun pria yang duduk di sampingku
last updateLast Updated : 2022-11-20
Read more

Bab 129

PoV AdamSetelah beberapa hari memilih tinggal di apartemen yang kusewa, malam ini papa menelepon bahkan menjemputku untuk pulang ke rumah. Entah apa yang sudah disampaikan Aya padanya sehingga papa terlihat begitu marah saat tau aku tak pulang ke rumah kami sejak kembali dari tugasku. Mungkin saja Aya sudah bicara buruk tentangku pada kedua orang tuaku. Kadang aku pun merasa aneh dengan sikap mama dan papa, mereka selalu terlihat lebih membela Cahaya daripada aku, putranya. Bahkan, saat aku mengatakan keinginan Aya untuk bercerai, aku masih mendengar mama bertanya pada Aya,“Kenapa seperti ini, Nak? Ada yang ingin Aya katakan pada Mama? Jangan menyembunyikan apa pun, Nak. Mama tau Aya bukan wanita yang bisa dengan mudah terlibat hubungan seperti itu. Apa Adam berbohong? Apa Adam menekanmu, Nak?”Pertanyaan mama waktu itu pasti membuat Aya merasa di atas angin. Mama bahkan membawa-bawa nama Nindya, padahal niat Aya untuk bercerai muncul karena hubungan terlarangnya dengan Ivan. Sungg
last updateLast Updated : 2022-11-21
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
48
DMCA.com Protection Status