Home / Pernikahan / Suamiku, Pria Bayaran / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Suamiku, Pria Bayaran: Chapter 71 - Chapter 80

159 Chapters

Pertemuan

Veina terlihat sedikit panik saat menerima telepon dari seorang dokter pribadi yang menangani Vanessa. Dokter itu mengatakan bahwa Vanessa dalam keadaan melemah.Untuk itu ia menyerahkan tugas kepada Barbara dengan cepat dan segera berangkat ke Australia malam itu juga.Di perjalanan, Veina menghubungi Ovan."Ovan, setelah kau memeriksa barang barang itu, awasilah wanita bersama Tuan Liem. Jangan sampai Tuan Liem melakukan sesuatu padanya dan kau akan menyesali seumur hidupmu," kata wanita itu dan menutup telepon dengan cepat."Hah! Apa apaan? Selalu saja mengancam dan mengintimidasi? Kenapa aku harus menyesal seumur hidup?" Untuk itu Ovan berjalan menyusuri pesta kecil yang dinikmati sebagian besar orang orang suruhan Nyonya Vein dan juga Tuan Liem.Sampai ia melihat pengawal utama Nyonya Vein yang sedang mabuk di sebuah kursi."Keterlaluan, bagaimana mereka sampai mabuk seperti ini?" gusarnya dan mempercepat langkahnya menuju sebuah tempat dimana Tuan
Read more

Kebohongan

"Ovan...kaukah itu?" Barbara semakin mengumpulkan kesadarannya. Ia berusaha keras untuk meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi.Kali ini Ovan sungguh penasaran dan melepaskan karet tipis yang menutupi wajah Barbara."Kau sungguh...Barbara?" gumamnya dan ia tak bisa lagi mengelak dari kenyataan itu.Terlihat wajah cantik Barbara yang terlihat tirus. Ditambah lagi sorot mata yang masih sayu akibat pengaruh obat bius di tubuhnya.Ovan tak kuasa lagi, lalu ia memeluk Barbara dengan sangat erat."Ini sungguh gila! Bagaimana mungkin kau melakukan semua ini? Bagaimana mungkin?" Terbayang dalam pikirannya bagaimana ia harus melalui banyak hal untuk menyelamatkan Barbara dari Tuan Liem. "Apa yang terjadi sebenarnya?" Ia mulai teringat Nyonya Vein, wanita itu mengatakan bahwa jika ia tidak mengawasi dengan baik wanita utusannya maka ia akan menyesal selama hidupnya.Gigi geraham Ovan mengerat, ia merasa Nyonya Vein sangat keterlaluan."Wanita gi
Read more

Melihat Vanessa

Ovan terkejut, bagaimana mungkin Barbara akan tahu perihal Vanessa?Lalu Ovan menggenggam tangan Barbara, "Siapa yang memberitahu soal Vanessa? Apakah Nyonya Vein?""Tidak, Nyonya Vein bukanlah orang yang berhak tahu urusan pribadiku. Selain itu, tidak penting untuk tahu siapa yang telah memberitahukan aku.""Oh ya, aku sangat senang bisa bertemu denganmu, meskipun, andai saja kamu memang tidak berniat untuk bertemu denganku lagi, aku sungguh bersyukur kamu baik-baik saja. Aku hanya ingin mengatakan bahwa kamu tidak perlu merasa terbebani karena menikahiku. Anggap saja semua itu tidak pernah terjadi dalam hidupmu. Akan tetapi jangan pernah menjauh dan pergi tanpa memberiku kabar. Karena aku tidak bisa melupakanmu, karena aku tidak pernah tidak mengingatmu sedetikpun."Rasa hati Ovan meremang. Ia tak pernah tahu ada seorang wanita yang berjuang menemuinya hanya untuk mengatakan bahwa dia merindukannya. Melihat pandangan Barbara yang jernih, senyuman yang indah, O
Read more

Adik

Vanessa terbaring lemah di pembaringan. Akan tetapi ia bisa melihat siapa yang datang ke ruangannya. Ia bisa melihat Ovan berada di ruangan tersebut."Ovan, kamu datang melihatku?" lirih Vanessa, dan gadis itu berusaha melihat Ovan sementara pandangannya sering kabur."Hmm, aku di sini, Vanessa. Aku melihatmu sekarang.""Bisakah kamu lebih dekat di wajahku?" kata Vanessa lagi. Ia ingin meraba wajah Ovan sekarang ini.Dan setelah Ovan mendekatkan wajahnya, Jemari Vanessa meraba permukaan wajah Ovan dengan lembut, membuat hati Barbara mencelos melihatnya. "Tapi, apa kamu bersama seseorang?" tanya Vanessa karena melihat Barbara berdiri mematung melihat mereka berdua."Ya, aku bersama Barbara."Vanessa terkejut, ia membeku lalu berkata, "Bar-bara...dia...kakak perempuanku bukan?"Suasana sedikit tegang, Ovan belum bercerita tentang siapa Vanessa ini sebenarnya."Hmm," jawab Ovan lemah, nyaris tak terdengar. Sementara Barbara belum mengerti apapu
Read more

Latar Belakang

Barbara menatap lekat manik mata Vanessa yang redup.Gadis itu terlihat lemah dan menyedihkan. Kulitnya pucat tak bercahaya. Ia membayangkan penderitaan gadis yang jauh lebih muda darinya ini. Memiliki penderitaan, kesakitan dan mungkin hatinya juga sangat terluka.Hanya saja, senyuman gadis ini membuatnya terkagum seketika, bahkan ia berusaha memahami perasaannya?"Apa maksudmu dengan pergi, Vanessa?" lirih Barbara mencoba memahami."Aku...aku merasa tak akan lagi hidup di dunia ini. Lihatlah, dokter tidak mampu melakukan yang lebih dari kehendak Tuhan, aku tahu ini hanya menunda usiaku untuk bertemu denganmu. Aku senang, aku bahagia karenanya...aku tak akan menyesal lagi.""Tidak, jangan katakan itu, kamu harus sehat dan memiliki kehidupan. Sudah cukup bagiku untuk melihatmu seperti ini, bagaimana mungkin aku membiarkan kamu pergi. Ayolah, kamu harus bersamaku, jangan katakan bahwa kamu akan pergi dari kami. Tidak mungkin!" Barbara memeluk Vanessa. Ucapan
Read more

Hancur

"Barbara, kamu sudah keterlaluan. Bagaimanapun dia adalah ibumu," kata Ovan membela Nyonya Veina."Dan kamu? Kamu adalah lelaki yang dibayar mahal untuk membuatku hancur. Sekarang ini aku benar-benar hancur olehmu, apalagi yang bisa aku lakukan?" cecar Barbara. "Aku ditipu dengan cinta dan pernikahan, dan aku ditolak mentah-mentah karena kebodohanku, apakah aku harus bertahan? Tidak, tentu saja itu tidak mungkin bagiku."Mereka semua terdiam, hingga dikejutkan seorang perawat yang datang dengan tergopoh-gopoh."Nyonya, Vanessa kritis," kata perawat itu yang membuat mereka berlarian ke tempat ruangan Vanessa yang sedang dilakukan perawatan darurat.Wajah cemas terukir di wajah Nyonya Vein, Ovan dan juga Barbara. Sampai sepuluh menit lamanya akan tetapi tak kunjung membaik. Hingga akhirnya pada menit ke tujuh belas Vanessa sadarkan diri.Barbara dan juga Nyonya Vein bernapas lega. Mereka masuk menemui Vanessa."Ibu... terimakasih telah menemukanku, terimak
Read more

Ditangkap

Ovan memutuskan untuk kembali ke Indonesia mengantar kepulangan Barbara.Bagaimanapun ia telah melakukan banyak sekali kesalahan pada wanita itu, ia sadar Barbara pasti terluka karenanya.Sementara itu hati Barbara berdebar-debar mengingat Ovan berniat untuk kembali dan tidak mau bertahan di sisinya. Ia terluka, merasa tak pantas dicintai, merasa kehilangan percaya diri.Barbara melepaskan kalung safir ungu milik Ovan yang masih ia kenakan."Ini adalah milikmu, dan aku mengembalikannya kepadamu," kata Barbara pelan. Ia menyerahkan kalung tersebut di tangan Ovan."Jangan, aku memberikan ini untukmu, Barbara. Kalung ini sangat cocok untukmu. Aku tidak akan mengambilnya, selama-lamanya.""Tidak, ini adalah kalung peninggalan ibumu. Kalung ini sangat berharga untukmu, aku tidak akan mengambil apa yang bukan milikku.""Ah, kenapa kamu menolak pemberianku? Aku memberikan kepada orang yang paling penting dalam hidupku."Hati Barbara tiba-tiba menghangat
Read more

Korban

Barbara mematut dirinya di cermin. Menatap sendu pada sebuah kalung safir ungu yang dikenakannya. Terlihat kuno memang, tapi ia sungguh menyukainya."Bagaimana bisa, kamu hanya melihat indah pada apa yang kamu cintai?" lirih Barbara bahkan merasa heran dengan dirinya sendiri, lalu ia tersenyum tipis karena merasa miris.Pria itu bahkan hanya menganggap dirinya korban, tapi bagi Barbara Ovan adalah cinta mati!Ia berencana menemui Ovan di penjara. Sudah dua hari, dan ia sangat rindu pada pria itu.Iapun turun untuk mendapatkan sedikit sarapan, dan ternyata di meja makan ibu tirinya sudah mulai sarapan dengan ayahnya."Barbara, makanlah yang banyak. Aku melihatmu lebih kurus setelah perjalanan berlibur dengan teman-temanmu di pegunungan Alpen. Apakah begitu berat perjalanannya?"'Ah, aku hampir lupa, bahwa aku pergi ke pegunungan Alpen,' lirih batin Barbara."Uhm, benar Papa, aku merasa perjalanan ini lebih berat dari biasanya. Akan tetapi aku sangat b
Read more

Jual Mahal

"Jadi apa yang harus kulakukan? Aku tidak akan bisa mengelak hukumanku. Selain itu, Leo pasti juga sudah menemukan siapa orang yang mengutusku. Kamu juga telah tahu, dengan siapa aku bekerja. Hanya saja ibumu tidak mungkin meringkuk di penjara seperti aku dikarenakan kekuatan uang yang dia miliki.""Kalau begitu, kalau memang uang bisa menolongmu, maka aku bisa membantumu. Aku akan berupaya untuk kamu keluar dari penjara."Ovan tersenyum tipis, ia tahu Barbara juga punya uang yang bisa membuatnya terbebas dari hukuman tersebut. Akan tetapi ia merasa lebih baik bisa membayar kesalahannya dengan caranya sendiri."Aku ini, sangat rendahan bukan? Aku sudah kehilangan Vanessa, maka aku hanya akan membalas kebaikanmu selama ini. Percayalah, hidup di penjara ini membuatku merasa lebih baik," katanya pelan dan menggenggam tangan Barbara."Mari kita bercerai, Barbara. Mari kita akhiri seperti yang ayahmu inginkan. Setelah aku bebas nanti, mari kita bertemu untuk bercerit
Read more

Kerinduan

Barbara menatap sendu ibu tirinya yang membelainya dengan lembut. Wanita yang selama ini selalu ia hindari. Akan tetapi ia bisa melihat kasih sayang Lena begitu menyentuh hatinya."Apa yang harus aku lakukan? Papa sangatlah membenci Ovan, dan Ovan juga menolakku. Aku tidak berharap hubunganku dengannya berakhir, Bu. Aku masih berharap Ovan kembali, dan aku tidak perduli bahwa dia dalam masa hukumannya sekarang ini.""Aku mengerti, aku juga bisa merasakannya. Akan tetapi mungkin ku harus membiarkan dulu keadaan sedikit tenang. Kamu bisa diam atau mengatakan kepadanya bahwa kamu akan menerima saja keputusannya.. Setidaknya biarkan dia memikirkan kembali apa yang sebenarnya ada di hatinya," ujarnya dengan lembut.Barbara cukup lama merenungi ucapan Lena, akan tetapi akhirnya ia menuruti saja keputusan Lena.Sementara itu di lokasi penjara, Ovan berkali-kali melongok keluar pagar. Sudah beberapa hari ia tidak melihat kehadiran Barbara. Bahkan ia memastikan untuk ber
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status