Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 161 - Chapter 170

476 Chapters

Bab 160

“Aya mana, Ma?” tanyaku setelah masuk.“Lagi di kamarnya. Dia jarang keluar kamar sejak pulang dari rumah sakit.” Mama menghela napas.Kudapati Aya sedang tertidur membelakangi pintu saat aku masuk ke sana. Lalu saat aku menghampirinya, terlihat butir-butir keringat di kening wanita itu. Sepertinya dia sedang tertidur, mungkin karena masih dalam pengaruh obat-obatan. Karena kata mama, dokter meresepkan obat tidur dosis rendah agar dia bisa beristirahat untuk mempercepat pemulihannya. Apalagi, kata mama, Aya masih sesekali histeris saat mengingat bayinya. Kunyalakan AC kamar agar ia bisa lebih nyaman. Kuseka beberapa butir peluh di keningnya, Aya hanya menggeliat sebentar kemudian terlelap lagi.Akhirnya aku memilih ikut berbaring, lalu memeluknya dari belakang. Telapak tanganku langsung menyentuh perutnya saat aku memeluk. Lagi, ada perasaan kehilangan di dalam hatiku. Dia sudah tak ada lagi di dalam sana. Aku mengusap-usap perutnya hingga ikut terlelap bersamanya.“Mas.”Suara Aya me
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

Bab 161

“Rahim aya masih luka, karena tindakan kuretase kemarin. Kata dokter masih harus istirahat minimal sebulan.” Kali ini mama menatapku.Aku mengangguk, mengerti apa yang dimaksud mama.“Setelah itu Aya boleh hamil lagi. Nggak ada larangan.”Sekali lagi aku mengerti arah pembicaraan mama.“Mama dan Papa pulang dulu. Baik-baik kalian, meski bayinya sudah nggak ada, jangan jadikan alasan untuk berpikiran yang aneh-aneh lagi seperti yang sudah-sudah.”Aku mengangguk sambil menoleh pada Aya, tepat di saat dia juga sedang menoleh padaku. Tatapan matanya masih menyiratkan kehilangan yang mendalam. Entah kehilangan yang mana yang masih ditangisinya.Maka malam ini, aku memindahkan bantalku ke kamar Aya dan membiarkan kamar kami kosong.“Kalau mau tidur di sebelah, aku nggak apa-apa, Mas,” ucapnya saat aku meletakkan peralatan tidurku di tempat tidurnya.Aku menatapnya sesaat. Sebenarnya kalimatnya tadi lebih terdengar sebagai penolakan bagiku. Ada rasa amarah yang berusaha kutahan di dalam dada
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

Bab 162

Ada yang berubah dari Aya semenjak kehilangan bayinya. Setiap hari dia terlihat selalu menyibukkan diri dengan berbagai aktifitasnya di rumah, karena mama mewanti-wantinya untuk tidak mengurus butiknya dulu. Hanya sesekali kulihat dia menelepon karyawannya, lalu sesekali sorang gadis yang sepertinya karyawan butiknya datang ke rumah. Maka Aya terlihat sengaja mencari-cari kesibukan di rumah. Aku dibuat tercengang-cengang saat pulang dari kantor dan melihat beberapa barang yang letaknya diubah, atau bingkai foto dan lukisan yang bertukar tempat, juga pajangan-pajangan lain yang berpindah.Sepertinya dia sengaja membuat dirinya sibuk. Karena tak beberapa hari berselang, benda-benda yang tadi berubah tempat sudah kembali ke tempatnya semula, lalu kemudian beberapa hari berikutnya berpindah lagi. Taman kecil di depan rumah juga makin segar dengan bunga berbagai warna yang sepertinya baru ditaman. Aya memang sangat hobil berkebun. Dulu, aku selalu menyebut itu sebagai hobi norak, karena ka
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Bab 163

Aya sengaja menyibukkan diri, karena jika tidak, mungkin ia akan tersiksa dengan keingintahuannya mengenai sosok yang selalu disebutnya dalam tidurnya.Satu hal lagi yang mengganjal di hatiku adalah, ternyata belakangan ini Candra selalu mengembalikan semua uang yang kutransfer ke rekeningnya. Aku memang rutin mentransfer sejumlah uang ke rekening Candra selama ini tanpa sepengetahuan Aya. Pada Candra, kukatakan bahwa uang itu untuk membantu kebutuhan mereka sehari-hari. Terus terang saja, ketulusan ibu Aya membuatku selalu merasa iba pada kehidupan keluarga Aya. Juga perlakuan ibu dan adik-adik Aya padaku sejak awal sudah membuatku tersentuh, maka aku tanpa segan menawarkan bantuan pada mereka, terutama biaya sekolah adik-adiknya. Namun, uang yang dikembalikan oleh Candra beberapa waktu belakangan juga membuatku menyadari satu hal. Bukan hanya Aya, tapi keluarganya pun sudah berubah.“Mas, besok aku udah boleh ke butik, ya.”Wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi itu menghampi
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Bab 164

“Jangan membayangkan orang lain saat aku sedang bersamamu.”Dia kembali membuka mata, lalu tak memejamkannya lagi hingga aku selesai dengan semuanya.Aya menarik selimut dan menutupi tubuh polosnya setelah aku melepasnya. Dia bepaling memunggungiku. Lalu beberapa saat kemudian kulihat bahunya yang polos bergerak naik turun.Aku tau Aya sedang menangis, dan aku tau apa yang membuatnya menangis.Aku memiliki raganya, tapi tak lagi mampu mengenggam hatinya.Dengan kasar kubalikkan tubuhnya sehingga kami berhadapan, masih dengan tubuh yang sama-sama polos. Benar saja, matanya telah merah dan basah.“Kamu sudah keterlaluan, Aya!”Aku yakin dia pasti mengerti maksudku.“Kamu menagisinya? Ingin bersamanya? Kamu membayangkannya? Sementara aku yang ada di sini.” Suaraku meninggi. Air matanya semakin berderai.“Kamu tak pernah melupakannya, Aya! Aku tau itu! Kamu diam-diam selalu mencari tau tentangnya! Kamu masih menyimpan semua riwayat percakapan kalian selama ini.”Aya terisak.“Dia pergi, d
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Bab 165

Langkah pasti dan kepercayaan diriku segera menguap saat aku tiba di depan pintu unit Nindya dan mendapati sosok paruh baya yang membuka pintunya saat aku menekan bell. Ibu Nindya menatapku dengan tatapan tak suka, sama persis dengan tatapannya saat itu. Saat aku menemani Nindya di rumah sakit di Jogja sewaktu dia kecelakaan. Tatapan yang sama saat wanita paruh baya ini menyuruhku pulang dan menjauhi putrinya.Tenggorokanku tercekat tak mampu berucap. Beruntung Nindya muncul dari balik punggung ibunya.“Loh! Pak Adam?” Nindya pun terlihat salah tingkah saat ibunya menatap tajam padanya.“Iya, Nin. Kebetulan aku tadi di atas, mau nawarin ke kantor bareng.”Nindya tak menjawab. Kurasa dia sedang mempertimbangkan karena ibunya masih menatap tanpa bicara.“Tunggu di parkiran, ya.” Nindya menarik tangan ibunya, kemudian menutup pintu.Gadis itu muncul dari balik pintu lift parkiran beberapa menit setelah aku menunggunya di dalam mobil. Kubunyikan klakson mobilku untuk memberinya kode. Aku
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Bab 166

“Ibu terpukul, sangat terpukul. Ibu sakit selama berbulan-bulan bahkan harus mendapatkan healing oleh psikiater setelah mengetahui kenyataan ayah berselingkuh dengan sahabatnya. Saat itu aku masih berumur sepuluh tahun. Dan di umur segitu aku telah kehilangan kedua orang tuaku sekaligus. Ibu yang jiwanya terguncang dan masih harus mendapatkan healing, dan ayah yang setelah itu tak pernah lagi pulang ke rumah. Aku kehilangan mereka, padahal mereka masih ada. Di umur sepuluh tahun, aku dan abangku hanya dirawat oleh ART yang dibayar ayah untuk mengurus kami.”Ia menyusut mata. “Hingga ayah meninggal pun, ibu sama sekali belum memaafkannya. Juga dengan sahabatnya itu, ibu tak pernah mau membangun komunikasi lagi dengan wanita yang memiliki seorang putri dari ayah.”Dia menatap mataku.“Dan saat ibu bertemu dengan Pak Adam, lalu aku menceritakan pada beliau mengenai Pak Adam. Ibu langsung menolak, ibu seolah melihat sisi ayah dalam diri Pak Adam. Berkali-kali ibu mengingatkanku agar jan
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more

Bab 167

PoV cahayaHari-hari kami kembali seperti semula, Mas Adam dengan kesibukannya bekerja dan aku dengan aktifitasku di butik. Malam-malam kami pun kembali seperti semula setelah malam itu, di mana dia meninggalkanku di kamar setelah mengutarakan kekecewaannya, setelah pernyataanku padanya tentang keinginanku untuk kembali hamil. Kami tak pernah lagi tidur bersama setelah malam itu.Terkadang kami hanya bertemu di pagi hari, saat sarapan bersama. Mas Adam belakangan ini juga sering pulang lebih malam, di saat aku sudah berada di dalam kamarku. Dia juga tak pernah lagi membunyikan bell rumah untuk memintaku membuka pintu. Semua terasa kaku. Hingga aku menyadari bahwa misi kami untuk kembali mencoba tidak akan pernah berjalan dengan baik jika masing-masing dari kami tak ada yang memulai untuk mengubah situasi dingin ini.Pagi ini, setelah Mas Adam berangkat, aku mencoba memberanikan diriku untuk masuk ke dalam kamarnya, kamar kami. Kupikir, mungkin aku harus kembali ke kamar ini, agar kehi
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more

Bab 168

“Aya, maaf baru hubungin kamu lagi. Sebenarnya udah dari awal pengen meneleponmu, cuma ngak enak karena pasti akan disangkut pautkan dengan adikku. Aku hanya mau mengucapkan turut bersedih atas kehilanganmu. Aku menelepon sebagai temanmu, Ay.”“Kak Dian tau aku kehilangan bayiku?”“Iya.”“Kakak tau dari mana.”“Ivan.”Aku menelan ludahku. Ivan? Dia tau dari mana?“Dia ... tau dari mana, Kak?” Akhirnya aku memilih menanyakannya.“Aku nggak tau, Ay. Tapi dia tau semua tentangmu. Semenjak firasatnya yang nyuruh aku nemuin kamu terus ternyata kamu lagi kesakitan di butik itu, dia jadi cari tau kabarmu selanjutnya.”Aku menghela napas. Satu-satunya yang terlintas di benakku adalah, mungkin Ivan tau dari grup WA tim basket mereka.“Kak ....”Kak Dian tak menyahut.“Dia ....” Aku tak sanggup melanjutkan.“Ivan lagi nggak sama aku, Ay. Dia udah mulai ngurusin kerjaannya lagi, ngurusin beberapa kontrak kerja yang masih bisa dipertahankan, ngurusin dirinya yang kehilangan semangat beberapa bula
last updateLast Updated : 2022-12-06
Read more

Bab 169

“Dia merindukanmu, selalu merindukanmu, tetap merindukanmu dan akan berhenti merindukanmu setelah ini. Hiduplah dengan bahagia, agar dia tak lagi punya niat untuk datang dan melihatmu. Hiduplah dengan bahagia, agar Ivan tak lagi punya alasan untuk merindukanmu.”Air mataku luruh.“Kak ... bilang padanya aku akan bahagia, bilang padanya dia juga harus bahagia. Dan sekali ini saja, bilang padanya ... kalau aku ... merindukannya.”Sekali lagi ada yang runtuh dan hancur dalam hati. Aku mengakhiri telepon dengan deraian air mata, namun segera kususut mataku saat menyadari jika seseorang sedang berdiri di depan pintu, menatapku tanpa berkedip.“Mas Adam!”Pria itu menggerakkan alisnya ke atas.“Tumben ... kemari?” Aku terbata.“Mau ngajakin makan siang, tapi sepertinya kamu sedang nggak bisa.”“Aku ... aku bisa, kok. Tunggu bentar, ya. Aku ... siap-siap.”Dia meraih tanganku yang masih gemetar.“Jangan dipaksakan.”“Nggak, Mas.” Aku berusaha sekuat tenaga menguasai diriku.Mas Adam datang k
last updateLast Updated : 2022-12-06
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
48
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status