Share

Bab 128

Penulis: Aina D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Jangan tinggalin istrimu. Ingat, Aya sedang hamil.”

Mama Indah terus mewanti-wanti saat Mas Adam sudah berada di balik setir mobilnya. Aku sendiri sudah lebih dulu masuk dan duduk di kursi penumpang depan, dan dengan susah payah menahan rasa mualku. Tak ada pembicaraan sepanjang perjalanan dari rumah mama, aku pun lebih memilih menoleh ke arah kiriku, menghindari menatap pria yang bergelar suamiku itu. Karena aku benar-benar harus menahan perutku yang terus bergejolak.

Pagi tadi, aku terbangun di sofa dan mendapati pria itu sudah tak ada di tempat tidur. Rupanya dia sudah lebih dulu bangun dariku. Namun yang membuatku terdiam sesaat adalah saat akan bangkit dari sofa, aku mendapati sehelai selimut yang menutupi tubuhku. Padahal, tadi malam setelah muntah-muntah, aku langsung tertidur di sofa tanpa selimut.

Apa dia menyelimutiku?

Saat sarapan pagi bersama merupakan saat yang sangat menyiksa bagiku. Meski Mama dan Papa terus menerus mengajakku bicara, namun pria yang duduk di sampingku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Idafarida
ah... cerita bagus, cuma part-nya sangat singkat
goodnovel comment avatar
Nurrahman Fajrul S
smg aya keguguran biar sj si adam menyesal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DOSA TERINDAH   Bab 129

    PoV AdamSetelah beberapa hari memilih tinggal di apartemen yang kusewa, malam ini papa menelepon bahkan menjemputku untuk pulang ke rumah. Entah apa yang sudah disampaikan Aya padanya sehingga papa terlihat begitu marah saat tau aku tak pulang ke rumah kami sejak kembali dari tugasku. Mungkin saja Aya sudah bicara buruk tentangku pada kedua orang tuaku. Kadang aku pun merasa aneh dengan sikap mama dan papa, mereka selalu terlihat lebih membela Cahaya daripada aku, putranya. Bahkan, saat aku mengatakan keinginan Aya untuk bercerai, aku masih mendengar mama bertanya pada Aya,“Kenapa seperti ini, Nak? Ada yang ingin Aya katakan pada Mama? Jangan menyembunyikan apa pun, Nak. Mama tau Aya bukan wanita yang bisa dengan mudah terlibat hubungan seperti itu. Apa Adam berbohong? Apa Adam menekanmu, Nak?”Pertanyaan mama waktu itu pasti membuat Aya merasa di atas angin. Mama bahkan membawa-bawa nama Nindya, padahal niat Aya untuk bercerai muncul karena hubungan terlarangnya dengan Ivan. Sungg

  • DOSA TERINDAH   Bab 130

    Kulihat sosoknya tengah terlelap di kamarku ketika aku membuka pintu. Wajahnya terlihat sangat lelah, sudut-sudut matanya bahkan masih basah. Mungkin dia baru saja menangis sebelum tidur, bahkan mungkin menangis dalam tidurnya.Sejujurnya kadang rasa iba menghampiri jika melihatnya seperti ini, tapi jika mengingat pengkhianatannya padaku, dadaku akan kembali bergemuruh oleh amarah. Saat terakhir kali tidur bersamanya, aku bahkan memperlakukannya dengan sangat kasar tak seperti biasanya. Bukan tanpa sebab, aku selalu membayangkan Ivan melakukan hal yang sama terhadap wanita itu. Dan sisi kelelakianku tak terima ada orang lain yang menjamah apa yang jadi milikku. Maka malam itu, kugauli Aya dengan beringas, dan meninggalkan jejak di setiap jengkal tubuhnya. Kuharap dengan begitu, Ivan tau jika aku sedang menabuhkan genderang perang padanya. Karena aku yakin dia pasti akan melihat jejak yang ku buat itu, paling tidak yang tergambar jelas di sekeliling leher Aya.Aya menggeliat saat aku m

  • DOSA TERINDAH   Bab 131

    Darahku mendidih jika mengingat itu semua. Ivan memindahkan kamar Aya? Untuk apa? Alasan yang sangat klise jika ia beralasan karena kasihan. Kecuali jika memang dia kasihan lalu kemudian menawarkan kehangatan ranjang pada istriku. Sungguh mereka berdua membuat otakku hampir meledak karena panas dan ... cemburu.Ya, aku akui. Ada rasa cemburu yang hadir saat aku membayangkan bagaimana mereka bersama, apa yang mereka lakukan saat berdua. Rasa itulah yang kemudian membuatku memperlakukan Aya secara brutal. Aku ingin menghapus jejak-jejak Ivan pada tubuhnya. Tapi kehamilan Aya saat ini membuatku kembali meradang, mungkin Ivan sudah sejauh itu menggarap lahanku.Aku pura-pura memejamkan mata ketika Aya terbangun, kurasa dia terkejut melihatku karena pergerakannya berhenti sesaat, sebelum kemudian kulihat dia berlari ke arah toilet lalu terdengar suara khas orang yang sedang muntah di dalam sana.Sepertinya Aya sedang mengalami morning sick seperti lazimnya dialami oleh wanita hamil.Kubuka

  • DOSA TERINDAH   Bab 132

    Hari ini memang bukan hari libur, menurut jadwal yang dikirim sekertarisku tadi, siang ini aku ada jadwal meeting di salah satu perusahaan alat berat rekanan kami. Namun itu masih beberapa jam lagi. Aku merasa mengendarai mobilku tanpa arah hingga akhirnya aku tiba di parkiran apartemen Nindya. Aku memang menyewa salah satu unit di lantai 9 apartemen ini berkat rekomendasi dari Nindya, tapi kurasa aku memarkirkan kendaraanku di sini bukan karena ingin ke apartemen yang kusewa.Maka, langkah kakiku mengarah ke lantai 5 di mana unit Nindya berada. Gadis yang masih memakai pakaian rumahan itu terkejut saat melihatku berdiri di depan pintunya.“P-Pak Adam? Kenapa ada di sini?” Dia berusaha menahan pintu agar tak terbuka penuh.“Aku baru dari rumah orang tuaku, Nin. Tadinya mau ke atas, tapi ternyata aku lupa kuncinya.” Aku beralasan.“Oh, sebentar biar aku telepon pengelola ya. Siapa tau mereka punya kunci cadangan.”“Nggak usah, Nin. Ngerepotin aja, aku cuma mau ke toilet sebentar kok. B

  • DOSA TERINDAH   Bab 133

    “Bapak suami pasien?” Seorang perawat bertanya.Aku mengangguk.“Iya. Istri saya kenapa, Sus?”“Tadi pasien mengalami kram perut, hal yang biasa dialami oleh wanita hamil di trimester pertama. Tidak terlalu berbahaya, tapi pasien masih diobservasi untuk beberapa jam ke depan. Sementara pasien kami suruh istirahat dulu sambil menunggu dokter kandungan untuk dilakukan pemerikasaan USG.”Aku hanya mengangguk-angguk, karena tak begitu memahami apa yang dikatakan perawat tadi.Huh! Ini membuang-buang waktuku, padahal masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan. Akhirnya aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam ruangan sambil membuka laptopku dan mengerjakan beberapa pekerjaanku.Aku terjaga saat merasakan seseorang menepuk pundakku. Rupanya aku tertidur di sofa rumah sakit.“Pak, tolong dorong kursi roda pasien ke ruang USG, ya. Dorongnya pelan-pelan saja dan hati-hati dengan selang infusnya.” Suster yang tadi mejelaskan padaku.Aku yang masih setengah sadar karena baru bangun hanya

  • DOSA TERINDAH   Bab 134

    PoV CahayaKurasa ada yang berubah dari Mas Adam beberapa hari ini. Sejak membawaku pulang dari rumah sakit setelah semalam dirawat inap karena kram perut, dia terlihat lebih pendiam. Dia juga tak berkomentar saat aku memilih tidur di kamar tamu karena aku memang masih belum ingin masuk ke dalam kamar kami, rasa trauma itu masih menghantuiku. Aku juga memilih tak banyak berinteraksi dengannya karena melihatnya selalu membuat perutku bergejolak mual.Pagi ini, setelah merasa sudah lebih segar, aku rencananya akan kembali bekerja ke butikku setelah beberapa hari kutinggalkan. Jika biasanya aku baru keluar kamar jika Mas Adam sudah berangkat untuk menghindari bertemu dengannya, maka pagi ini aku keluar lebih awal dari kamar tamu.“Nggak usah bikinin sarapan.” Suaranya terdengar dari belakangku saat aku sedang di dapur.Aku tak menoleh sama sekali, selain karena memang tak ingin melihat wajahnya, aku juga masih ingat apa yang diucapkannya pagi itu sebelum dia berangkat tugas.“Tak perlu m

  • DOSA TERINDAH   Bab 135

    “Mbak Aya sudah sehat?” Iin dan karyawanku menyambutku.“Maaf ya, belakangan ini aku kurang fokus dengan butik.”Kondisi kesehatan dan kondisi kehidupanku memang membuatku beberapa waktu belakangan mengabaikan butikku. Padahal seharusnya aku lebih giat lagi memajukan butik ini, mengingat ini adalah satu-satunya sumber penghasilanku nanti jika sudah berpisah dengan Mas Adam.“Kenapa etalase kosong gini, In?” tanyaku saat melihat beberapa etalase hanya terisi hanger, dan beberapa patung bahkan sudah tak ‘memakai baju’.“Beberapa hari ini butik ramai, Mbak. Banyak pelanggan baru. Kemarin ada rombongan karyawan dari perusahaan apa gitu pada nyari gaun di sini, katanya untuk dipakai di acara opening cabang baru kalau nggak salah.”Aku mengeryitkan kening.“Rombongan karyawan?”“Iya, Mbak. Mereka borong gaun-gaun kita, makanya etalase sampai kosong gitu.”“Fa ... ingat nggak kemarin pelanggan yang datang rame-rame itu dari PT apa?” Iin bertanya pada Syifa -salah satu rekannya, dengan sediki

  • DOSA TERINDAH   Bab 136

    Ivan konfirmasi nggak bisa datang? Apa dia juga sengaja menghindari bertemu denganku?“Ay, kok diam?”“Eh ... iya, Mel.”“Kamu sering kontakan dengan Ivan nggak? Belakangan nomornya nggak pernah aktif.” Kembali kutangkap nada kecewa di sana.“Ng-nggak, Mel. A-aku udah nggak pernah kontak.”“Huhh! Padahal aku berharap kamu bisa bujukin dia buat datang, Ay.”“Eh, tapi gimana kamu bisa tau dia nggak akan datang, Mel? Bukannya nomornya nggak bisa dihubungi?”Oke, kali ini jiwa kepo-ku meronta ingin tau.“Aku terpaksa pakai jalur bisnis, Ay.” Ia tertawa.“Perusahaan Ivan sedang kerja sama dengan papaku, jadi aku minta tolong papa kontak dia. Itu pun hanya lewat sekertarisnya,” lanjutnya lagi.🍁🍁🍁Kondisi stok barang yang kosong di butik membuatku dan karyawanku bekerja lembur hari ini. Aku baru kembali ke rumah saat hari sudah mulai gelap. Namun ternyata Mas Adam juga belum pulang, karena di garasi hanya ada mobilku dan lampu rumah pun belum dinyalakan. Kurasa ini lebih baik, karena aku

Bab terbaru

  • DOSA TERINDAH   Extra Part 2

    “Kalian ini ya ... sama aja dua-duanya! Bucin gak ada obat emang!” Tak kupedulikan suara Kak Dian. Aku segera memeluk Aya sebisaku, membuatnya senyaman mungkin.“Untung bayimu nggak kembar, Ay. Kamu bayangin deh kalo dapat bayi kembar, punya tiga bayi kamu di rumah. Sanggup?” Kak Dian kembali bicara. “Kurasa yang paling ngerepotin sih bayi raksasamu yang ini, Ay.” Telunjuk Kak Dian mengarah padaku.“Jangan bikin Aya ketawa, Kak! Kakak nggak tau kan gimana rasanya ketawa pasca operasi lahiran?” Aku mengulangi kata-kata Kak Dian.“Oiya, sanggup puasa nggak lu, Bro! Empat puluh hari loh.” Kak Dian menekankan kata empat puluh. “Nggak bisa bikin anak orang keramas tiap hari lagi lu.” Suara kekehan Kak Dian terdengar mengejek.“Nak Dian dan Ivan di sana. Biar Ibu yang di sini.” Sebuah perintah lain membuatku dan Kak Dian tak bisa membantah lagi. Ibu mengambil alih posisiku, mengusap lembut kening putri sulungnya dan memberi bisikan-bisikan yang kurasa berisi banyak makna, sebab setelahnya k

  • DOSA TERINDAH   Extra Part 1

    PoV IvanAku seperti berada di sebuah ruangan sempit, terkunci rapat dan membuatku tak bisa bernapas. Kilasan-kilasan kebersamaan selama lima tahun lebih pernikahanku dengan Aya berputar kembali di kepala seperti adegan film yang membuat dadaku semakin sesak terhimpit.Tahun-tahun bersama Cahaya adalah tahun-tahun terbaik dalam kehidupanku. Tentu saja jika ini adalah film, seharusnya ini adalah film romantis, bukan film sedih yang membuat dadaku sesak seperti ini. Akan tetapi, sesak ini semakin tak dapat kutahan saja. Tak kupeduikan lagi bagaimana rupaku sekarang. Aku terisak ketika sudah tak dapat menahan sesak, lalu kembali menghirup udara ketika merasa sudah hampir kehilangan napasku.Ruangan ini tentu saja bukanlah ruangan yang sempit mengingat aku sedang berada di ruang VIP salah satu rumah sakit ternama. Di ruangan ini aku juga tak sendirian, ada ibu, Candra dan kembarannya, Kak Dian dan Bang Malik, namun meski banyak orang di ruangan ini, tak ada satu pun di antara kami yang be

  • DOSA TERINDAH   Bab 191

    “Terima kasih buat keluarga dan teman-teman yang udah hadir malam ini.” Ivan mengambil momen, menghentikan alunan music akustik yang sedari tadi mengisi pendengaran. Pria itu mengucapkan terima kasih yang tulus pada keluarga kami yang hadir malam ini, lalu pada teman-teman dekat yang diundang khusus olehnya. Aku menatapnya dari tempatku duduk tepat di depan panggung kecil di mana ia berdiri. “Malam ini kami merayakan tahun kelima pernikahan. Aku dan Cahaya Kirana, istriku, sudah lima tahun bersama-sama.” Dia menatapku dari depan sana, dan tatapan itu selalu membuatku merasa dicintai. Ivan masih menatapku sambil bicara. “Aku jatuh cinta pada wanita ini sejak kami masih memakai almamater yang sama, lalu Tuhan begitu baik mempertemukanku kembali dengannya belasan tahun kemudian hingga kami menikah. Dan sejak menikahinya, aku masih jatuh cinta padanya setiap hari, masih saja jatuh cinta padanya berulang kali. Malam ini saya meminta doa pada kalian semua agar kami tetap dikuatkan dalam

  • DOSA TERINDAH   Bab 190

    “Terima kasih buat keluarga dan teman-teman yang udah hadir malam ini.” Ivan mengambil momen, menghentikan alunan music akustik yang sedari tadi mengisi pendengaran. Pria itu mengucapkan terima kasih yang tulus pada keluarga kami yang hadir malam ini, lalu pada teman-teman dekat yang diundang khusus olehnya. Aku menatapnya dari tempatku duduk tepat di depan panggung kecil di mana ia berdiri. “Malam ini kami merayakan tahun kelima pernikahan. Aku dan Cahaya Kirana, istriku, sudah lima tahun bersama-sama.” Dia menatapku dari depan sana, dan tatapan itu selalu membuatku merasa dicintai. Ivan masih menatapku sambil bicara. “Aku jatuh cinta pada wanita ini sejak kami masih memakai almamater yang sama, lalu Tuhan begitu baik mempertemukanku kembali dengannya belasan tahun kemudian hingga kami menikah. Dan sejak menikahinya, aku masih jatuh cinta padanya setiap hari, masih saja jatuh cinta padanya berulang kali. Malam ini saya meminta doa pada kalian semua agar kami tetap dikuatkan dalam

  • DOSA TERINDAH   Bab 189

    Lima tahun bersamanya, lima tahun penuh bahagia meski tak sedikit pula ombak kecil yang menghantam. Lima tahun bisa menjadi diriku sendiri setelah tahun-tahun sebelumnya terjebak dalam hubungan yang membuatku nyaris kehilangan kepercayaan diri. Malam ini Twin House ditutup untuk umum demi merayakan lima tahun pernikahan ku dan Ivan.Dekorasi anniversary sudah menghiasi Twin House, deretan-deretan makanan pun sudah tertata rapi di sana. Aku sendiri tak terlibat sedikit pun mempersiapkan malam ini, aku hanya memperhatikan kesibukan Iin yang berlalu lalang mengatur venue, lalu Byan yang mondar mandir menyusun catering. Sepasang kekasih itu kini benar-benar menjadi orang kepercayaanku dan Ivan.Aku juga sama sekali tak terlibat mengatur siapa saja undangan malam ini, sebab beberapa hari terakhir aku benar-benar hanya fokus pada diriku sendiri. Setelah siang itu di mana aku berbincang dengan Nindya dan baru menyadari ada yang aneh pada diriku, aku benar-benar melakukan pemeriksaan demi mem

  • DOSA TERINDAH   Bab 188

    “Emang akunya yang kecepatan sih, Ay. Sebenarnya janjinya agak sorean, tapi karena tadi kebetulan Mas Adam juga pas mau keluar, ya udah aku ikut aja. Aku nggak apa kan nunggu di sini?”“Nggak apa, Nin.”“Oiya, Aya. Aku tadi bareng Mas Adam,” katanya lagi tepat di saat sosok yang dibicarakannya itu muncul dari arah parkiran.“Hai, Aya. Gimana kabarmu?” Kaku sekali, pria itu menyapa.“Baik, Mas. Mas Adam gimana kabarnya?” Akupun menjawab sama kakunya. Kini aku mengerti mengapa Ivan berusaha menghindarkan pertemuan seperti ini. Aku dan dia pernah punya cerita, dan meski selalu berusaha untuk saling biasa saja, namun tak bisa dipungkiri akan ada kekakuan seperti ini saat berinteraksi.“Aku juga baik. Oiya, Ivan ada?”Kembali kujelaskan bahwa suamiku baru saja keluar.“Kalo gitu aku titip Nindya ya, Ay. Dia ada urusan dikit sama Ivan untuk urusan pekerjaan.” Mas Adam menjelaskan dengan detail urusan pekerjaan antara Nindya dan Ivan padaku.Aku kembali mengangguk setuju.“Ya udah, kutinggal

  • DOSA TERINDAH   Bab 187

    “Hari ini ikut ke Twin House, ya.”Ini sudah sebulan sejak kami kembali dari Bali setelah seminggu menikmati kebersamaan di sana. Dan untuk memenuhi permintaannya waktu itu agar aku mengurangi waktuku di butik, aku juga sudah mulai beradaptasi. Tentu tak ada alasan bagiku untuk tak mengikuti inginnya, apalagi alasan yang mendasari keinginannya sangat masuk akal.“Adam akan lebih sering datang ke kantorku, dan tentu saja akan lebih sering bertemu kamu juga. Bagaimanapun juga, kalian pernah memiliki cerita, aku hanya ingin menjagamu lebih baik lagi.”“Aku juga bakalan banyak pekerjaan, Aya. Dan keberadaanmu di sekitarku hanya akan membuatku tak bisa berkonsentrasi. Yang ada bukannya kerja, tapi malah ngerjain kamu.”Itu dua alasan yang membuatku menerima keingingannya, karena sejujurnya memang seperti inilah kebersamaan yang sejak dulu kuinginkan. Bertukar pendapat dengan pasangan, saling mendengarkan isi hati, saling memahami apa yang pasangan inginkan. Pernikahanku dengan Ivan adalah

  • DOSA TERINDAH   Bab 186

    “Dari mana, Pi?” Rasanya tak dapat kutahan kekesalanku hari ini. Bagaimana tidak? Kami tiba di villa sejak beberapa jam yang lalu, dan beristirahat sebentar. Lalu saat aku terjaga, tak kutemui pria itu di sudut mana pun sementara ponselnya tergeletak begitu saja di atas meja.“Udah bangun, Sayang? Gimana istirahatnya udah cukup belum?”Dan kesalnya lagi, Ivan justru menanggapi santai dengan kecupan di keningku.“Dari mana aja? Ponsel ditinggal nggak bisa dihubungi, tadi kan cuma mau istirahat bentar abis itu kita jalan-jalan. Kenapa malah ditinggalin berjam-jam gini?” Aku benar-benar kesal kali ini. Yang ada dalam pikiranku tadi, setelah tiba di villa, kami hanya perlu beristirahat sebentar lalu keluar dan menikmati liburan ini.Villa yang disewa Ivan kurasa bukan villa sembarangan. Lokasinya tepat menghadap ke pantai Jimbaran yang terkenal dengan keindahan sunset-nya. Bukan hanya aku, Kia dan Mbak Ri pun terlihat begitu antusias ketika tiba di villa ini tadi. Pemandangan pantai yang

  • DOSA TERINDAH   Bab 185

    Dari sini aku bisa melihat seperti apa hubungan kekeluargaan mereka di masa lalu yang sering Kak Dian ceritakan. Mungkin seperti inilah hubungan akrab mereka dulu di masa lalu sebelum semua hancur karena sebuah kesalahan. Tak ada yang perlu disesali, karena jika menyesali masa lalu, maka mungkin kehadiran Wira juga akan menjadi penyesalan. Padahal bocah yang memiliki banyak keisitimewaan itulah yang menjadi pemersatu kebersamaan kami ini.Tangan Ivan pun tak lagi selalu tertaut padaku. Kurasa dia juga sudah mulai menyadari bahwa Tari sudah berubah, setidaknya berusaha sangat keras untuk berubah.Dan hingga kebersamaan itu berakhir, kami semua seperti sedang menemukan kebahagiaan baru. Aku, Ivan dan Kia serta pengasuhnya melanjutkan liburan kami ke Bali, meninggalkan Tari dan anak-anaknya di rumah Kak Dian.“Aku bangga punya kamu, Aya.” Dan genggaman tangan itu kembali tertaut saat kami dalam perjalanan melanjutkan trip liburan. “Kalo bukan karena kebesaran hatimu, nggak akan ada keber

DMCA.com Protection Status