"Baiklah, tapi beneran ya cuma tiga menit. Kalau tidak saya tidak akan pernah memaafkan lagi," kata sipir tersebut."Tentu saja, sudah cukup cuma tiga menit."Barbara melihat Ovan dari kejauhan. Senyumnya seketika terbit saat melihat pria itu baik-baik saja. Penampilan Ovan memang berantakan, bahkan dengan pakaian kriminal tersebut Barbara tidak merasa terganggu samasekali.Dia hanya memandang dengan tenang apapun yang Ovan lakukan, hingga tiga menit tak terasa telah berlalu."Kalau begitu setia sama lelaki begitu, kenapa nggak ikut dipenjara sekalian?" Tegur sipir penjara tersebut."Memangnya bisa?" Barbara tak kalah konyol menjawabnya."Ya bisa aja, asal kejahatannya dilakukan bersama-sama.""Dia itu merampok ayahku, bagaimana bisa kami dipenjara bersama."Sipir tersebut mengernyit, pengakuan Barbara cukup aneh, tapi itu bisa dimengerti karena Barbara memang seperti wanita yang tergila-gila."Kalau dia merampok ayahmu, kenapa kamu masih juga menyukainya? Cari saja pria lain yang mem
"Kalau begitu, apa yang menghalangi kamu untuk menerimanya? Toh kalian saling menyukai.""Karena aku miskin. Aku benci menjadi orang rendahan apalagi di hadapan wanita. Biar saja, kalau dia bosan, dia pasti akan berhenti."Ovan masih memperhatikan Barbara yang berada di sudut sana. Ia bernapas lega karena tak lama kemudian Barbara menghilang. Menunjukkan Barbara pasti sudah bosan menunggunya. Lagipula juga, dirinya mulai terbiasa berada di balik jeruji besi, ia mulai bisa untuk berjauhan dari Barbara. Ia akan senang jika wanita itu menjauh darinya, bukankah begitu?Ovan ragu, tapi hanya itu yang dia bisa. Gadis cantik itu berhak bahagia, bukan bersama pria sepertinya. Barbara punya masa depan, bahkan dia adalah masa depan perusahaan Anton Bagaskara yang sangat besar itu."Ovan, dia sepertinya tidak perduli kalau kamu miskin. Karena dia sudah punya harta, dia nggak butuh dengan uang kamu. Kamu hanya harus bersikap tulus dan berani, bukan menjadi pengecut. Seharusnya kamu melihat dong,
Anton merasa Barbara sudah keterlaluan. Seolah menjadikan alasan masa lalu mereka lebih penting dibandingkan dengan keselamatan perusahaannya. Terlebih lagi, kekacauan yang membuat perusahaannya merugi juga ada kaitannya dengan Veina, mantan istrinya yang juga ibu dari Barbara.Kalau saja bukan karena wanita itu adalah ibu Barbara, tentu saja ia sudah bersikap tanpa kompromi dan membuat wanita itu meringkuk di penjara seperti Ovan. Ia masih mempertimbangkan perasaan putrinya yang telah lama tidak bertemu dengan wanita itu. Akan tetapi kalau Barbara selalu saja menentangnya dan membuat kekacauan, apa yang bisa ia lakukan kecuali membuat Barbara sadar akan kesalahannya?"Barbara kau sungguh tak mengerti, siapa yang ada di belakang mantan suami kamu itu," desis Anton akan tetapi Barbara sungguh mendengar dengan jelas ucapannya itu.Barbara menoleh cepat. Akhirnya ia harus berhadapan dengan ayahnya ini perihal apa yang sebenarnya telah terjadi."Apa maksud Papa?""Uhm, maksud Papa...," pr
Leo memang berharap hal itu terjadi. Setelah menikahi Selen dan mendapatkan pengkhianatan dari Selen, iapun menyesal dan ingin kembali pada Barbara. Tak perduli jika wanita itu sudah membencinya, ia masih sangat menyesal dan ingin Barbara kembali mencintainya."Leo, cari sampai tuntas dalam satu bulan ini dan aku akan memberikan imbalan yang besar untukmu. Jangan lupa, setelah Barbara menandatangani surat cerai, dia tidak punya pilihan lagi selain menikahimu. Mengerti?""Baik, Pak. Saya akan berusaha keras untuk menelusuri," ujarnya dengan hati yang berbunga-bunga.***Hari yang cerah, Barbara menyusun beberapa setel pakaian kasual miliknya di dalam ransel kecil. Ia juga mematut dirinya dengan kaos putih dan celana jeans miliknya. Ia terlihat sangat sibuk dengan pikirannya, dahinya berkerut, dan gerakannya sangat cepat menyiapkan segala sesuatunya."Kali ini, aku tidak boleh gagal lagi untuk menjangkau hatimu. Bahkan batu yang keras saja bisa berlubang hanya karena tetesan air yang t
Seakan suara itu tak asing di telinga Ovan. Ia segera terfokus dengan wajah cantik Barbara dengan riasan tipis dan balutan pakaian petugas. Sangat terkejut, tapi ia hanya bisa menahan dirinya."Ternyata kau...""Aku sedang bertugas, setidaknya mengambil alih tugas seseorang malam ini. Apa ini membuatmu terkejut?" tanya Barbara dan tersenyum."Tidak mungkin, aku nggak gampang kaget setelah apa yang terjadi di Belanda. Kamu memang sanggup melakukan apapun yang kamu mau," jawabnya santai. "Uang memang sangat luar biasa."Wajah Barbara cemberut."Kamu memang tidak pernah menghargai seluruh perjuangan yang kulakukan. Aku tahu ini cukup memalukan, tapi aku harus bagaimana?" balas Barbara. "Aku merasa kesal dan frustasi, dan sekarang Leo mendapatkan perhatian dari Papa."Mendengar nama Leo, hati Ovan serasa mendidih. Bagaimanapun diantara Barbara dengan Leo, diantara mereka pernah terjalin perasan cinta yang mendalam. Bisa saja Barbara masih marah dan suatu saat hatinya kembali dalam cinta d
Anton Bagaskara dikejutkan dengan sebuah berita rahasia yang baru saja Leo bawa. Ia melotot tajam melihat sebuah foto yang didapatkan Leo berkenaan dengan siapa saja yang berada dibalik Ovan dengan penyelidikan khusus oleh sebuah badan intelejen. Ia sangat heran karena pelaku itu adalah seorang wanita yang sangat ia kenal dan bahkan sangat ia cintai."Maaf, Pak. Foto ini masih belum bisa dilihat dengan jelas karena sulit sekali untuk mengambilnya," kata Leo meminta maaf.Sementara itu Anton Bagaskara terfokus pada foto itu tanpa bergeming. Meskipun itu sedikit tidak fokus, ia bisa mengenali dengan mudah wanita itu."Saya akan meminta lagi untuk gambar yang lebih jelas," katanya lagi sementara Anton masih diam. "Saya juga mendapatkan informasi bahwa wanita ini memiliki tujuan ke Indonesia. Jadi sangat mungkin dia adalah orang Indonesia."Anton masih diam. Ia harus tau apa tujuan Veina datang ke Indonesia sekarang ini. Bisa saja ia.menjadi penolong Ovan sehingga mempersingkat masa penah
Barbara tidak bisa membongkar siapa jati diri wanita di dalam foto tersebut di hadapan Leo. Wanita itu adalah ibunya, dan merupakan masa lalu pahit ayahnya. Rahasia itu mungkin saja tetap tersimpan atau bakal terbongkar dalam waktu cepat, ia tak bisa menjamin. Hanya saja, ia lebih suka menyimpannya saat ini."Kamu juga mengenal wanita ini?" tiba-tiba Leo membuatnya terkesiap."Aku? Ehm... tidak, tapi aku tahu siapa dia.""Baguslah kalau begitu. Bukankah itu lebih memudahkan untuk menangkapnya? Aku akan memakai banyak cara yang akan menggiring wanita ini segera kembali ke Indonesia dan akan lebih mudah melakukan penangkapan di tempat ini. Gimana, kamu setuju?"Lagi-lagi Leo membuat Barbara terkejut. Apa yang harus ia setujui jika itu akan membuat Ovan dan ibunya celaka?"Leo, aku merasa malas membahas soal pekerjaan Ayahku. Apa tidak bisa kita bicara hal lain?" ujarnya dengan wajah kesal. "Aku mau tidur saja kalau tidak ada yang akan kamu bicarakan, ini masalah pekerjaanmu dengan ayahk
Leo bertekad untuk membuat Barbara kembali menyukainya, tak perduli dengan status yang Barbara sandang saat ini."Aku tidak boleh melewatkan kesempatan lagi dan menyesal di kemudian hari," tekadnya.Untuk sementara waktu, ia akan menuruti kemauan Barbara menemui Ovan, akan tetapi semua tidak akan bisa terulang lagi.Kekecewaan terhadap pengkhianatan Selen membuatnya kembali menyukai Barbara. Ia sungguh membenci Selen yang membuat hubungan mereka hancur. Bahkan ia berharap kehidupan Selen lebih sengsara karena mengandung anak orang lain saat menikah dulu."Kamu selama ini koma dan hanya tidur di kamar ICU, kamu tidak ingat apapun soal hubungan kita?" kata Selen meyakinkan bahwa bayi di dalam perutnya yang membesar itu adalah anak mereka berdua."Tidak, Selen. Aku tidak lupa dengan semua penipuan yang kamu lakukan padaku selama ini. Kamu menjebakku dengan cara bodoh, Selen. Tapi sayangnya aku tidak akan tertipu.""Tapi Leo, ini adalah anak kita, bagaimana bisa kamu mengelak? Toh kita ad