“Van ... kamu nggak pingsan, kan?” tanyaku ketika melihat pria itu tak bergerak, bersandar ke belakang tetap dengan kepala terkulai.Dia menggeleng pelan.“Jangan bikin aku panik dong,” pintaku. “Kita ke dokter, ya,” lanjutku.Dia menggeleng.“Tapi kamu lemas gini, Van.”“Bentar lagi juga sembuh.”“Hah?”“Obatnya udah di depan mata.”“Hah?”“Aku kangen kamu.”Pipiku memanas, bukan hanya karena merasa tersanjung, tapi juga karena merasa malu pada supir taksi yang kini terlihat sedang tersenyum simpul dari pantulan spion kabin.“Adam tugas lagi?” tanyanya dengan mata terpejam.“Iya.”“Ke mana?”“Nggak tau.”Dia menarik napas, matanya masih terpejam.“Naif sekali kamu, Aya. Suamimu bukan sedang bertugas, tapi sedang liburan bareng tim work nya.”“Hah? Liburan? Bareng tim? Bareng Nindya?” Tanpa sadar aku bertanya.“Bareng tim, Aya. Bukan bareng Nindya, tapi juga termasuk Nindya.”Aku terdiam.“Kamu cemburu?”Aku masih terdiam.“Kamu cemburu pada dua pria sekaligus, Aya. Yang mana sebenarn
Last Updated : 2022-11-23 Read more