Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 131 - Chapter 140

476 Chapters

Bab 130

Kulihat sosoknya tengah terlelap di kamarku ketika aku membuka pintu. Wajahnya terlihat sangat lelah, sudut-sudut matanya bahkan masih basah. Mungkin dia baru saja menangis sebelum tidur, bahkan mungkin menangis dalam tidurnya.Sejujurnya kadang rasa iba menghampiri jika melihatnya seperti ini, tapi jika mengingat pengkhianatannya padaku, dadaku akan kembali bergemuruh oleh amarah. Saat terakhir kali tidur bersamanya, aku bahkan memperlakukannya dengan sangat kasar tak seperti biasanya. Bukan tanpa sebab, aku selalu membayangkan Ivan melakukan hal yang sama terhadap wanita itu. Dan sisi kelelakianku tak terima ada orang lain yang menjamah apa yang jadi milikku. Maka malam itu, kugauli Aya dengan beringas, dan meninggalkan jejak di setiap jengkal tubuhnya. Kuharap dengan begitu, Ivan tau jika aku sedang menabuhkan genderang perang padanya. Karena aku yakin dia pasti akan melihat jejak yang ku buat itu, paling tidak yang tergambar jelas di sekeliling leher Aya.Aya menggeliat saat aku m
last updateLast Updated : 2022-11-21
Read more

Bab 131

Darahku mendidih jika mengingat itu semua. Ivan memindahkan kamar Aya? Untuk apa? Alasan yang sangat klise jika ia beralasan karena kasihan. Kecuali jika memang dia kasihan lalu kemudian menawarkan kehangatan ranjang pada istriku. Sungguh mereka berdua membuat otakku hampir meledak karena panas dan ... cemburu.Ya, aku akui. Ada rasa cemburu yang hadir saat aku membayangkan bagaimana mereka bersama, apa yang mereka lakukan saat berdua. Rasa itulah yang kemudian membuatku memperlakukan Aya secara brutal. Aku ingin menghapus jejak-jejak Ivan pada tubuhnya. Tapi kehamilan Aya saat ini membuatku kembali meradang, mungkin Ivan sudah sejauh itu menggarap lahanku.Aku pura-pura memejamkan mata ketika Aya terbangun, kurasa dia terkejut melihatku karena pergerakannya berhenti sesaat, sebelum kemudian kulihat dia berlari ke arah toilet lalu terdengar suara khas orang yang sedang muntah di dalam sana.Sepertinya Aya sedang mengalami morning sick seperti lazimnya dialami oleh wanita hamil.Kubuka
last updateLast Updated : 2022-11-21
Read more

Bab 132

Hari ini memang bukan hari libur, menurut jadwal yang dikirim sekertarisku tadi, siang ini aku ada jadwal meeting di salah satu perusahaan alat berat rekanan kami. Namun itu masih beberapa jam lagi. Aku merasa mengendarai mobilku tanpa arah hingga akhirnya aku tiba di parkiran apartemen Nindya. Aku memang menyewa salah satu unit di lantai 9 apartemen ini berkat rekomendasi dari Nindya, tapi kurasa aku memarkirkan kendaraanku di sini bukan karena ingin ke apartemen yang kusewa.Maka, langkah kakiku mengarah ke lantai 5 di mana unit Nindya berada. Gadis yang masih memakai pakaian rumahan itu terkejut saat melihatku berdiri di depan pintunya.“P-Pak Adam? Kenapa ada di sini?” Dia berusaha menahan pintu agar tak terbuka penuh.“Aku baru dari rumah orang tuaku, Nin. Tadinya mau ke atas, tapi ternyata aku lupa kuncinya.” Aku beralasan.“Oh, sebentar biar aku telepon pengelola ya. Siapa tau mereka punya kunci cadangan.”“Nggak usah, Nin. Ngerepotin aja, aku cuma mau ke toilet sebentar kok. B
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

Bab 133

“Bapak suami pasien?” Seorang perawat bertanya.Aku mengangguk.“Iya. Istri saya kenapa, Sus?”“Tadi pasien mengalami kram perut, hal yang biasa dialami oleh wanita hamil di trimester pertama. Tidak terlalu berbahaya, tapi pasien masih diobservasi untuk beberapa jam ke depan. Sementara pasien kami suruh istirahat dulu sambil menunggu dokter kandungan untuk dilakukan pemerikasaan USG.”Aku hanya mengangguk-angguk, karena tak begitu memahami apa yang dikatakan perawat tadi.Huh! Ini membuang-buang waktuku, padahal masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan. Akhirnya aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam ruangan sambil membuka laptopku dan mengerjakan beberapa pekerjaanku.Aku terjaga saat merasakan seseorang menepuk pundakku. Rupanya aku tertidur di sofa rumah sakit.“Pak, tolong dorong kursi roda pasien ke ruang USG, ya. Dorongnya pelan-pelan saja dan hati-hati dengan selang infusnya.” Suster yang tadi mejelaskan padaku.Aku yang masih setengah sadar karena baru bangun hanya
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

Bab 134

PoV CahayaKurasa ada yang berubah dari Mas Adam beberapa hari ini. Sejak membawaku pulang dari rumah sakit setelah semalam dirawat inap karena kram perut, dia terlihat lebih pendiam. Dia juga tak berkomentar saat aku memilih tidur di kamar tamu karena aku memang masih belum ingin masuk ke dalam kamar kami, rasa trauma itu masih menghantuiku. Aku juga memilih tak banyak berinteraksi dengannya karena melihatnya selalu membuat perutku bergejolak mual.Pagi ini, setelah merasa sudah lebih segar, aku rencananya akan kembali bekerja ke butikku setelah beberapa hari kutinggalkan. Jika biasanya aku baru keluar kamar jika Mas Adam sudah berangkat untuk menghindari bertemu dengannya, maka pagi ini aku keluar lebih awal dari kamar tamu.“Nggak usah bikinin sarapan.” Suaranya terdengar dari belakangku saat aku sedang di dapur.Aku tak menoleh sama sekali, selain karena memang tak ingin melihat wajahnya, aku juga masih ingat apa yang diucapkannya pagi itu sebelum dia berangkat tugas.“Tak perlu m
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

Bab 135

“Mbak Aya sudah sehat?” Iin dan karyawanku menyambutku.“Maaf ya, belakangan ini aku kurang fokus dengan butik.”Kondisi kesehatan dan kondisi kehidupanku memang membuatku beberapa waktu belakangan mengabaikan butikku. Padahal seharusnya aku lebih giat lagi memajukan butik ini, mengingat ini adalah satu-satunya sumber penghasilanku nanti jika sudah berpisah dengan Mas Adam.“Kenapa etalase kosong gini, In?” tanyaku saat melihat beberapa etalase hanya terisi hanger, dan beberapa patung bahkan sudah tak ‘memakai baju’.“Beberapa hari ini butik ramai, Mbak. Banyak pelanggan baru. Kemarin ada rombongan karyawan dari perusahaan apa gitu pada nyari gaun di sini, katanya untuk dipakai di acara opening cabang baru kalau nggak salah.”Aku mengeryitkan kening.“Rombongan karyawan?”“Iya, Mbak. Mereka borong gaun-gaun kita, makanya etalase sampai kosong gitu.”“Fa ... ingat nggak kemarin pelanggan yang datang rame-rame itu dari PT apa?” Iin bertanya pada Syifa -salah satu rekannya, dengan sediki
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

Bab 136

Ivan konfirmasi nggak bisa datang? Apa dia juga sengaja menghindari bertemu denganku?“Ay, kok diam?”“Eh ... iya, Mel.”“Kamu sering kontakan dengan Ivan nggak? Belakangan nomornya nggak pernah aktif.” Kembali kutangkap nada kecewa di sana.“Ng-nggak, Mel. A-aku udah nggak pernah kontak.”“Huhh! Padahal aku berharap kamu bisa bujukin dia buat datang, Ay.”“Eh, tapi gimana kamu bisa tau dia nggak akan datang, Mel? Bukannya nomornya nggak bisa dihubungi?”Oke, kali ini jiwa kepo-ku meronta ingin tau.“Aku terpaksa pakai jalur bisnis, Ay.” Ia tertawa.“Perusahaan Ivan sedang kerja sama dengan papaku, jadi aku minta tolong papa kontak dia. Itu pun hanya lewat sekertarisnya,” lanjutnya lagi.🍁🍁🍁Kondisi stok barang yang kosong di butik membuatku dan karyawanku bekerja lembur hari ini. Aku baru kembali ke rumah saat hari sudah mulai gelap. Namun ternyata Mas Adam juga belum pulang, karena di garasi hanya ada mobilku dan lampu rumah pun belum dinyalakan. Kurasa ini lebih baik, karena aku
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

Bab 137

PoV CahayaKurasa ada yang berubah dari Mas Adam beberapa hari ini. Sejak membawaku pulang dari rumah sakit setelah semalam dirawat inap karena kram perut, dia terlihat lebih pendiam. Dia juga tak berkomentar saat aku memilih tidur di kamar tamu karena aku memang masih belum ingin masuk ke dalam kamar kami, rasa trauma itu masih menghantuiku. Aku juga memilih tak banyak berinteraksi dengannya karena melihatnya selalu membuat perutku bergejolak mual.Pagi ini, setelah merasa sudah lebih segar, aku rencananya akan kembali bekerja ke butikku setelah beberapa hari kutinggalkan. Jika biasanya aku baru keluar kamar jika Mas Adam sudah berangkat untuk menghindari bertemu dengannya, maka pagi ini aku keluar lebih awal dari kamar tamu.“Nggak usah bikinin sarapan.” Suaranya terdengar dari belakangku saat aku sedang di dapur.Aku tak menoleh sama sekali, selain karena memang tak ingin melihat wajahnya, aku juga masih ingat apa yang diucapkannya pagi itu sebelum dia berangkat tugas.“Tak perlu m
last updateLast Updated : 2022-11-23
Read more

Bab 138

“Mbak Aya sudah sehat?” Iin dan karyawanku menyambutku.“Maaf ya, belakangan ini aku kurang fokus dengan butik.”Kondisi kesehatan dan kondisi kehidupanku memang membuatku beberapa waktu belakangan mengabaikan butikku. Padahal seharusnya aku lebih giat lagi memajukan butik ini, mengingat ini adalah satu-satunya sumber penghasilanku nanti jika sudah berpisah dengan Mas Adam.“Kenapa etalase kosong gini, In?” tanyaku saat melihat beberapa etalase hanya terisi hanger, dan beberapa patung bahkan sudah tak ‘memakai baju’.“Beberapa hari ini butik ramai, Mbak. Banyak pelanggan baru. Kemarin ada rombongan karyawan dari perusahaan apa gitu pada nyari gaun di sini, katanya untuk dipakai di acara opening cabang baru kalau nggak salah.”Aku mengeryitkan kening.“Rombongan karyawan?”“Iya, Mbak. Mereka borong gaun-gaun kita, makanya etalase sampai kosong gitu.”“Fa ... ingat nggak kemarin pelanggan yang datang rame-rame itu dari PT apa?” Iin bertanya pada Syifa -salah satu rekannya, dengan sediki
last updateLast Updated : 2022-11-23
Read more

Bab 139

Pria itu terlihat sibuk menelepon, dari penampilan dan barang-barang yang dibawanya, aku sudah bisa menebak jika dia akan kembali bertugas ke daerah-daerah tambang seperti biasanya. Entah di mana, karena aku tak berniat bertanya. Namun saat aku hendak masuk ke dalam kamar tamu, pria itu memanggil namaku.“Aya.”Aku menghentikan langkah, namun enggan menoleh karena tak ingin merasakan mual. Aku tau, mungkin baginya aku tak menghargainya, tapi aku sudah tak peduli. Aku hanya ingin mencari kenyamanan agar tak merasa mual dan muntah yang akan membuat hariku menjadi tak bersemangat.“Aku akan ke luar kota selama 3 hari.”Aku mengangguk.“Pulanglah ke rumah ibumu untuk sementara, aku tak bisa menjagamu untuk beberapa hari ke depan.”“Nggak apa, Mas. Aku bisa sendiri. Hati-hati di jalan,” jawabku, lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.Aku tak bisa menjagamu? Apa dia merasa menjagaku selama ini? Bukan kamu, Mas! Bukan kamu yang menjagaku. Kamu tak pernah menjagaku! Dia yang menjagaku,
last updateLast Updated : 2022-11-23
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
48
DMCA.com Protection Status